Virus corona

Kenali Swab Test agar Tidak Takut Melakukannya

Jangan takut melakukan swab test, meski pun prosesnya tidak menyenangkan. Sebab hasilnya lebih akurat daripada rapid test.

Editor: AC Pinkan Ulaan
Warta Kota/Angga Baghya N
Petugas kesehatan melakukan tes usap atau swab test terhadap pegawai KPU di Gedung Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), Jakarta Pusat, Selasa (4/8/2020). 

WARTA KOTA -- Kata rapid test dan swab test, kadang tes usap, menjadi familiar di masyarakat, di masa pandemi Covid-19 ini.

Dua tes itu memang berkaitan dengan pandemi ini, sebab digunakan untuk memeriksa kehadiran virus dan kuman dalam tubuh seseorang.

Namun, terjadi pula salah kaprah yang menyangka dua tes ini mendeteksi kehadiran virus corona 2, si penyebab Covid-19.

Mengambil sampel tes PCR dilakukan dengan mengusapkan alat ke dinding hidung dan dinding tenggorokan.
Mengambil sampel tes PCR dilakukan dengan mengusapkan alat ke dinding hidung dan dinding tenggorokan. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

Hanya skrining

Sesuai namanya, rapid test adalah bentuk pemeriksaan secara cepat untuk mengetahui situasi antibodi.

Pemeriksaan ini menggunakan sampel dari darah, yang diambil dengan cara menusuk ujung jari orang yang diperiksa.

Menurut Prof Dr Ida Parwati dr SpPK(K) Phd, dokter spesialis patologi klinik dari RSUP Hasan Sadikin Bandung, di Indonesia rapid test dilakukan sebagai skrining untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat.

Bila hasilnya reaktif akan dilanjutkan dengan pemeriksaan polymerase chain reaction, atau PCR.

Pemeriksaan PCR ini membutuhkan sampel yang diambil dengan cara diusap (swab). Makanya pemeriksaan PCR ini lebih dikenal dengan nama swab test.

Para doketer dan ahli kesehatan menyatakan bahwa pemeriksaan PCR memberikan hasil yang lebih akurat, dibandingkan rapid test. Mau tahu penyebabnya?

Di tenggorokan

Menurut Prof Ida, sampel tes usap diambil di saluran nafas (hidung dan tenggorokan), di mana virus corona 2 itu menempel di sana.

Namun tak kalah penting juga adalah waktu perjalanan penyakit. Sehingga itulah gunanya melakukan tes berulang kali untuk memastikan hasilnya.

“Pada waktu awal terkena infeksi, saat dilakukan rapid tes hasilnya negatif. Tetapi ketika dilakukan PCR hasilnya positif, karena virus itu sudah ada di saluran pernapasan. Dalam perjalanan waktu, tubuh berhasil membuat virus itu mati sehingga antibodi (darah) masih memunculkan hasil positif, tapi dites PCR sudah negatif,” ujar Prof Ida saat live IG di radio kesehatan, Jumat (4/9/2020).

Dia menjelaskan, rapid test atau pemeriksaan antibodi dilakukan sebagai skrining.

Bila hasilnya reaktif, yang artinya sistem imun obyek tes sedang menghadapi makhluk asing, akan dilanjutkan tes PCR untuk memastikan kehadiran virus.

"Untuk kasus tertentu dan orang dengan risiko tinggi, seperti melakukan perjalanandi zona merah, atau pekerjaannya berisiko tinggi terkena Covid, seperti petugas laboratorium dan RS, walaupun hasil rapid tesnya negatif tetap harus melakuan PCR test untuk memastikan apakah virus corona masih ada di tubuh," kata Prof Ida.

Mulut dan hidung

Sebagian masyarakat menganggap tes PCR tidak menyenangkan, karena cara mengambil sampel dari hidung dan mulut dianggap menyakiykan.

Wajar, sebab petugas harus memasukan alat seperti cotton bud yang gagangnya panjang ke mulut.

Ikuti kami di
626 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved