Fenomena Pangsit Goreng Le Gino, Harus Menyelesaikan 10.700 Porsi sampai Akhir Juli
Pangsit Goreng Le Gino begitu tenar, sehingga ribuan orang per hari ingin menikmati penganan ini.
Penulis: Desy Selviany | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA WIKI - Pangsit Goreng Le Gino adalah fenomena kuliner terbaru, dan paling mencengangkan di Jakarta.
Penganan seperti mi goreng tek-tek ini begitu dicari orang, yang dibuktikan dengan jumlah pesanan sampai Minggu (19/7/2020) mencapai 10.700 porsi.
Tingginya permintaan yang harus dipenuhi itu membuat Le Gino menutup sementara pemesanan, karena dia harus memenuhi pesanan yang sudah terlanjur masuk itu.
Warung Pangsit Goreng Le Gino ini memang sedang viral, dan diulas oleh banyak food vlogger.
Maka tak mengherankan bila sejak akhir Juni 2020, warung Pangsit Goreng Le Gino diserbu ribuan pembeli setiap harinya.
Ketenaran Le Gino tidak lepas dari video akun YouTuber kuliner Boengkoes, yang tayang pertama kali pada akhir Juni kemarin.
Sejarah
Menurut Supriatin, anak Le Gino, ayahnya sudah membuka usaha kuliner sejak tahun 1993.
Awalnya dia berdagang di rumah, yang berada di sebuah gang di wilayah Kelurahan Cengkareng Timur.
Ketika itu Le Gino masih bekerja sebagai koki di sebuah restoran. Usaha warung makan hanya untuk menambah pendapatan keluarganya.
"Waktu itu bapak punya usaha bakmie goreng dan katering," kata Supriatin pada Minggu (19/7/2020).
Di awal buka, usaha kuliner Le Gino sudah langsung melejit karena warga Cengkareng Timur banyak yang cocok dengan masakannya.
Karena itu Le Gino mengundurkan diri dari restoran tempat kerjanya, dan fokus ke usaha miliknya sendiri.
Menurut Supriatin, ayahnya memang suka berinovasi dengan masakan. Termasuk ketika menemukan ide menggoreng kembali pangsit yang sudah direbus.
Ide pangsit goreng yang unik itu datang dari Le Gino sendiri.
Begitu diperkenalkan kepada pembelinya, seketika itu langsung jadi favorit warga pelanggannya, dari antara semua menu yang dijual Le Gino.
"Inovasi pangsit goreng sudah ada sejak tahun 1993. Tapi waktu itu hanya warga setempat saja yang tahu dan langganan," kata perempuan berusia 35 tahun itu.
Menurut Supriatin, yang membedakan kuliner ayahnya denga bakmie goreng lainnya ialah di adonannya.
Sejak tahun 1993 hingga saat ini, Le Gino membuat sendiri adonan bakmie dan pangsit untuk warungnya.
Hal itulah yang membuat tekstur bakmie dan pangsit Le Gino lebih lembut dibandingkan pedagang mie tek-tek lainnya.
Fasilitas
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!