Sejarah
Stasiun Bogor atau Station Buitenzorg
Lintasan rel kereta api yang menjadi penghubung Kota Batavia menuju Buitenzorg--sekarang Bogor--berada di Stasion Bogor.
Penulis: Janlika Putri | Editor: Intan Ungaling Dian
Stasiun Bogor adalah stasiun lama peninggalan Belanda tepatnya dari abad ke-19 pada masa Pemerintah Hindia Belanda.
Wajah Stasiun Kereta api Kota Bogor kini kian hari semakin modern dan mentereng, meskipun tampak bangunan tetap bercirikan kolonial.
Perkembangan pembangunan Stasiun Bogor atau Station Buitenzorg ini terus mengikuti perkembangan zaman.
Bahkan, Stasiun Bogor mengikuti perkembangan zaman ke zaman, sejak tahun 1881 ketika Indonesia masih dalam kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.
Informasi sejarah Stasiun Bogor terpampang di satu bidang lempeng logam dan kayu di sekitar stasiun.
• Kesenian Belanda Depok Tanjidor dan Keroncong Dipengaruhi Eropa dan Kampung Tugu
Dalam tulisan tersebut menyebutkan bahwa, lintasan rel kereta api yang menjadi penghubung Kota Batavia menuju Buitenzorg--sekarang Bogor--berada di Stasion Bogor.
Stasiun Bogor pada masa Hindia Belanda dibuka untuk umum mulai tahun 1881.
Sebelumnya, Perusahaan Kereta Api Negara Belanda bernama Staatsspoorwegen (SS) yang membangun Stasiun Bogor.
Pembangunan lintasan rel kereta api dari Batavia ke Buitenzorg ini dimulai pada 1869. Pembangunan stasiun selesai tahun 1873.
• Warisan Rumah Cimanggis untuk Awal Perkembangan Kota Modern di Indonesia

Sedangkan yang membangun lintasan kereta api yakni perusahaan kereta swasta bernama Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
SS bukan perusahaan swasta pertama yang membangun Sasiun Bogor.
Begitu keterangan yang ditulis pada prasasti pada bangunan lama gedung Stasium Bogor.
Sebelumnya, sudah ada stasiun buatan NISM pada sisi bagian timur stasiun buatan SS.
Lalu, pada tahun 1913, SS membeli jaringan kereta Jakarta- Bogor dari NISM.
Diambil alih oleh SS, pembagunan kereta Buitenzorg semakin berkembang.
Bahkan, dari jalur ini pembangunan rel kereta api dilanjutkan menuju wilayah Priangan melalui Sukabumi, Cianjur, Bandung, dan Cicalengka.
• Museum Seni Rupa dan Keramik
Penopang perekonomian Hindia Belanda
Pada tahun 1830, di wilayah Hidia Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch memulai pelaksanaan Sistem Kerja Tanam Paksa.
Sejak sistem kerja tanam paksa diberlakuan, Pemerintah Hindia Belanda banyak membuka perkebunan baru di daerah pegunungan.
Mereka dipaksa untuk menanam antara lain tebu, kina, dan kopi.
Halaman selanjutnya
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!