WARTA KOTA -- Virus Corona 2 semakin menjadi momok di masyarakat, setelah melihat dampak yang ditimbulkannya.
Maka tak mengherankan bila masyarakat akan mengupayakan banyak hal, demi terhindar dari virus dengan nama resmi SARS-CoV-2 ini.
Salah satu cara yang cukup mudah diakukan ialah berkumur dengan obat kumur, alias mouthwash.
Namun tidak semua mouthwash konsisten mengurangi jumlah virus SARS-CoV-2 dalam mulut.
Hal ini diutarakan drg Ratu Mirah Afifah GCClinDent MDSc, selaku Head of Sustainable Living Beauty & Personal Care and Home Care Unilever Indonesia Foundation.
Dia menjelaskan, berbagai riset menunjukkan mouthwash berpotensi menjadi tambahan penting untuk tindakan perlindungan sehari-hari, setelah mencuci tangan, menjaga jarak secara fisik, dan mengenakan masker.
Kandungan CPC
Hasil studi secara in vitro (studi dalam lingkungan terkendali di luar organisme hidup) membuktikan bahwa Pepsodent Active Defense Mouthwash, dengan teknologi cetylpyridinium chloride (CPC), efektif mengurangi jumlah virus SARS-CoV-2 hingga 99,9 persen dengan waktu kontak 30 detik.
Hasil uji awal menunjukkan bahwa penggunaan mouthwash dengan teknologi CPC berpotensi memiliki peran penting untuk melengkapi anjuran 3M, sebagai langkah pencegahan untuk membantu mengurangi transmisi Covid-19, saat digunakan sesuai dengan aturan di kemasan.
“Di tengah situasi pandemi yang masih mengkhawatirkan, studi awal kami menunjukkan hasil yang menjanjikan. Teknologi CPC yang kami gunakan telah dikenal oleh industri perawatan gigi dan mulut, karena kemampuannya dalam mengurangi bakteri, mencegah plak gigi dan peradangan gusi–tanpa mengganggu keseimbangan bakteri baik di dalam rongga mulut," kata drg Mirah, dalam konferensi pers virtual Pepsodent luncurkan Pepsodent Active Defense Mouthwash, Selasa (7/12/2020).
Dokter Mirah mengatakan, Unilever telah mempublikasikan hasil penelitian sebelumnya, tentang efek mouthwash yang mengandung CPC kepada pengganti virus corona di platform riset biologi Biorxiv.
Riset itu juga memperlihatkan bahwa Pepsodent Active Defense Mouthwash, yang mengandung 0,07 persen CPC, bekerja efektif mengurangi jumlah virus SARS-CoV-2 hingga 99,9 persen, dengan menargetkan dan menghancurkan selubung lipid dari virus tersebut.
Dalam studi ini membandingkan produk mouthwash yang mengandung CPC, etanol, dan campuran enzim dan zinc sulfat.
Namun, hanya teknologi CPC yang hingga saat ini menunjukkan hasil yang konsisten dan positif.
CPC juga dikenal efektif mengatasi berbagai penyakit dan masalah mulut lain, dengan sifat anti virusnya.
Studi pendukung
Penjelasan drg Mirah dilengkapi oleh Dr drg Armelia Sari Widyarman MKes, yang menyatakan bahwa hasil studi ini didukung oleh sebuah uji klinis, dari sekelompok peneliti independen di Singapura. Riset itu melibatkan sejumlah penderita Covid-19.
Uji klinis tersebut memperlihatkan bahwa berkumur dengan mouthwash yang mengandung CPC, dapat mengurangi jumlah virus SARS-CoV-2 secara signifkan, setelah berkumur selama 30 detik, dan efeknya bertahan selama 6 jam.
Glyn Roberts PhD, Head of Unilever Global Oral Care R&D menerangkan, meskipun penelitian dari Unilever masih terus berlanjut, para ilmuwan terkemuka telah meninjau data studi ini dan setuju bahwa dengan membagikan hasilnya secara luas.
Masyarakat dapat mempertimbangkan untuk mengikutsertakan berkumur dengan mouthwash berbasis CPC. sebagai tambahan dari tindakan pencegahan transmisi Covid-19 lainnya.
Hal ini disetujui oleh Prof Iain Chapple, Head of Research dari Institute of Clinical Sciences, University of Birmingham.
Katanya, mouthwash dengan kandungan teknologi CPC dapat menjadi langkah sederhana, efektif, dan aman bagi masyarakat untuk melindungi dan mencegah transmisi Covid-19, bersama dengan langkah-langkah yang direkomendasikan oleh otoritas kesehatan.
“Pada akhirnya, kami mengajak masyarakat semakin melindungi diri dan keluarga terhadap risiko penyebaran Covid-19, melalui tindakan 3M ekstra. Yaitu mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak fisik, menggunakan masker, dan dilengkapi dengan menjaga kesehatan rongga mulut. Dengan menerapkan kebiasaan yang baru ini, kita bisa berperan mengurangi angka transmisi Covid-19 di lingkungan kita,” tandas drg Mirah.
Virus di rongga mulut
Berbicara dalam acara yang sama, drg Tritarayati SH MHKes, selaku Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menuturkan bahwa SARS-CoV-2 juga terdapat di rongga mulut orang yang terifeksi, terutama di air liur.
Hal itu berdasarkan banyak riset yang dilakukan terhadap virus ini.
Temuan itu memberi pengetahuan baru, mengingat selama ini virus ini disebutkan menempel di saluran pernafasan.
Hal ini harus diwaspadai, karena di dalam 1 mililiter air liur terdapat lebih dari 1 juta partikel virus.
Faktanya, virus penyebab Covid-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau keluarnya cairan dari hidung, yang telah terdeteksi sebelum, selama, dan setelah fase akut penyakit. Begitu juga dalam kasus tanpa gejala.
Sementara, data terbaru dari CDC Amerika Serikat menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen penyebaran Covid-19 berasal dari kasus konfirmasi tanpa gejala.
Pintu masuk Covid-19 adalah mata, mulut, dan hidung. Maka mengurangi jumlah virus di rongga mulut bisa dilakukan, agar virus tidak lolos ke paru-paru.
Apabila sudah sampai ke paru-paru inilah yang biasanya membuat batuk-batuk sampai sesak nafas. (Lilis Setyaningsih)
Halaman selanjutnya