Virus Corona

Apakah Virus Corona Juga Merusak Ginjal?

Sejumlah penelitian di luar negeri menemukan sejumlah besar pasien Covid-19 mngalami kerusakan ginjal.

Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
The Guardian
Ilustrasi pandemi virus corona 

Virus corona baru, atau memiliki nama SARS-CoV-2, tergolong virus baru sehingga belum banyak yang diketahui para peneliti dari makhluk ini.

Maka sejumlah ilmuwan dari Columbia University Irving Medical Center dibuat penasaran, dengan dampak virus ini kepada ginjal para penderitanya.

Sebagaimana dilansir Daily Mail, para peneliti itu memang berniat mencari tahu sedalam-dalamnya soal SARS-CoV-2 ini, terutama dampaknya terhadap para pasien Covid-19.

Salah satu yang mereka temukan adalah, dari 1.000 orang pasien Covid-19 di New York sekitar 34 persennya mengalami masalah ginjal yang akut.

Ginjal para pasien itu rusak sehingga tak mampu menyalankan fungsinya, yakni menyaring bahan buangan.

Kasus di tempat lain

Para peneliti ini membandingkannya dengan situasi di negara bagian Washington dan Tiongkok.

Di Washington, satu per lima dari 1.000 pasien Covid-19 di sana mengalami kondisi ginjal yang sama.

Sementara di Tiongkok, kondisi ini hanya terjadi kepada satu per enam pasien.

New York memang dinyatakan sebagai salah satu episenter Covid-19 di Amerika Serikat, karena ditemukan lebih 204.000 kasus penyakit tersebut.

Lebih dari 21.000 pasien yang meninggal disebut terkonfirmasi terkontaminasi virus itu, dan penyebab kematiannya berhubungan dengan virus corona 2.

Cuci darah

Dr RuiJun Chen, peneliti pasca-doktoral di bidang biomedika informatika Columbia University Irving Medical Center, menjelaskan bahwa dia dan rekan-rekannya melakukan penelitian ini agar para tenaga kesehatan lebih akurat dan cermat menangani pasien Covid-19 yang kritis.

Tim ilmuwan ini mengamati 1.000 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit Presbyterian/Columbia University pada 1 Maret sampai 5 April 2020.

Sekitar 34 persen dari pasien itu mengalami masalah ginjal yang akut, dan lebih dari setengahnya kini harus menjalani cuci darah (dialisis).

Temuan lainnya, para pasien yang harus dirawat di ruang intensive care unit (ICU), 80 persennya mengalami kerusakan ginjal. Bahkan 35,2 persennya sekarang harus melakukan cuci darah.

Saat para peneliti ini membandingkannya dengan pasien di tempat lain, dalam hal ini negara bagian Washington dan Tiongkok, mereka melihat angka yang berbeda jauh.

Di Washington, kasus kerusakan ginjal hanya terjadi di 19 persen dari 1.000 pasien. Sementara di Tiongkok hanya 15 persen.

Bukan kesimpulan

Menariknya, para peneliti itu belum mengetahui secara pasti penyebab tingginya angka kasus ini di New York, dibandingkan tempat lain.

Faktor pasien dengan penyakit kronis, yang memang lebih banyak di New York dibandingkan di dua tempat pembanding, adalah dugaan penyebabnya.

Namun para peneliti tersebut masih berusaha mencari tahu penyebab lainnya.

Para pasien yang mengalami kerusakan ginjal itu memang memiliki penyakit lain sebelumnya (comorbid), seperti hipertensi, diabeters, dan obesitas.

Teori lain yang sedang mereka dalami, para pasien di New york itu tak mendapat cairan infus sebanyak pasien di Washington dan Tiongkok.

Cairan infus itu adalah strategi pengobatan untuk melindungi cairan paru-paru pasien dengan sindrom pernapasan akut.

"Bisa juga memang ada kemungkinan keracunan renal (ginjal) yang berhubungan dengan patofisiologi (perubahan fungsi organ) dari Covid-19. Pasalnya tingkat masalah ginjal akut ini cukup tinggi, biarpun pasien tidak menerima perawatan di ICU atau mengalami sindrom sulit bernapas yang akut," kata Chen dalam tulisannya mengenai penelitian ini, yang dimuat di jurnal ilmiah The BMJ.

Penelitian sebelumnya

Hasil penelitian di Columbia University Irving Medical Center ini melengkapi penelitian sebelum-sebelumnya, yang menyorot dampai SARS-CoV-2 terhadap ginjal pasien.

Riset yang dilakukan Feinstein Institutes for Medical Research menemukan, sekitar 36,6 persen dari 5.500 pasien Covid-19 mengalami kerusakan ginjal.

Penelitian itu juga menyebutkan, dari 1.000 pasien yang dipasangi ventilator, sekitar 90 persen-nya mengalami masalah ginjal akut.

Sementara hasil otopsi yang dilakukan University Medical Center Hamburg-Eppendorf di Jerman, terhadap 27 jenazah pasien Covid-19, menemukan sel virus corona 2 di ginjal 12 pasien.

Menilik hasil beberapa penelitian itu, ada baiknya masyarakat lebih mawas diri agar tidak tertular virus corona.

Selalu menggunakan masker saat bepergian, dan biasakan cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer, setiap kali memegang benda di ruang publik.

Selain itu, jaga kesehatan dengan mengonsumsi gizi seimbang, rajin berolahraga, dan berjemur sinar matahari.

Virus Corona Tetap Ada Meski Vaksin Covid-19 Sudah Ditemukan

Alat Pembuka Pintu Sampai Lampu UVC Naik Daun Akibat Pandemi Virus Corona

Ibadah Haji Pernah Dibatalkan Karena Pandemi Penyakit dan Perang

Ikuti kami di
509 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved