Wabah Covid 19
Di Belanda Air Susu Ibu Dipakai untuk Merawat Pasien Covid-19
Para peneliti di Belanda menawarkan gagasan menggunakan air susu ibu (ASI) untuk mengobati pasien Covid-19.
Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA -- Pandemi Covid-19 yang membuat dunia lumpuh saat ini, memacu banyak peneliti berlomba menemukan cara untuk mengatasi penyakit ini.
Upaya ini bukan saja dalam hal penemuan vaksin dan obat, melainkan juga cara untuk menyelamatkan orang-orang yang paling rentan terpapar Covid-19.
Baru-baru ini para peneliti di Emma Children Hospital Amsterdam UMC, Belanda, merilis hasil penelitian mereka, yakni air susu ibu (ASI) untuk meningkatkan antibodi manusia.
Sebagaimana dilansir Daily Mail, ASI itu dibekukan menjadi es batu untuk diisap-isap oleh si pasien.

Para peneliti tersebut menyatakan temuan mereka ini sangat cocok untuk menghadapi gelombang kedua wabah Covid-19 di Eropa, di saat vaksin dan obat belum ditemukan.
Antibodi dalam ASI
Menurut Daily Mail, para peneliti Belanda itu terinspirasi dari penggunaan plasma darah untuk mengobati pasien Covid-19 yang kondisinya gawat.
Metode plasma darah adalah menggunakan darah pasien Covid-19 yang sembuh, untuk menyembuhkan penyakit ini. Soalnya di darah pasien itu sudah terbentuk antibodi alami untuk menghadapi virus SARS-CoV-2.
Hanya saja, para peneliti itu tidak meneliti darah lagi tetap ASI. Pasalnya, selama ini diketahui bahwa ASI mengandung antibodi sang ibu.
Asumsi ini ternyata tepat, sebab mereka menemukan antibodi dalam ASI 30 perempuan yang sembuh dari Covid-19.
Penelitian yang dimulai pada bulan April lalu itu kemudian melihat, antibodi dalam ASI itu berhasil mencegah virus corona berkembang biak dalam cawan petri.
"Kami tahu bahwa ASI melindungi bayi yang baru lahir, dari infeksi saluran pernapasan karena di dalam ASI terkandung antyibodi. Dengan menyusui, ibu membagikan antibodinya kepada bayi," kata Dr Britt van Keulen, salah satu peneliti tersebut.
Antibodi di dalam ASI itu juga bertahan dalam proses pasteurisasi dan pembekuan.
Dengan begitu, ASI yang mengandung antibodi ini disa dipasteurisasi, lalu dibuat menjadi es krim atau hanya es batu.
Kenapa harus es?
Van Keulen juga menjelaskan alasan timnya memilih membekukan ASI itu, untuk disantap para pasien.
Katanya, antibodi harus menyentuh membran mucous di tubuh manusia, agar bisa menempel dengan efektif.
Membran mucous adalah lapisan sel di sekeliling organ tubuh. Sel ini mengeluarkan cairan kental untuk untuk melindungi organ tubuh itu dari virus.
Membran mucous juga ditemukan di dinding dan langit-langit mulut manusia, sehingga es krim atau es batu dirasa sebagai bentuk paling tepat untuk mengantarkan antibodi itu.
"Kalau bentuknya cairan akan hilang dengan cepar masuk ke kerongkongan. Karena itu kami membentuknya menjadi es batu, sehingga bertahan lebih lama di mulut pasien, dan lebih lama pula bersentuhan dengan membran mucous sehingga terbentuk lapisan," kata Van Keulen.
Halaman selanjutnya
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!