WARTA KOTA WIKI -- Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja meninggal dunia pada Minggu (11/7) malam, setelah beberapa pekan dirawat di rumah sakit akibat tertular Covid-19.
Menurut informasi yang diterima, Almarhum meninggal dunia pada pukul 21.30 di ruang perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Siloam Kelapadua, Tangerang.
Menurut Kepala Sub Bagian Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Bekasi, Ramdan Nurul Ikhsan, Eka langsung menjalani perawatan di ICU begitu terkonfirmasi positif Covid-19.
Penyebabnya adalah, Eka memiliki riwayat penyakit atau komorbid sehingga perlu penanganan medis di rumah sakit.
Hanya saja, karena rumah sakit di Kabupaten Bekasi penuh, dia terpaksa dibawa ke Tangerang.
"Keterangan dari Dinkes, Beliau trombositnya sempat turun, kemudian ada sesak nafas dan komorbid. Makanya harus dibawa ke ICU. Waktu itu (ICU) penuh semua di Bekasi, kemudian yang ada di Tangerang. Kemudian setelah dirawat, kondisi beliau mulai stabil, namun kadang-turun naik," kata Ramdan.
Kronologi sakit
Berdasarkan keterangan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, dr Sri Enny Mainarti dalam keterangan pers yang diterima Warta Kota pada Senin (5/7/2021), Eka terkonfirmasi positif Covid-19.
Dokter Sri menjelaskan, awalnya Bupati Bekasi didiagnosa mengidap demam berdarah.
Eka kemudian menjalani tes usap PCR pada Kamis (1/7/2021), dan hasilnya positif.
Eka kemudian menjalani isolasi mandiri, tapi karena kondisinya menurun dia dirujuk ke RS Siloam Kelapadua, Tangerang, Minggu (4/7/2021) pagi .
Masa kecil
Mengutip dari laman bangeka.org, Eka Supria Atmaja adalah putra asli Kabupaten Bekasi.
Dia lahir di Desa Waluya, yang saat ini berada di Kecamatan Cikarang Utara, pada 9 Februari 1973.
Dia merupakan putra dari pasangan H Ojoy Jarkasih dan Hj Enjuh Juhriah.
Bang Eka, begitu panggilan akrab Bupati Bekasi ini, menempuh pendidikan dasar di Bekasi.
Mulai dari sekolah dasar di SD Lemahabang pada 1980 - 1986, kemudian melanjutkan ke SMP 2 Cikarang yang dijalani pada 1986 - 1989.
Pada tahun 1989 dia melanjutkan ke SMA Negeri 1 Cikarang Utara sampai tahun 1992.
Sementara pendidikan tinggi jenjang S1 ditempuh di Fakultas Hukum Universitas Borobudur pada 1992 - 1996.
Karier politik
Sejak muda Eka memang sudah berniat berkarier di bidang politik dan pemerintahan. Dimulai dari jabatan Kepala Desa Waluya selama 2 periode, pada 2001 -2006 dan 2006 - 2012.
Kemudian pada tahun 2014 Eka terjun ke kancah politik yang lebih luas lewat Pemilu 2014, dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten Bekasi melalui Parta Golkar.
Dia terpilih sebagai anggota Dewan untuk periode 2014 - 2019, bahkan mendapat amanat menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bekasi.
Namun jabatan sebagai Ketua DPRD hanya diembannya sampai tahun 2017, karena ada mandat dari partai untuk bertarung di Pilkada 2017: Kabupaten Bekasi.
Eka diminta menjadi Calon Wakil Bupati Kabupaten Bekasi, mendampingi Neneng Hassanah Yasin yang maju sebagai Bupati Kabupaten Bekasi.
Pasangan Neneng - Eka memenangi kontestasi politik ini, sehingga Eka resmi menjabat sebagai Wakil Bupati Kabupaten Bekasi mulai 22 Mei 2017.
Namun jabatan ini hanya bertahan selama setahun, karena ada geger kasus suap proyek Meikarta yang menyeret Neneng Hassanah Yasin.
Kasus itu membuat Bupati Bekasi terpilih tersebut harus lengser dari jabatannya, untuk menjalani proses hukum.
Maka Eka harus menggantikan Neneng sebagai Bupati Bekasi.
Pertama dia diangkat sebagai Pelaksana Tugas Bupati Bekasi pada 18 Oktober 2018.
Kemudian pada 12 Juni 2019 Eka resmi menjabat sebagai Bupati Bekasi, yang dijabatnya sampai tutup usia pada 11 Juli 2021.
Dengan wafatnya Eka, Kabupaten Bekasi otomatis tidak memiliki kepala pemerintahan. Pasalnya, sejak Eka dilantik menjadi Bupati Bekasi belum ada orang yang mengisi jabatan Wakil Bupati Bekasi yang ditinggalkan Eka.
Prestasi
Saat menjadi orang pertama di Kabupaten Bekasi, Eka mengusung slogan "Bekasi 2x Tambah Baik".
Salah satu wujud dari slogan itu ialah revitalisasi Geduang Juang 45 Tambun menjadi museum sejarah Bekasi.
Menariknya, museum ini mengadopsi konsep digital dalam menampilkan koleksinya, dan menjadi museum pertama di bilangan Bekasi yang secanggih itu.
Revitalisasi gedung peninggalan Pemerintahan Hindia Belanda ini memakan waktu 1 tahun, dan menelan biaya sekitar Ro36 miliar.
Sayangnya, museum yang diresmikan pada 20 Maret 2021 ini belum mendapat kunjungan wisatawan, gara-gara pandemi Covid-19 yang belum berakhir juga.
Prinsip yang dipegang Eka dalam memimpin Kabupaten Bekasi adalah pesang orangtuanya, "jadilah pemimpin yang amanah, dan jangan mengecewakan masyarakat".
Kehidupan pribadi
Untuk kehidupan pribadinya, sebagaimana dilansir bangeka.org, Eka Supria Atmaja menikah dengan Holilah, dan mereka dikaruniai tiga anak.
Putri pertama diberi nama Nikita Orizza, putri kedua bernama Jelena Jatuzzaiwa, dan si bungsu adalah putra satu-satunya, Reziy Ahmad Syaikhu.
Halaman selanjutnya