Akibat Hoaks Sejumlah Ibu Berhenti Menyusui dan Tidak Percaya Nakes

Hoaks menyebabkan sejumlah ibu yang menyusui menghentikan memberikan pemberian ASI, dan tidak percaya kepada tenaga kesehatan.

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: AC Pinkan Ulaan
Istimewa/Anmum
Memberika ASI tetap harus dilakukan para ibu di masa pandemi Covid-19, dan jangan mempercayai hoaks. Keterangan foto: Ilustrasi ibu dan anak 

WARTA KOTA -- Pandemi Covid-19 ini memang membuat khawatir banyak orang, sehingga mereka menjadi sensitif.

Sayangnya, di masa seperti ini banyak orang menyebarkan hoaks, memanfaatkan kondisi masyarakat yang sensitif tadi.

Alhasil informasi palsu itu ditelan mentah-mentah oleh banyak orang tersebut.

Salah satu hoaks yang beredar itu berkaitan dengan Air Susu Ibu (ASI), yakni Covid-19 menular melalui ASI yang diberikan ibu yang terkonfirmasi positif Covid-19 kepada bayinya.

Akibatnya banyak ibu menyusui yang terpancing dengan hoaks tersebut, dan memutuskan tidak memberikan ASI kepada bayinya selama pandemi.

Padahal ASI merupakan nutrisi penting untuk bayi, karena merupakan sumber nutrisi terbaik yang bermanfaat dalam mengoptimalkan tumbuh kembang buah hati pada 1000 hari pertama kehidupannya.

“Karena tidak pernah ada satupun dari banyak penelitian bahwa terdapat virus Covid-19 di ASI, bahkan ASI bisa membantu mempercepat recovery pada bayi. Biasanya untuk ibu dan anak yang terkonfirmasi positif covid-19 bisa dirawat gabung kalau isoman (isolasi mandiri). Jika keduanya memiliki gejala yang berat, khususnya pada bayi, harus ditangani di rumah sakit,” kata Founder & Chairman Health Collaborative Center (HCC), Dr dr Ray Wagiu Basrowi MKK.

Menghilangkan kepercayaan

Dia mengungkapkan bahwa hoaks yang beredar sekarang ini membuat ibu tak mempercayai lagi tenaga kesehatan (nakes).

Mereka lebih percaya kepada broadcast whatsapp dan artikel yang tidak jelas sumbernya.

"Banyak tenaga kesehatan mengeluh, ibu (masa) sekarang lebih percaya kabar di/WhatsApp group dan media sosial, daripada informasi langsung dari dokter dan bidan," ujar Ray dalam konferensi pers virtual mengenai hasil penelitian yang bertajuk "Kesiapan Tenaga Kesehatan Menyukseskan ASI Selama Pandemi" oleh Health Collaborative Center (HCC), Rabu (4/8).

Ray menjelaskan bahwa ada 62 persen nakes yang menyatakan, hoaks dan kurangnya pengetahuan ibu terkait laktasi adalah dua dari 11 faktor yang menyebabkan nakes kesulitan mempertahankan ibu untuk tetap menyusui dan memberikan ASI eksklusif selama pandemi.

Infodemik

“Untuk mencegah ibu-ibu lebih percaya hoaks harus ada pelatihan infodemik bagi tenaga kesehatan, demi melindungi ibu-ibu agar maumemberikan ASI secara eksklusif,” ujar Ray.

Selain berita palsu soal penularan Covid-19 melalui ASI Ray juga mengungkapkan kasus lain, yakni ibu yang sudah divaksinasi tidak mau menyusui karena cemas vaksin akan tersalur kepada bayi lewat ASI.

Menurut Ray, hoaks demikian juga perlu ditangkal lewat berbagai medium.

"Cara melawannya dengan membalas di saluran online, karena di masa ini akses online tinggi sekali. Perangi hoaks lawan dengan informasi benar. Ditambah dengan pelatihan infodemic management," kata Ray.

Ibu tertular Covid-19

Lalu apa yang bisa dilakukan ibu untuk menyusui secara aman di tengah pandemi?

Menurut Ray, ibu dan anak yang tidak terkonfirmasi positif Covid-19 bisa menyusui secara langsung. Bila volume ASI ibu berlebih bisa dipompa dan disimpan.

Ikuti kami di
1177 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved