WARTA KOTA -- Kebanyakan masyarakat Indonesia, terutama yang sudah setengah baya ke atas, mengenal daun kelor sebagai daun untuk melunturkan kesaktian seseorang.
Konon, orang-orang yang memiliki jimat atau aji-aji atau susuk, selalu menderita saat meregang nyawa. Katanya karena nyawanya tak mulus meninggalkan jasadnya, akibat tertahan jimat atau aji-aji itu.
Dalam situasi inilah daun kelor dibutuhkan. Konon katanya, dengan mengusapkan beberapa ranting berdaun tumbuhan ini, maka kesaktian jimat atau susuk di dalam tubuh seseorang akan luruh, dan jiwanya bisa pergi dengan bebas.
Itulah mitos yang dipercaya masyarakat sejak dulu kala dan mungkin sampai sekarang. Entah benar atau tidak.
Bagi pria
Ternyata tak hanya orang tua-tua yang percaya "keajaiban" daun kelor ini, sebab orang-orang muda yang modern juga mempercayainya.
Hanya saja, bukan soal keajaiban daun dari pohon bernama latin Moringa oleifera ini di dunia mistis, melainkan manfaatnya bagi kesehatan manusia.
Karena itu, sebagaimana dilansir laman Healthline, semakin banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan bahwa si kelor ini benar-benar tumbuhan super.
Menurut Healthline, beberapa penelitian itu mengkhususkan diri mempelajari manfaat kelor bagi kesehatan pria.
Inilah beberapa hasil penelitian itu:
1. Membantu menjaga kesehatan prostat
Biji dan daun kelor disebutkan kaya akan sebuah mineral bernama glucosinolates, yang di dalamnya terkandung sulfur. Zat ini sekarang sedang diteliti manfaatnya sebagai antikanker.
Riset menggunakan tabung di laboratorium menunjukkan bahwa glucosinolates, yang diekstrak dari biji kelor, dapat menghambat pertumbuhan sel kanker prostat pada manusia.
Itu baru satu topik penelitian. Topik lainnya, sebagaimana diwartakan Healthline, adalah kemampuan kelor mencegah terjadinya prostate hyperplasia (BPH).
Masalah BPH ini biasanya muncul ketika pria semakin tua, yang ditandai dengan pembesaran prostat. Kondisi ini membuat buang air kecil menjadi tidak lancar.
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan tikus sebagai obyek, yakni dengan memberikan sari daun kelor kepada hewan pengerat itu.
Kemudian tikus-tikus percobaan mendapat suntikan testosteron setiap hari selama 4 pekan. Tujuannya agar terjadi BPH di tikus tersebut.
Para peneliti ini memiliki obyek pembanding, yakni tikus yang tak mendapat sari daun kelor, namun mendapat suntikan testosteron.
Ketika dua kelompok tikus ini dibandingkan, ternyata tikus yang mendapat sari kelor memiliki berat prostat yang lebih kecil dari yang tidak.
Selain itu, sari kelor juga mengurangi tingkat antigen spesifik prostat (prostate-specific antigen), atau protein yang diproduksi oleh kelenjar prostat.
Jika jumlah antigen ini berlebih, maka dipastikan orang itu mengidap kanker prostat.
Temuan lainnya dalam penelitian ini, tikus yang mendapat sari kelor mengalami penurunan jumlah testosteron.
Bagi manusia, berkurangnya kadar testosteron berarti mengurangi hasrat seksual, dan memunculkan maslaah disfungsi ereksi.
Kadar testosteron rendah juga menyebabkan massa otot ramping menurun, dan depresi.
Kemampuan kelor mengunrangi kadar testosteron dipastikan berdampak buruk , bagi pria yang sedang menjalani terapi testosteron (untuk meningkatkan kadar testosteron).
Seperti juga di studi-studi lainnya, para peneliti menyatakan bahwa harus dilakukan penelitian lanjutan untuk topik ini.
Kesimpulannya, kelor memiliki kandungan glucosinolates, yang yang memberikan efek kesehatan prostat kepada tikus.
Namun para peneliti masih belum bisa memastikan, apakah manfaat yang sama juga akan diterima oleh manusia.
2. Meringankan masalah disfungsi ereksi (DE)
Untuk yang belum tahu, disfungsi ereksi adalah kondisi saat penis tidak mampu menegak dengan sempurna, yang dibutuhkan untuk melakukan hubungan seksual.
Bagi pria, kondisi ini adalah sebuah masalah besar, yang harus dicari solusinya.
Sebagaimana dilansir Healthline, kondisi ini biasanya terjadi akibat ada masalah dengan aliran darah ke alat genital pria tersebut.
Penyebab masalah itu adalah tekanan darah tinggi, tingginya kadar lemak di dalam darah, dan masalah khusus seperti diabetes.
Karena itu para peneliti melihat kelor sebagai salah satu solusi bagi masalah DE.
Tanaman ini bukan memperbaiki secara langsung di bagian genital, melainkan mengatasi penyebab aliran darah yangh tidak lancar tadi.
Kelor, atau sekarang juga sering disebut dengan nama moringa, memiliki kandungan polyphenols yang sudah terbukti melancarakan peredaran darah, dengan meningkatkan produksi nitric oxide dan menurunkan tekanan darah.
Studi menggunakan tikus menunjukkan, sari kelor dari daun dan biji menghambat produksi enzim-enzim kunci yang berhubungan dengan DE.
Enzim kunsi tersebut menyebabkan peningkatan tekanan darah, dan menurunkan produksi nitric oxide.
Studi lainnya memperlihatkan bahwa sari biji kelor membuat otot-otot halus di penis tikus yang sehat menjadi rileks, sehingga semakin banyak darah yang mengalir ke sana.
Sari biji kelor itu juga meringankan DE di tikus yang menderita diabetes.
Kedengarannya seperti kabar baik bagi para pria. Namun, ternyata studi ini belum diuji coba ke manusia.
Jadi sampai sekarang belum diketahui dampaknya bagi manusia.
Kesimpulannya, daun dan biji kelor terbukti memperbaiki masalah aliran darah ke penis di tikus, dan meringankan masalah DE.
Namun belum diketahui apakah hasil yang sama akan diperoleh manusia.
3. Meningkatkan kesuburan
Sebagaimana dilansir Healthline, pria bertanggung jawan atas 40 persen kasus masalah ketidak suburan di pasangan suami istri.
Berkurangnya produksi sperma dan berkurangnya kegesitan sperma disebutkan sebagai penyebab terbanyak masalah ketidak suburan pria.
Lalu, apa peran kelor dalam masalah tidak subur ini?
Menurut artikel Healthline, daun kelor merupakan sumber antioksidan yang sangat baik.
Antioksidan ini yang akan membantu memperbaiki masalah yang disebabkan oksidan di dalam tubuh, yang menjadi penyebab berkurangnya produksi sperma, atau sperma yang kurang gesit tadi.
Penelitian di laboratorium kepada kelinci menunjukkan, bubuk daun kelor terbukti meningkatkan volume semen (air mani), meningkatkan jumlah sperman, serta menghasilkan sperma yang gesit.
Semenytara penelitian yang menggunakan tikus sebagai obyek, menunjukkan hasil yang lebih baik lagi.
Bahkan jumlah sperma, yang dihasilkan testis yang tidak turun pada tikus (testis tidak menggantung), juga meningkat.
Temuan lain dari dua penelitian ini, sari daun kelor mencegah berkurangnya produksi sperma, yang biasanya disebabkan oleh panas berlebihan, kemoterapi, dan terpapar sinar elektromagnetik yang dekleuarkan telepon seluler.
Namun, lagi-lagi hasil ini belum diuji coba ke manusia.
Kesimpulannya, daun kelor kaya kandungan zat antioksidan, yang memapu melawan masalah oksidan yang menyebabkan kerusakan sperma di kelinci dan tikus.
Dibutuhkan penelitian lanjutan kepada manusia untuk mengonfirmasikan temuan ini.
4. Memperbaiki kendali gula darah
Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang muncul karena tubuh tidak memproduksi cukup insulin, atau tubuh tidak bisa menggunakannya secara efektif.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas, yang tugasnya menurunkan kadar gula darah setelah makan.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pria dibandingan perempuan. Pasalnya, pria memang cenderung menyimpan lemak di bagian perut.
Lemak yang disebut lemak visceral ini menyebabkan efektivitas insulin menurun, sehingga meningkatkan risiko diabetes.
Penelitian kepada tikus yang mengidap diabetes menunjukkan bahwa sari daun dan biji kelor dapat menurunkan kadar gula darah. Caranya denagn meningkatkan produksi insulin, atau penyerapan gula ke sel.
Sebuah penelitian kepada 10 orang dewasa memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan. Mengonsumsi 4 gram bubuk daun kelor meningkatkan produksi insulin, namun belum memberikan dampak besar kepada kadar gula darah.
Sementara penelitian lainnya menggunakan partisipan 10 orang dewasa sehat dan 17 orang dewasa pengidap diabeters tipe 2.
Setiap orang mendapat 20 gram bubuk daun kelor saat makan, dan para peneliti melihat hasil yang cukup menjanjikan.
Suplemen itu menurunkan peningatan kadar gula darah setelah makan pada partisipan diabetes, namun tidak pada partisipan yang sehat.
Namun, menurut para peneliti itu, 20 gram bubuk daun kelor menyebabkan rasa tidak enak di makanan, yang diperkirakan akan berpengaruh kepada kedisiplinan orang untuk terus mengonsumsinya.
Para peneliti juga memberi catatan bahwa harus dilakukan penelitian serupa, dengan jumlah partisipan yang lebih banyak dan jangka waktu yang lebih panjang.
Kesimpulannya, bubuk daun kelor menunjukkan khasiat mengurangi peningkatan gula darah sesudah makan, pada penderita diabetes tipe 2.
Namun riset lanjutan masih dibutuhkan untuk mempertegas temuan ini.
Keamanan dan efek samping
Sebelum para ahli ilmu kesehatan modern meneliti kelor, tanaman ini sudah dikonsumsi secara rutin oleh masyarakat tradisional di Asia.
Khususnya di India dan beberapa tempat di Indonesia, baik dijadikan jamu atau disantap sebagai sayur.
Para ahli juga meneliti kebiasaan itu, dan menyatakan bahwa tidak ditemukan efek samping pada orang yang mengonsumi bubuk daun kelor sampai 50 gram sekali makan.
Efek samping juga tidak ditemukan pada orang, yang rutin memakan suplemen daun kelor seberat 7 gram setiap hari, selama 90 hari berturut-turut.
Karena itu para ahli menyatakan bahwa kelor memiliki risiko yang rendah.
Mereka juga mengakui bahwa tanaman ini memiliki kandungan yang bermanfaat, meski pun belum ada penelitian efeknya kepada manusia.
Hanya saja, penulis artikel di Healthline mengingatkan, walau pun kelor terlihat mujarab bagi masalah kesehatan pria, namun mereka yang sedang menjalani terapi testosteron, mengonsumsi obat tekanan darah tinggi dan mengendalikan gula darah, harus berkonsultasi ke dokter dulu sebelum minum suplemen ini.
Tujuannya agar tidak terjadi efek samping karena pertemuan suplemen kelor dengan obat dokter.
Halaman selanjutnya