Virus Corona

Mantan Pasien Covid-19 Harus Waspada Infeksi Superbug

Pasien Covid-19 yang berhasil sembuh tetap harus waspada, dengan serangan infeksi sekunder dari superbug.

Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
Warta Kota
Ilustrasi Infeksi Superbug 

Pandemi Covid-19 yang disebabkan virus corona sudah membuat masyarakat dunia sengsara, akibat berbagai dampak yang mengikuti virus tersebut.

Semua orang berharap pandemi ini berakhir, dan kehidupan bisa kembali normal seperti sedia kala.

Sayangnya, ada kemungkinan, walaupun kecil, harapan itu tak terwujud karena ada bahaya lain yang mengintai.

Sebagaimana dilansir laman CNBC, mantan Director of the CDC Julie Gerberding, mengkhawatirkan terjadinya infeksi lain setelah wabah corona usai, yakni superbug infection.

"Saya khawatir akan ada banyak lagi manusia kehilangan nyawanya, bukan karena virus corona melainkan infeksi super," kata Gerberding dalam program acara CNBC yang bertajuk Squawk Box Asia pada Rabu (13/5).

Untuk informasi, CDC adalah singkatan dari Centers for Disease Control and Prevention yang merupakan lembaga kesehatan di Amerika Serikat (AS) yang menangani penyakit menular.

Sementara Gerberding adalah direktur institusi ini pada tahun 2002 sampai 2009.

Definisi superbug

Definisi superbug yang dimaksudnya ialah adalah virus dan bakteri penyakit yang telah beradaptasi dan menjadi kebal terhadap sejunlah tipe antibiotik, yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan kuman itu.

Infeksi sekunder superbug ini, lanjutnya, bisa terjadi kepada pasien Covid-19 yang sudah sembuh. Terutama pasien yang sangat parah dan dirawat cukup lama di rumah sakit.

Mantan pasien Covid-19 yang juga berisiko tinggi terhadap superbug adalah mereka yang dirawat menggunakan ventilator dan kateter.

"Kenyataannya, 1 dari 7 pasien corona virus yang dirawat di rumah sakit terlihat mengalami infeksi bakteri sekunder," ujar Gerberding.

Pembicaraannya di Squawk Box Asia kemarin dengan konteks AS, namun subyek pembicaraannya bisa terjadi di seluruh negara yang terjangkiti Covid-19.

Adaptasi

Menurut perempuan yang sekarang menjabat sebagai executive vice president and chief patient officer di perusahaan farmasi Merck ini, senjata untuk menghabisi superbug adalah antibiotik yang lebih kuat lagi.

Masalahnya, superbug kemudian beradaptasi lagi dan kebal lagi terhadap antibiotik itu sehingga dibutuhkan antibiotik yang lebih jagoan lagi.

Sialnya, kemampuan adaptasi superbug lebih cepat dari penemuan antibiotik yang lebih jagoan itu.

Masalah lain yang juga muncul, tidak semua rumah sakit dan sarana kesehatan memiliki antibiotik jagoan itu, yang biasanya harganya mahal.

Selain itu, antibiotik jagoan itu tidak termasuk obat yang ditanggung oleh badan penyelenggaran jaminan sosial.

Penelitian di Wuhan

Ikuti kami di
478 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved