New Normal

Mengenakan Face Shield saat Bersepeda Justru Berbahaya. Kenapa?

Bersepeda mengenakan face shield dianggap berbahaya, karena uap hasil bernapas akan membuat face shield berembun sehingga mengurangi jarak pandang.

Editor: AC Pinkan Ulaan
Warta Kota/Alex Suban
Warga bersepeda di Bundaran Senayan pada Sabtu (27/6/2020) 

WARTA KOTA - Banyak orang senang berolah raga menggunakan face shield di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, karena lebih nyaman.

Maklum, face shield tidak menutupi mulut dan hidung rapat seperti masker.

Face shield kini banyak dicari masyarakat, sevagai peranti melakoni masa normalitas baru.
Face shield kini banyak dicari masyarakat, sevagai peranti melakoni masa normalitas baru. (Shoppe.com)

Hanya saja, ternyata Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta justru menganjurkan agar pesepeda tidak memakai penutup wajah (face shield) berbahan plastik, saat berolahraga.

Alasannya, hembusan nafas saat beraktivitas fisik berat akan menimbulkan uap, yang menempel di face shield sehingga menghalangi pandangan saat berkendara.

“Penggunaan masker menjadi hal yang disarankan dipakai saat berolahraga. Kami juga mengimbau agar melakukan kegiatan bersepeda dengan intensitas rendah dan sedang,” kata Kadispora DKI Jakarta, Achmad Firdaus pada Kamis (25/6/2020).

Bila tingkat intensitas latihan berada di level tinggi, Achmad Firdaus malah menyarankan tidak memakai masker, demi keselamatan pesepda itu.

Hanya saja bersepeda tanpa masker di tengah pandemi Covid-19 malah berisiko tertular virus corona.

Indikator intensitas

Ada beberapa indikator untuk mengetahui level intensitas saat berolahraga. Untuk intensitas rendah, indikatornya ialah seseorang masih dapat bernyanyi dan berbicara dengan jelas.

Sedangkan indikator intensitas sedang adalah orang itu masih dapat berbicara dengan jelas tapi sudah sulit bernyanyi.

Terakhir, olahraga intensitas tinggi membuat seseorang tidak bisa berbicara lagi, karena dia harus mengatur napasnya.

“Kalau olahraganya sudah intensitas tinggi, hendaknya menurunkan aktivitas olahraganya secara perlahan. Jadi intensitas rendah-sedang masih bisa memakai masker, tapi kalau tinggi sebaiknya dilepas dulu,” ujarnya.

Masker cadangan

Firdaus mengatakan, pesepeda hendaknya membawa masker cadangan saat melakukan aktivitas ini. Masker cadangan diperlukan apabila masker yang dipakai saat menggowes sudah basah terkena keringat.

“Kalau tidak diganti akan terjadi kelembapan di masker, karena tertutup keringat,” ujarnya.

Menurut Achmad Firdaus, memakai masker saat bersepeda merupakan hasil konsultasi Dispora DKI dengan para ahli, yakni dokter spesialis penyakit menular, dokter spesialis paru, dokter spesialis keolahragaan, komunitas sepeda, komunitas atletik, dan sebagainya.

“Kalau untuk komunitas sepeda sebetulnya mereka sudah biasa memakai masker, karena bertujuan untuk menyaring polusi kendaraan saat berada di jalan raya,” katanya.

Suasana hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Gajah Mada, pada 28 Juni 2020.
Suasana hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Gajah Mada, pada 28 Juni 2020. (Warta Kota/Nur Ichsan)

Jarak aman

Dalam kesempatan itu, Firdaus juga menyarankan masyarakat yang berolahraga sepeda untuk memakai helm atau pelindung kepala, serta menjaga jarak antar pesepeda.

Untuk kecepatan 30 km/jam jarak amannya 20 meter, kemudian kecepatan 14 km/jam jarak amanya lima meter, serta untuk kecepatan 8 km/jam jarak amannya dua meter.

Ikuti kami di
540 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved