Sejarah
Istilah 'Belanda Depok, Pujian atau Sindiran untuk Orang Depok Asli?
Seorang pensiunan pegawai Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) membeli wilayah Depok dari pemerintah Belanda.
Pasalnya, sekolah menengah di Depok saat itu belum ada sehingga mereka harus melanjutkan sekolah di Jakarta.
Di dalam kereta, para anak muda Depok tersebut bercakap-cakap dengan sesama anak asli Depok lainnya dalam bahasa Belanda.
Penumpang lain dan teman-teman mereka yang mengetahui hal ini, yang berasal dari Bojong Gede dan Bogor tidak berbahasa Belanda.
Lantas, mereka mengolok-olok anak-anak Depok dan menamakannya sebagai 'Belanda Depok'.
Olok-olok Belanda Depok ini kemudian dikenal luas dan menjadi istilah umum.
"Sebenarnya, dahulu orang Depok asli tidak suka dipanggil Belanda Depok. Tapi makin ke sini istilah itu jadi sesuatu yang biasa," kata Thabitha Loen.
• Greg Capullo, Penulis Komik Batman Berbagi Ilmu Sukses untuk Komikus Muda di Singapura
Sebelum wafat, Chastelein yang memiliki lahan seluas 1.244 hektar itu mewariskan aset-asetnya untuk dikelola oleh 12 marga budak yang dibebaskannya tersebut.
Sebagai bukti peninggalannya, di tembok bangunan Kantor Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) terdapat wasiat atau pesan Cornelis Chastelein.
Wasiat itu dikeluarkan pada 13 Maret 1714 beberapa saat sebelum Cornelis Chastelein meninggal dunia.
"Mijne uyterste wille en intentie strijdende, die is om daar een fraaie christen bevolkinge mettertijt van te doen groeyen" (Kehendakoe ijaitoe sopaja atas tanah-tanah itoe timboel soewatoe perhimpoenan masehi jang indah). (Gopis Simatupang)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!