Kesehatan

Konsumsi Garam Berlebihan Bisa Melemahkan Kekebalan Bakteri di Ginjal

Jika Anda sering memakai garam berlebihan pada masakan, hati-hati. Penggunaan garam berlebihan bisa melemahkan kekebalan bakteri di ginjal.

Iran Daily
Ilustrasi garam 

Mereka percaya bahwa respons ginjal terhadap garam makanan tinggi secara tidak langsung dapat memengaruhi neutrofil.

Ginjal menggunakan mekanisme molekuler untuk mendeteksi kelebihan natrium dalam aliran darah dan mengeluarkannya lewat urine.

Namun dalam prosesnya, mekanisme ini meningkatkan kadar hormon steroid yang disebut glukokortikoid, serta produk limbah atau urea.

Glukokortikoid dan urea menghambat kemampuan neutrofil untuk membunuh bakteri.

Bikin Spa Mewah Sendiri di Rumah untuk Menenangkan Pikiran dan Singkirkan Virus Corona

Olahraga Ini Selama 12 Menit Bisa Mencerahkan Suasana Hati, Penelitian Membuktikannya

Makanan cepat saji

Untuk mengonfirmasi temuan ini pada manusia, para peneliti menempatkan relawan diet tinggi garam.

Prof. Christian Kurts dari Institute of Experimental Immunology, University of Bonn, mengatakan, relawan mengonsumsi 6 gr garam di samping asupan harian.

"Ini kira-kira jumlah yang terkandung dalam dua makanan cepat saji yaitu dua burger dan dua porsi kentang goreng," kata Kurts.

Setelah satu minggu menjalani diet tinggi garam, para relawan memiliki kadar glukokortikoid lebih tinggi di dalam tubuh mereka.

Glukokortikoid memilikin sifat imunosupresannya. Dokter menggunakan salah satu kortison yang paling dikenal secara klinis untuk mengurangi peradangan.

Intoleransi Fruktosa Bisa Menyebabkan Gagal Hati dan Ginjal, Waspadalah!

Ayo Makan Tahu, Penting untuk Mencegah Serangan Jantung dan Perempuan Pramenopause

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa neutrofil diekstrak dari darah relawan  diet tinggi garam kurang efektif membunuh bakteri dalam cawan laboratorium.

Ilmuwan berspekulasi bahwa mengurangi asupan garam makanan dapat membantu memerangi infeksi bakteri di ginjal, berbeda dengan pengaruhnya pada infeksi kulit dan usus.

Meski begitu, temuan mereka masih awal, dan perlu studi klinis lebih besar untuk mengonfirmasinya kembali. (Medical News Today)

Ikuti kami di
394 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved