Kesehatan

Perut Buncit Meningkatkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke Berulang

Orang yang pernah mendapat serangan jantung pertama tetapi memiliki punya perut buncit dapat mengalami serangan jantung berulang.

The Tribune India
Ilustrasi seorang pria mengukur lingkar pinggang. Ukuran lingkar pinggang di atas 90 cm dan berperut buncit bisa menjadi pertanda Anda akan mendapat serangan jantung kedua. 

Orang yang selamat dari serangan jantung tapi memiliki lemak berlebih di sekitar perut dapat berisiko mengalami serangan jantung berulang.

Penelitian sebelumnya menyebutkan,  obesitas perut atau lemak perut, merupakan faktor risiko mengalami serangan jantung pertama.

Sedangkan peneliti di Swedia mengatakan, ada hubungan antara obesitas perut dengan serangan jantung berulang.

"Pasien dengan tingkat obesitas abdominal yang meningkat masih memiliki risiko kejadian berulang serangan jantung meskipun sedang dalam terapi,”  Dr Hanieh Mohammadi, peneliti di Karolinska Institute, Stockholm.

Untuk menurunkan  faktor risiko  obesitas abdominal antara lain anti-hipertensi, obat diabetes, dan obat penurun lipid.

"Obesitas perut tidak hanya meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke pertama, tetapi juga risiko kejadian berulang setelah kemalangan pertama," katanya.

Mempertahankan lingkar pinggang sehat sangat penting untuk mencegah serangan jantung dan stroke, meskipun minum obat dan telah melakukan cek kesehatan.

Tips Melindungi Kulit dari Sinar Ultra Violet

Penelitian dalam angka

Penelitian Mohammadi adalah studi terbesar yang pernah dilakukan pada topik lemak perut bikin serangan jantung dan stroke berulang.

Penelitian belly fat itu diikuti lebih dari 22.000 pasien serangan jantung setelah serangan jantung pertamanya.

Peserta penelitian mengikuti survey itu  selama rata-rata 3,8 tahun.

Para peneliti memeriksa hubungan antara obesitas perut yang ditentukan oleh lingkar pinggang dan risiko kejadian kardiovaskular sekunder seperti serangan jantung.

Sebagian besar dari 22.000 peserta memiliki obesitas perut.

Hampir 80 persen pria memiliki lingkar pinggang lebih dari 94 sentimeter (37 inci) dan 90 persen wanita memiliki lingkar pinggang 80 sentimeter (31 inci) atau lebih.

Para peneliti menemukan bahwa peningkatan obesitas perut dikaitkan dengan serangan jantung dan stroke.

Penelitian itu terlepas dari faktor-faktor lain seperti merokok dan diabetes, dan peserta melakukan perawatan pencegahan untuk menghindari peristiwa jantung sekunder.

Para peneliti mengatakan bahwa lingkar pinggang menjadi  penanda lebih penting dari masalah kardiovaskular berulang ketimbang obesitas.

11 Rahasia Wanita Berhasil Olahraga Setiap Hari

9 Kebiasaan Buang Air Besar yang Harus Anda Ketahui

Bahaya lemak perut

Para ahli mengatakan, menggunakan pengukuran pinggang bisa menjadi cara lebih efektif untuk menentukan risiko  kardiovaskular daripada faktor lain seperti indeks massa tubuh (BMI).

"Pengukuran paling penting adalah lingkar pinggang dan rasio pinggang-pinggul," kata Dr Megan Kamath, ahli jantung di UCLA Health di California, kepada Healthline.

Pengukuran pinggang dan pengukuran rasio pinggang-pinggul telah terbukti cukup berguna dalam memprediksi risiko serangan jantung.

Pengukuran pinggang telah terbukti lebih berguna dalam memprediksi risiko kardiovaskular daripada BMI karena spesifik untuk lemak perut.

Setiap 37 detik, satu orang di Amerika Serikat meninggal karena penyakit kardiovaskular.

Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian bagi pria dan wanita di sebagian besar kelompok etnis dan ras di Amerika Serikat.

Waspada Penyakit Pneumonia di Wuhan China Bisa Terjadi di Indonesia

Benarkah Minum Teh Bisa Meningkatkan Daya Ingat Anda?

Setiap 40 detik, satu orang di Amerika Serikat mengalami serangan jantung.

Artinya, sekitar 805.000 orang Amerika mengalami serangan jantung setiap tahun dan  605.000 orang di antaranya telah mendapat  serangan jantung pertama.

Peluang terkena serangan jantung kedua dari serangan pertama adalah 1 banding 5 .

Sebanyak  20 persen pasien dapat mengalami serangan jantung kedua setelah serangan pertama , meskipun telah menggunakan obat untuk mengurangi risiko.

Hal itu diungkapkan oleh Dr Sanjiv Patel, ahli jantung intervensi di MemorialCare Heart and Vascular Institute di Orange Coast Medical Center di California.

Apa yang terjadi setelah serangan jantung

Di antara faktor-faktor risiko untuk serangan jantung kedua adalah mengalami serangan jantung pertama.

Hanya dengan mengalami serangan jantung pertama, risiko serangan jantung kedua 'siap menunggu Anda.'

Serangan jantung  adalah peristiwa signifikan bagi tubuh, peradangan, stres, dan  dapat mengacaukan area lain yang tersumbat di arteri jantung.

Nieca Goldberg, direktur medis Program Jantung Wanita NYU di New York, mengatakan temuan penelitian Swedia tersebut masuk akal.

“Saya tidak terkejut dengan peningkatan risiko serangan jantung kedua. Obesitas perut berhubungan dengan peningkatan gula darah, hipertensi, dan peningkatan faktor inflamasi," Goldberg.

Khasiat Minum Teh Dapat Mengurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

Menurut dia, obesitas perut lebih berisiko daripada obesitas umum.

Dalam studi tersebut, orang dengan obesitas perut masih berisiko lebih tinggi untuk serangan jantung kedua.

Meskipun minum obat, jelas itu mengurangi kemungkinan serangan jantung kedua, tetapi efek obesitas perut berpengaruh besar terhadap serangan jantung berikutnya.

“Jadi itu memberi tahu Anda bahwa hanya minum obat setelah serangan jantung pertama tidak cukup," kata Patel.

Patel mengatakan, bagi para penyintas serangan jantung  selain minum obat yang diresepkan, mereka juga harus melakukan gaya hidup sehat.

"Anda masih harus makan lebih baik, berolahraga, menurunkan berat badan. Jika Anda memiliki obesitas perut, Anda harus menyingkirkannya atau menguranginya.

“Pengobatan itu sendiri bukanlah jawabannya. Anda harus melakukan keduanya," katanya. (Healtline.com)

Ikuti kami di
204 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved