Virus Corona

Kementerian Kesehatan Prancis Hentikan Pemberian Hydroxychloroquine kepada Pasien Covid-19

Pemerintah Prancis melarang dokter menggunakan hydroxychloroquine untuk merawat pasien Covid-19, karena menimbulkan efek samping.

Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
The Guardian
Ilustrasi pandemi virus corona 

Dokter-dokter di Prancis dilarang pemerintahnya meresepkan hydroxychloroquine kepada pasien Covid-19.

Sebagaimana dilansir CNN, Kementerian Kesehatan Prancis menarik kembali anjuran mereka, yakni memberikan obat tersebut kepada pasien yang tertular virus corona.

Hydroxychloroquine produksi perusahaan farmasi Bristol di Inggris, digunakan untuk mengobati pasien penyakit rematik dan lupus.
Hydroxychloroquine produksi perusahaan farmasi Bristol di Inggris, digunakan untuk mengobati pasien penyakit rematik dan lupus. (bristol-labs.co.uk)

Alasannya, belum ada data ilmiah yang cukup pada saat ini, yang mendukung bahwa hydroxychloroquine manjur untuk menyembuhkan Covid-19.

Data yang muncul malah memperlihatkan kaitan obat ini dengan kondisi "keracunan jantung (cardiac toxicity)" di pasien.

Terutama apabila digunakan berbarengan dengan azythromycin, sebuah obat antibiotik untuk mengatasi infeksi di dada dan beberapa jenis infeksi lainnya. Demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Prancis dalam pernyataan pers.

Dalam siaran pers itu, pihak kementerian juga menyatakan bahwa manfaat dan risiko dari penggunaan hidroxychloroquine bisa ditinjau kembali, saat muncul data-data baru dari riset klinis.

Yang menarik, ide menggunakan hydroxchloroquine dalam pengobatan Covid-19 justru datang dari seorang dokter bernama Didier Raoult.

Dokter spesialis penyakit menular ini, yang juga seorang mikrobiolog, pada 17 Maret lalu menyatakan bahwa kombinasi hydroxchloroquine dan azythromicyn sangat efektif dalam merawat 24 pasien Covid-19 di Prancis Selatan.

Pengumuman WHO

Pengumuman dari Kementerian Kesehatan Prancis itu tampaknya berkaitan dengan pengumuman dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), sehari sebelumnya.

Pada Senin (25/5), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu menyatakan menghentikan sementara uji coba solidaritas (solidarity trial) hydroxychloroquine, sebagai obat untuk merawat pasien Covid-19.

Keputusan WHO itu diambil dengan alasan keselamatan pasien. Sebab, berdasarkan penelitian observasi yang dimuat di jurnal ilmiah The Lancet pada Jumat lalu, ada efek samping dari pengobatan Covid-19 menggunakan hydroxychloroquine dan chloroquine.

Pasien Covid-19 yang parah, yang dirawat dengan dua obat tersebut, cenderung mengalami ketidak teraturan irama jantung.

Bahkan ada yang meninggal karena masalah pada jantung tersebut.

"Data kami memperlihatkan dengan jelas bahwa dalam banyak kasus dari seluruh dunia, kombinasi obat ini, meski pun dosisnya dikurangi, menimbulkan masalah yang serius. Malahan obat ini tidak menunjukkan manfaat," kata Dr Mandeep Mehra, yang memimpin riset obeservasi tersebut.

Hydroxychloroquine (HCQ) sebenarnya adalah obat yang ditujukan untuk penyakit malaria. Selain itu, obat ini juga diberikan kepada pasien yang mengidap rematik bahkan lupus.

Efek samping obat ini terhadap jantung sebenarnya sudah diketahui sejak lama.

Sementara chloroquine juga obat untuk mencegah dan mengobati malaria, terutama yang disebabkan kuman Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae.

Sama seperti hydrocychloroquine, chloroquine juga diberikan bagi penderita penyakit rematik dan kelainan autoimun, karena kemampuannya mengendalikan sistem imunitas manusia.

Panduan Protokol Kesehatan bagi Masyarakat yang Kembali Bekerja

Antibodi Partisipan Meningkat Setelah Mendapat Vaksin Covid-19 Buatan Moderna

Mantan Pasien Covid-19 Harus Waspada Infeksi Superbug

Ikuti kami di
494 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved