SBMPTN

5 Penyebab Siswa Gagal dalam Tes SBMPTN

Kenali tes masuk perguruan tinggi negeri dan penyebab banyak orang gagal lulus tes ini.

Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
Pexels.com/Andrea Piacquadio
Ilustrasi sedih, kecewa, gagal 

WARTA KOTA -- Tak lama lagi akan berlangsung ujian masuk bersama perguruan tinggi negeri (PTN), yang merupakan seleksi penerimaan mahasiswa baru semua PTN di Indonesia.

Ujian seleksi ini sekarang bernama ujian tulis berbasis komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN), dan tahun ini berlangsung pada 5-12 Juli 2020.

Siapa sih yang tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri?

Pastinya itu harapan semua orangtua, dan tentu saja para siswa sekolah menengah tingkat atas saat ini.

Bukan soal prestisenya, melainkan kualitas pendidikan yang akan diperoleh, dan jangan dilupakan pula biayanya.

Bukan berarti perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia tidak ada yang bagus, sebab banyak PTS bagus saat ini. Hanya saja biaya PTS bagus selalu lebih mahal dari kuliah di kebanyakan PTN.

Di tengah masa pandemi Covid-19, Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) menetapkan hanya menggunakan satu jenis tes SBMPTN 2020, yakni tes potensial skolastik (TPS).

Biasanya, setidaknya sampai tahun 2019, UTBK SBMPTN terdiri dari 2 jenis tes, yakni Tes Potensi Akademik (TPA) dan TPS.

Namun bukan berarti SBMPTN tahun ini menjadi lebih mudah, sebab justru di TPS banyak siswa terjebak dan gagal masuk PTN.

Apa itu TPS?

Menurut Yudhistira Adi Prasetya, yang menyebut dirinya pendidik harian lepas di Universitas Gajah Mada (UGM), banyak siswa tidak paham konsep dari TPS sehingga menganggap bentuknya sama seperti ujian nasional (UN).

“Kalau di UN tujuannya untuk evaluasi, sementara soal TPS sifatnya seleksi. Yang diukur adalah kesiapan siswa secara mandiri dan pribadi, terutama untuk kehidupan di perguruan tinggi nanti. Setiap universitas ingin mendapatkan mahasiswa baru yang sudah siap,” kata Yudhistira dalam sesi diskusi virtual bertajuk "Persiapan Efektif UTBK SBMPTN 2020" yang diselenggarakan Warta Kota bersama platform edu-tech Leson.id secara live di akun instagram @wartakotalive.com, Sabtu (20/6/2020).

Menurut Yudhistira, model tes yang seperti UN adalah TPA, karena materi soalnya dipelajari selama sekolah menengah tingkat atas.

Hanya saja TPA tak diujikan saat ini karena pandemi Covid-19.

Laman resmi LTMPT sendiri sudah menjelaskan bahwa TPS mengukur kemampuan kognitif peserta, yang meliputi kemampuan penalaran umum, kemampuan kuantitatif, pengetahuan, dan pemahaman umum, serta kemampuan memahami bacaan dan menulis.

Adil

Sebagai pendidik di perguruan tinggi, Yudhistira lebih senang dengan TPS, karena selain menyeleksi kesiapan calon mahasiswa, model ini juga memiliki sifat keadilan.

"Di TPS ini siswa yang memiliki potensi bagus, meskipun berasal dari sekolah yang biasa-biasa saja, atau tidak bagus, memiliki peluang lulus sama besar dengan peserta yang berasal dari sekolah bagus dan favorit. Sementara di model TPA, peserta yang berasal dari sekolah cenderung lebih unggul berkat kualitas sekolahnya," kata Yudhistira, yang juga penulis soal-soal di Leson.id.

5 Penyebab kegagalan

Namun, terlepas dari model soalnya, berdasarkan pengalaman SBMPTN yang sudah-sudah, Yudhistira melihat ada lima penyebab siswa gagal lulus SBMPTN.

Ikuti kami di
517 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved