WARTA KOTA -- Sejak dua pekan lalu masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi disajikan berita bahwa seluruh rumah sakit di wilayah tersebut sudah tak dapat menerima pasien Covid-19 lagi.
Ledakan kasus penyakit ini membuat kapasitas layanan kesehatan terpakai semua, alias tak ada tempat tidur lagi yang bisa dipakai untuk menerima pasien.
Maka keluar imbauan dari Kementerian Kesehatan, agar pasien Covid-19 tanpa gejala, atau dengan dengan gejala ringan, untuk melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Fasilitas layanan kesehatan diutamakan untuk merawat pasien dengan gejala sedang sampai berat.
Namun isolasi mandiri adalah hal baru bagi banyak orang, sehingga tak tahu apa yang sebaiknya dilakukan.
Prof Tjandra Yoga Aditama, Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, berbagi tip hal-hal praktis yang harus diperhatikan ketika melakukan isolasi mandiri.
Dari siaran pers yang diterima.Warta Kota, Kamis (8/7/2021), menurut Prof Tjandra cukup banyak yang harus disiapkan dalam menjalani isolasi mandiri.
Tetapi secara praktis dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yakni terjaminnya kebutuhan sehari-hari, terjaminnya aspek kesehatan, serta pencegahan penularan kepada anggota keluarga yang lain.
Berikut secara lengkap tiga hal utama yang harus disiapkan saat isolasi mandiri di rumah:
I. Kebutuhan sehari-hari harus tetap terjaga baik.
Ada 3 hal yang perlu menjadi perhatian:
1. Makan dan minum yang baik, istirahat yang cukup, ruang isolasi yang patut dengan ventilasi yang baik, pakaian dan tempat tidur yang memadai.
2. Keamanan yang terjamin, misalnya jangan sampai ada arus pendek listrik di kamar karena pasien tertidur sambil alat elektronik menyala, atau tergelincir di kamar mandi karena penuh air yang tidak dibersihkan.
3. Harus ada dukungan moral dan sikap positif dari anggota keluarga dan kerabat. Tentu RT/RW setempat harus diinformasikan
II. Aspek kesehatan
Setidaknya ada empat hal penting di sini:
1. Obat-obatan, baik untuk Covid-19 maupun untuk penyakit penyerta yang mungkin ada, dan sudah rutin dikonsumsi
2. Monitor keadaan kesehatan, yang dibagi dalam dua hal.
Pertama adalah monitor ada tidaknya keluhan demam, batuk, sesak nafas, sakit kepala, nyeri tubuh, diare, dan keluhan lain, atau perburukan dari keluhan.
Misalnya tadinya batuk sedikit tapi lalu jadi batuk berdahak kuning.
Kedua adalah monitor dengan alat, misalnya saja dengan thermometer yang relatif mudah didapat.
Llebih bagus lagi bila memiliki oximetri untuk mengtahui situasi oksigen di tubuh, dan tensimeter untuk mengukur tekanan darah.
Monitoring setidaknya dilakukan dua atau tiga kali sehari.
"Berita tentang cukup banyak orang yang meninggal saat isoman tentu amat menyedihkan," kata Prof Tjandra.
3. Tersedia komunikasi dengan petugas kesehatan untuk konsultasi.
Yang ideal tentu dengan dokter yang biasa merawat, atau dengan klinik/puskesmas terdekat.
Atau setidaknya dengan kenalan atau kerabat yang kebetulan berprofesi sebagai tenaga kesehatan.
Ini sangat diperlukan karena kalau dirawat di rumah sakit, tiap hari dokter akan visite.
Kalau di rumah, akan baik sekali kalau secara berkala ada komunikasi dengan petugas kesehatan.
"Sejak awal, puskesmas setempat perlu dilapori bahwa akan melakukan isoman," katanya.
4. Pola hidup sehat tentu harus terjaga, termasuk berolah raga, menjaga kebersihan dan mengelola kemungkinan stress dengan baik
III. Pencegahan penularan dengan orang lain di dalam rumah.
Ada 3 hal yang juga yang perlu dilakukan:
1. Tidur di kamar terpisah
2. Memisahkan makanan, pakaian, alat mandi, dan alat pribadi lain
3. Memakai masker secara adekuat kalau terpaksa ada kontak dengan anggota keluarga lain, dan tentu rajin mencuci tangan. (*/Lilis Setyaningsih)
Halaman selanjutnya