Kesehatan
Mengapa Anda Sulit Menolak Tawaran Sepotong Kue?
Dari penelitian terhadap tikus, peneliti menemukan bahwa sirkuit tertentu di otak mendorong tikus makan secara impulsif.
Penulis: Intan Ungaling Dian | Editor: Intan Ungaling Dian
Jadi, tim berusaha memahami apa yang terjadi di otak untuk mendorong perilaku impulsif.
Dari temuan tersebut diharapkan dapat mengarah pada terapi baru untuk orang yang memerangi gangguan terkait.
• Cara Mencapai Kehidupan Bahagia Menyambut Tahun Baru 2020
Sel-sel otak kunci meningkatkan impulsif
Para peneliti melatih tikus untuk menerima pelet 'lezat, tinggi lemak, tinggi gula' dengan menekan tuas.
Tikus harus menunggu 20 detik sebelum menekan tuas lagi. Jika mereka lebih cepat dari ini, mereka harus menunggu 20 detik tambahan.
Kemudian para peneliti memperkenalkan suntikan melanin-concentrating hormone (MCH).
MCH adalah pemancar yang diproduksi di hipotalamus di dasar otak. Penelitian sebelumnya telah menunjukkannya berperan dalam perilaku impulsif.
Menggunakan teknik canggih, tim mengaktifkan jalur saraf KIA dari hipotalamus ke hippocampus, yang merupakan bagian dari otak yang terkait dengan pembelajaran dan memori.
"Ada fisiologi mendasar di otak Anda yang mengatur kapasitas Anda untuk mengatakan tidak pada makan impulsif," kata Emily Noble PhD, asisten profesor di Departemen Makanan dan Gizi di University of Georgia, di Athena.
• 7 Tanda Tubuh Menua Lebih Cepat Tanpa Anda Sadari
Dalam model eksperimental, Anda dapat mengaktifkan sirkuit itu dan mendapatkan respons perilaku tertentu.
Para peneliti menemukan bahwa setelah aktivasi jalur saraf, tikus menekan tuas lebih sering, meskipun ini akan menunda pengiriman pelet manis dengan 20 detik, cara yang kurang efisien untuk mendapat hadiah.
Sementara penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kadar KIA di otak memengaruhi asupan makanan.
Hal itu adalah studi pertama yang menunjukkan peran hormon dalam perilaku impulsif.
"Kami menemukan bahwa ketika kami mengaktifkan sel-sel di otak yang menghasilkan KIA, hewan menjadi lebih impulsif dalam perilaku mereka di sekitar makanan," kata Noble.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa KIA tidak memengaruhi kenikmatan tikus terhadap makanan atau seberapa keras mereka dipersiapkan.
Namun, hal itu berdampak pada kemampuan mereka untuk menolak mencoba mendapatkan pelet.
• Haruskah Makan Lebih Banyak Protein? Plus Minus Mengonsumsi Protein
Meskipun mereka telah belajar bahwa menekan tuas lebih sering akan menyebabkan penundaan lebih lanjut.
"Mengaktifkan jalur spesifik neuron KIA ini meningkatkan perilaku impulsif tanpa memengaruhi makan normal untuk kebutuhan kalori atau motivasi untuk mengonsumsi makanan lezat," kata Noble.
Memahami bahwa rangkaian ini, yang secara selektif memengaruhi impulsif terhadap makanan, membuka pintu kemungkinan suatu hari, kita dapat mengembangkan terapi untuk masalah makan berlebihan.
Harapannya, dapat membantu orang untuk mempertahankan diet tanpa mengurangi nafsu makan normal atau membuat makanan lezat menjadi kurang enak. (Medical News Today)
ENAM Bahan Pangan dan Minuman yang Bisa Membantu Meredakan Stres |
![]() |
---|
Empat Layanan Kesehatan Gratis bagi Warga DKI Jakarta |
![]() |
---|
6 Tanda Ini Menunjukkan Anda Terlalu Banyak Protein |
![]() |
---|
Cara Tradisional untuk Mengatasi Diverkulitis alias Radang Saluran Pencernaan |
![]() |
---|
Diet Mediterania Mengurangi Risiko Penyakit Alzheimer atau Gangguan Kognitif |
![]() |
---|
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!