Agus Ramdani: Pendidikan Cara Utama Memajukan Bangsa

Pendidikan tidak hanya faktor hard skill yang digali, tetapi harus seimbang antara hard skill dan soft skill.

Editor: AC Pinkan Ulaan
Warta Kota/Angga Baghya N
Agus Ramdani, Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, pendidikan tidak hanya faktor hard skill yang digali, tetapi harus seimbang antara hard skill dan soft skill. 

Selama puluhan tahun lebih, Agus belajar menjadi seorang aparatur sipil negara (ASN) yang baik.

“Baik meniti karier dari kelurahan, dari sekel, lurah, sekcam, wakil camat, sampai camat,dan saya juga pernah menjdi Kepala bagian pendidikan, mental, spiritual di Wali Kota Jakarta Barat,” katanya.

Saat ini dia ingin mendedikasikan dirinya sepenuh hati di Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.

Menurut Agus, pendidikan adalah hal yang paling utama dalam memajukan bangsa. Oleh karena itu, investasi di bidang pendidikan merupakan investasi jangka panjang.

“Kebijakan yang dikeluarkan pimpinan, dalam hal ini Kepala Dinas Pendidikan harus disukseskan, kita dukung penuh. InsyaAllah akan ada perubahan ya karena Pak Gubernur juga meyakinkan bahwa pendidikan adalah eskalator ekonomi. Dan tentunya ini sudah saya rasakan sendiri manfaatnya,” ujar Agus.

Sebagai aparat pemerintahan, Agus paham bahwa masyarakat mendapat pendidikan yang layak adalah tugas pemerintah.

"Oleh karena itu saya bertekad kita majukan pendidikan di DKI Jakarta, baik itu dari sekolah dasar hingga jenjang menengah atas. Kepada seluruh masyarakat, khususnya yang tidak mampu harus tetap semangat bahwa anak-anak kita adalah harapan kita,” katanya.

Dia yakin bahwa anak-anak di masa sekarang kelak akan menjadi pemimpin.

"Menjadi ulama, menjadi pendeta, menjadi pengusaha, itu semua ada dalam diri anak kita. Jadi tidak ada istilah anak bodoh, tidak ada anak nakal. Semua anak itu sama tetapi memiliki potensi yang berbeda-beda,” lanjut Agus.

Oleh karena itu, dalam pendidikan tidak hanya faktor hard skill yang digali, tidak hanya potensi akademiknya saja, tetapi harus seimbang antara hard skill dan soft skill.

“Bagaimana anak-anak itu bisa bersosialisasi, lalu juga bisa memimpin. Kenapa di PPDB 2020 dan 2021 ini kami memasukkan itu? Ada penilaian aktif di ekstrakurikuler, ada penilaian juga aktif di organisasi, karena kami melihat bahwa potensi anak ini harus kita nilai secara utuh, tidak hanya potensi akademiknya saja,” ujar Agus.

Soft skill itu seperti membangun komunikasi, mempunyai jiwa kepemimpinan, dan mempunyai rasa solidaritas dengan teman-temannya dalam hal yang positif.

Sehingga, saat mereka lulus dari SMA, mereka dapat mengembangkan diri lebih baik lagi ketika melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

“InsyaAllah mereka bisa menjadi generasi utuh yang tentunya memberikan manfaat bagi bangsa kita yang besar ini. Karena kita ketahui, saat ini cita-cita zaman sekarang dahulu tidak pernah kita bayangkan. Menjadi YouTuber, vlogger, lalu juga e-sports,” kata Agus.

Cita-cita anak-anak zaman sekarang adalah bergelut di dunia kreatif, sebuah bidang yang sangat membutuhkan keseimbangan hard skill dan soft skill. (Ramadhan LQ)

Ikuti kami di
1202 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved