Tri Adhianto: Wakil Wali Kota Bekasi yang Menunda Kuliah untuk Meringankan Beban Orangtua
Tri Adhianto Tjahyono bercerita kepada Warta Kota soal masa kecilnya yang sederhana namun menyenangkan.
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: AC Pinkan Ulaan
Maka, sebelum semua proses Pilkada 2018 dimulai, Tri memutuskan melepas status PNS-nya dan terjun di dunia politik, bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN).
Ternyata jalannya memang di situ, sebab pasangan Rahmat Effendi - Tri Adhianto memenangi Pilkada 2018 tersebut, sehingga saat ini sampai 2023 nanti Tri menjabat sebagai Wakil Wali Kota Bekasi.
"Ya karier saya mengalir saja, awalnya jadi kasie, kabid, lalu jadi sekreraris PU, Kadis PU, dan sekaranga Wakil Wali Kota. Jadi CV saya enggak banyak gitu lho. Orang kan mental sana, mental sini, saya enggak. Jadi begitulah karier saya," ujar Tri.
Pada tahun 2019 Tri meninggalkan PAN dan bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Saat ini dia menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Kota Bekasi.
Kehidupan pribadi
Berasal dari keluarga sederhana, sejak kecil Tri Adhianto harus bekerja keras dulu untuk memperoleh apa yang diinginkannya.
Bahkan untuk sekadar bisa jajan dia harus bekerja dulu, dan upahnya untuk jajan.
Terkadang upah yang diperolehnya ditabung untuk membeli perlengkapan sepak bola, yang menjadi hobinya saat masih anak-anak.
"Dulu pas kecil kerja apa saja. Pernah waktu itu saya jadi tukang air tuh di rumah. Tugasnya cuma jagain selang sama mindahin ke ember-ember. Dari situ upahnya ditabung buat beli sepatu bola. Karena kalau mau jajan kita nyari uang dulu," katanya.
Kemudian dia membantu ibunya yang membuat kue untuk dijual, sehingga bisa menambah keuangan keluarga.
"Ibu jual kue nitip ke warung. Ya begitu lah kehidupan saya masa kecil. Tapi alhamdulillah anak-anaknya berprestasi. Jadi bagi saya menyenangkan dan tidak terlupakan," tambah Tri.
Kemudian semasa remaja, pria yang akrab disapa Mas Tri ini pernah bekerja menjadi kenek angkutan umum K-12 di Kota Bekasi.
"Saat pindah tahun 1986 ke Bekasi, jadi kenek di K-12. Teman-teman saya juga masih ada tuh. Setahun itu jadi kenek," ujar Tri.
Tokoh panutan
Tri juga mengungkapkan sangat mengagumi sosok Ayahnya, G Soeprapto.
Apalahi sang ayah menyelipkan harapan besar dalam nama anak laki-laki satu-satunya itu.
"Makanya, dimulai dari istilah what is name? Apakah arti sebuah nama? Bapak saya bilang arti nama saya, Tri Adhianto Tjahjono. Tri artinya anak ketiga, Adhi itu baik, Anto itu laki-laki, Tjahyono itu memberikan cahaya. Jadi ada harapan besar dari orangtua saya bahwa saya kelak bisa menerangi tidak hanya keluarga, tapi juga Indonesia dan dunia. Harapannya seperti itu," ujar Tri.
Oleh sebab itu Ayahnya terus memberikan motivasi kepada Tri, dan juga anak-anaknya yang lain agar mereka bisa menjadi "orang besar".
"Saya berasal dari keluarga seorang guru yang penuh disiplin. Kemudian diajarkan tentang kebaikan dan kehidupan. Jadi Bapak saya selalu memberikan contoh yang baik yang ditiru oleh anak-anaknya. Beliau selalu memberikan motivasi agar nantinya jadi 'orang yang besar'," katanya.
Tri menceritakan, sebelum menjadi seorang guru, ayahnya sempat terjun ke dunia politik kala tercatat menjadi mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada (UGM).
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!