Kapal Pinisi, Ikon Perahu Nusantara

Miniatur perahu pinisi yang ditampilkan dalam Pameran Perahu Tradisional Nusantara di Museum Kebaharian Jakarta, Penjaringan, Jakarta Utara, pada 23 November-22 Desember 2019.

Pinisi adalah alat transportasi pelayaran niaga jarak jauh berasal dari Sulawesi Selatan.

Keunikan pinisi-- perahu orang Bugis adalah proses produksinya sama sekali tidak menggunakan gambar teknis.

Awalnya, bagian dinding perahu disusun lebih dulu,  kemudian diberi kerangka.

Sambungan dinding antara kayu pun tidak memakai paku besi, tetapi pasak kayu dan kulit kayu untuk menutupi celah-celah dinding perahu.

Nama lain pinisi antara lain lambo, bago, patorani, pajala, padewakang palari, pangkur, dan sandeq.

Informasi itu  terpampang saat Pameran Perahu Tradisional Nusantara di Museum Kebaharian Jakarta, beberapa waktu lalu, .

Perahu pinisi biasanya memiliki panjang antara 20-30 meter, lebar 5-6 meter, kedalaman 1,8-2,5 meter, dan daya muat 30-150 ton.

Gedung Candra Naya

Gedung Joang 45

Pembuatan Pinisi

Persiapan awal pembuatan perahu Pinisi adalah penebangan pohon yang sudah dipilih sesuai untuk perahu.

Untuk membuat Pinisi yang  terpenting adalah mencari pohon untuk pembuatan lunas perahu dan dua kayu penyambung untuk bagian depan dan belakang.

Penebangan pohon dilakukan pada saat tepat, baik hari maupun jam (saat) penebangan, biasanya dilakukan sebelum tengah hari.

Bagian-bagian tertentu dari perahu seperti rangka dan penguat dinding perahu biasanya dipilih kayu yang telah terbentuk secara alami.

Pohon pohon yang melengkung merupakan pilihan utama untuk membuat rangka perahu, karena lengkungan secara alami akan memudahkan membuat perahu.

Kemudian dilakukan pembuatan konstruksi bawahnya.

Pembuatan lunas (kalebisiang) merupakan bagian terpenting karena bagian ini merupakan bagian yang rawan terhadap kebocoran.

Ornamen Natal Gedung Putih Sepanjang Tahun 1981-1995

Berkebun dan Bermain Bersama Cucu 30 Menit Dapat Mengurangi Risiko Penyakit Diabetes

Lunas terbuat dari balok kayu jati yang berukuran sekitar 30-40 cm.

Setelah lunas selesai dibuat, kemudian dilakukan persiapan penyambungan.

Teknik penyambungan ada dua macam yaitu 'teknik laso' (sambungan masuk) dan 'teknik jembatan' (teknik tumpuk).

Untuk memperkuat sambungan digunakan pasak kayu, tetapi sekarang pasak kayu diganti dengan baut dan mur.

Juga disiapkan pengepak (merupakan bagian yang mempertemukan dinding perahu bagian kanan dan kiri terletak miring pada lunas).

Selain itu, uru sangkara (papan pertama), sotting (dasar perahu bagian depan dan belakang) dan kanjai.

Pemasangan papan dasar (terasal) termasuk bagian dasar dari perahu.

Ketebalannya akan berbeda satu dengan lainnya, dan papan-papan yang berada di bawah harus lebih tebal daripada papan yang ada di atasnya.

Cara Andi Soraya Menanamkan Kemandirian kepada Putra Sulung Shawn Adrian Khulafa

Cara Andi Soraya Menanamkan Kemandirian kepada Putra Sulung Shawn Adrian Khulafa

Papan terasal atau papan dasar dipasang setelah selesai pemasangan pengepak, pemasangan mula sangkara (papan pertama), dan papan kanjai.

Papan-papan terasal disambung dengan sistem pen dan setiap pen berjarak 15-20 cm.

Pemasangan rangka perahu bertujuan untuk memperkuat dinding perahu yang terdiri atas balok-balok dan papan kayu di bagian bawah dengan berbagai ukuran.

Tahap pemasangan rangka dimulai dari bawah dan semakin ke atas semakin tipis.

Berikut tahapan pemasangan rangka :

Kelu, balik (tulang yang paling bawah) sebagai pengikat papan terasal, kemudian penyambung kelu (gading), saloro (tulang atau penguat pada bagian kiri dan kanan perahu).

Greg Capullo, Penulis Komik Batman Berbagi Ilmu Sukses untuk Komikus Muda di Singapura

Film Rasuk 2 Bakal Teror Penonton Awal Tahun 2020

Lalu, penyambung saloro, lepe (kayu penekan gading), lepe kalang (tempat kalang bertumpu), lepe batang (lepe pada bagian perut perahu).

Setelah itu, taju (tempat pengikat kawat dan tali-tali perahu), pengikat lunas (depan, belakang dengan papan terasal).

Kemudian dilakukan pemasangan rangka perahu dan dinding perahu, selanjutnya dikerjakan bagian belakang perahu.

Pada bagian tersebut penting karena terdapat bagian kemudi yang merupakan 'jantung' perahu.

Setelah bagian belakang selesai, dilanjutkan pengerjaan bagian yang menghubungkan lamma (papan lemah) dengan lunas depan dan belakang.

Dilanjutkan dengan pembuatan anjungan, pembuatan bagian tiang agung dan pembuatan sambungan-sambungan papan dan mendempulnya.

Museum Seni Rupa dan Keramik

Museum Nasional Republik Indonesia

Tanah Bira di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, merupakan pusatnya para pengrajin pinisi.

Kayunya diambil dari tempat lain di luar Sulawesi, seperti dari Kalimantan.

Dikhawatirkan dalam waktu dekat pekerjaan membuat perahu pinisi ini akan punah sejalan dengan punahnya hutan.  (Gopis Simatupang)

Berita Populer