8 Mitos Nutrisi di Media Sosial yang Perlu Diluruskan

Informasi di media sosial tidak selalu benar. Inilah 8 mitos nutrisi keliru yang beredar di media sosial.

Editor: AC Pinkan Ulaan
Pixabay.com/jmexclusives
Media sosial kian menjadi sumber informasi masyarakat. 

Hal ini menunjukkan akan pentingnya mendapatkan pengetahuan yang akurat dari sumber yang dapat dipercaya.

"Adalah tugas kita bersama untuk dapat mengungkap kebenaran informasi nutrisi, dan membantu konsumen di Asia Pasifik mendapat pengetahuan nutrisi yang mereka butuhkan untuk mencapai hasil kesehatan yang diinginkan,” ujar Dr Rimbawan.

Berikut 8 Mitos yang paling sering beredar di Asia Pasifik:

Mitos 1: Karbohidrat dapat menambah berat badan

Fakta: Mengonsumsi Karbohidrat saja tidak menyebabkan penambahan berat badan, tapi juga menambah kalori. Sumber karbohidrat yang sehat seperti sayuran, buah buahan, kacang kacangan dan biji bijian juga memberikan nutrisi penting seperti kalsium, zat besi dan vitamin B.

Mitos 2: Semakin berumur, semakin sedikit protein yang dibutuhkan

Fakta: Memasuki usia 40 tahun, kemungkinan akan mengalami penurunan fungsi dan massa otot secara bertahap atau dikenal dengan sarcopenia. Proses ini bisa dicegah dengan meningkatkan asupan protein dan melakukan latihan ketahanan (strenght training) yang disesuaikan dengan usia.

Side plank adalah salah satu bentuk latihan ketahanan (strenght training).
Side plank adalah salah satu bentuk latihan ketahanan (strenght training). (Pixabay.com/HannahWells)

Mitos 3: Kafein menyebabkan dehidrasi

Fakta: Meskipun kafein memiliki sifat diuretik (menyebabkan naiknya laju urinasi), mengonsumsi dua hingga tiga cangkir kopi tidak akan membuat anda dehidrasi. Sebuah studi oleh Institute for Scientific Information tentang kopi menyatakan bahwa kopi juga bersifat menghidrasi dengan kandungan airnya.

Mitos 4: Massa tulang di semua usia dapat dioptimalisasi dengan asupan kalsium yang cukup

Fakta: Level puncak massa tulang (ukuran dan kekuatan tulang maksimal) bergantung pada asupan kalsium dan akan mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Namun asupan kalsium yang cukup sepanjang hidup dapat mengurangi risiko osteoporosis. Suplementasi kalsium dapat melindungi dari keropos tulang di usia tua, terutama untuk wanita pasca menopause yang memiliki kebutuhan kalsium lebih tinggi.

Mitos 5: Diet ketogenik adalah jalan sehat untuk mengurangi berat badan

Fakta: Konsumsi karbohidrat yang sangat rendah, sedang dalam asupan protein dan tinggi lemak mendorong tubuh mengunakan lemak sebagai bahan bakar akan mengakibatkan penurunan berat badan. Bagaimanapun, karbohidrat sehat baik untuk tubuh, karena akan menyuplai energi, vitamin dan mineral. Untuk menurunkan berat badan secara berkelanjutan, mengadopsi diet seimbang yang dipadu dengan olahraga teratur adalah cara yang paling baik.

Ilustrasi makanan mengandung protein, daging merah, daging ayam, kacang-kacangan, dan susu.
Ilustrasi makanan mengandung protein, daging merah, daging ayam, kacang-kacangan, dan susu. (Medical News Today)

Mitos 6: Pola makan yang sangat rendah lemak adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan

Fakta: Berbagai studi menunjukkan pola makan/diet dengan rendah lemak akan menurunkan berat badan dalam jumlah yang sangat kecil pada tahun pertama. Hal tersebut menjadikan pola ini tidak efektif. Tubuh kita membutuhkan lemak karena dapat membantu membangun membran sel dan membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak.

Mitos 7: Indeks Glikemik adalah pengukuran yang baik untuk memilih karbohidrat yang paling sehat

Fakta: Indeks Glikemik adalah pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat karbohidrat dalam makanan yang dapat berdampak pada tingkat gula darah dalam tubuh, tetapi tidak untuk memilih pola makan yang sehat dan tepat. Pemilihan karbohidrat dalam makanan dilakukan dengan berbagai pertimbangan lain.

Mitos 8: Bubuk protein bukanlah sumber makanan yang sehat dibandingkan dengan protein dari makanan alami.

Fakta: Bubuk protein dapat menjadi sumber protein yang sama baiknya dengan makanan dari bahan alami, jika berasal dari sumber yang berkualitas dan diproses dengan berdasarkan sains. Misalnya protein yang berasal dari kedelai dengan mengandung protein lengkap serta 9 jenis lengkap asam amino esensial untuk kebutuhan nutrisi tubuh. (Lilis Setyaningsih)

Ikuti kami di
709 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved