Virus corona
Waspada Stres Akibat Pandemi Berkepanjangan, dan Cara Mengatasinya
Pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai menimbulkan stres kepada beberapa orang. Coba halau stres ringan dengan cara dari Dr Dian Pitawati SpKJ ini.
WARTA KOTA -- Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, terutama di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Padahal hampir tujuh bulan ini masyarakat bersabar dengan kondisi yang tidak nyaman ini.
Ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang tidak bisa travelling, bekerja dan sekolah pun dilakukan dari rumah.
Belum lagi kebiasaan baru harus menggunakan masker dan menjaga jarak, bukan hal-hal yang menyenangkan.
Apalagi, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan diberlakukan kembali di wilayah DKI Jakarta, di mana masyarakat tak boleh meninggalkan rumah bila urusannya tidak mendesak.
Untuk beberapa orang, kondisi ini membuat stres, bisa berlanjut menjadi depresi, bahkan berpikiran untuk bunuh diri.
Bukan hal remeh
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Dr Dian Pitawati SpKJ mengatakan, perasaan cemas, panik, takut, tidak nyaman, sulit tidur, tidak bisa dianggap remeh.
Pasalnya, keluhan-keluhan ini pun bisa berpengaruh kepada kesehatan fisik, misalnya menjadi nyeri-nyeri dan juga masalah jantung.
“Gangguan cemas lama-lama bisa merasakan gejala-gejala jadi keluhan klinis. keluhan itu bisa menjadi nyeri-nyeri, bahkan ke jantung. Sakit fisik yang parah dan stres tidak tertangani itu sudah kayak lingkaran setan, enggak bisa ditangani satu-satu,” kata dokter Dian saat IG Live yang diadakan Radiokesehatan, Kamis (10/9/2020).
Menurut dokter dari RSUP Fatmawati ini, perasaan tidak nyaman saat pandemi juga bisa dianggap wajar, mengingat beratnya kondisi saat ini.
Menjadi tidak wajar bila perasaan tersebut menjadi gangguan perilaku, seperti marah-marah, mengurung diri, tidak mau berjumpa siapa-sapa dari hubungan sosial (walaupun saat pandemi memang tidak bisa bertemu langsung tapi bisa lewat media sosial), dan tercetus keinginan bunuh diri.
Cara mengatasi
Bila diri sendiri yang merasakan hal tersebut, sebaiknya mencari solusi ringan sampai konsultasi ke ahli.
Dia menyarankan, ketika perasaan-perasaan itu muncul, harus kembali menjalani hidup sehat, istirahat yang cukup, olahraga, mengonsumsi makanan bergizi, serta melakukan relaksasi mandiri.
Napas diatur, menghirup udara pelan-pelan lewat hidung, lalu mengeluarkan pelan-pelan lewat hidung dan mulut.
Relaksasi ini akan membuat pikiran menjadi lebih fokus, otot juga relaks, sehingga pikiran pun menjadi lebih tenang dan tidak ke mana-mana.
Selain itu, ngobrol dengan teman atau keluarga yang bisa dipercaya juga bisa jadi solusi untuk meringankan beban pikiran.
Pilih teman yang bisa mendengarkan, bukan menghakimi.
“Kita harus tahu dan mengenal orang yang akan kita ajak bicara. Begitu juga bila yang stres anggota keluarga kita. Kalau memang dia ingin bicara dengan orang lain, kita harus mengenal orang-orang terdekat untuk membantu dia. Kalau sudah mengenal orang yang bisa mendengar keluhan dengan empati, jangan hakimi, jangan sebutkan ayat-ayat agama karena bikin bersalah atau berdosa. Apalagi kita tidak tahu nilai-nilai kehidupannya. Saat mendengarkan itu, bisa tahu apakah sudah harus dibawa ke ahlinya atau belum,” katanya. (Lilis Setyaningsih)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!