WARTA KOTA -- Tak lama lagi akan berlangsung ujian masuk bersama perguruan tinggi negeri (PTN), yang merupakan seleksi penerimaan mahasiswa baru semua PTN di Indonesia.
Ujian seleksi ini sekarang bernama ujian tulis berbasis komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN), dan tahun ini berlangsung pada 5-12 Juli 2020.
Siapa sih yang tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri?
Pastinya itu harapan semua orangtua, dan tentu saja para siswa sekolah menengah tingkat atas saat ini.
Bukan soal prestisenya, melainkan kualitas pendidikan yang akan diperoleh, dan jangan dilupakan pula biayanya.
Bukan berarti perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia tidak ada yang bagus, sebab banyak PTS bagus saat ini. Hanya saja biaya PTS bagus selalu lebih mahal dari kuliah di kebanyakan PTN.
Di tengah masa pandemi Covid-19, Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) menetapkan hanya menggunakan satu jenis tes SBMPTN 2020, yakni tes potensial skolastik (TPS).
Biasanya, setidaknya sampai tahun 2019, UTBK SBMPTN terdiri dari 2 jenis tes, yakni Tes Potensi Akademik (TPA) dan TPS.
Namun bukan berarti SBMPTN tahun ini menjadi lebih mudah, sebab justru di TPS banyak siswa terjebak dan gagal masuk PTN.
Apa itu TPS?
Menurut Yudhistira Adi Prasetya, yang menyebut dirinya pendidik harian lepas di Universitas Gajah Mada (UGM), banyak siswa tidak paham konsep dari TPS sehingga menganggap bentuknya sama seperti ujian nasional (UN).
“Kalau di UN tujuannya untuk evaluasi, sementara soal TPS sifatnya seleksi. Yang diukur adalah kesiapan siswa secara mandiri dan pribadi, terutama untuk kehidupan di perguruan tinggi nanti. Setiap universitas ingin mendapatkan mahasiswa baru yang sudah siap,” kata Yudhistira dalam sesi diskusi virtual bertajuk "Persiapan Efektif UTBK SBMPTN 2020" yang diselenggarakan Warta Kota bersama platform edu-tech Leson.id secara live di akun instagram @wartakotalive.com, Sabtu (20/6/2020).
Menurut Yudhistira, model tes yang seperti UN adalah TPA, karena materi soalnya dipelajari selama sekolah menengah tingkat atas.
Hanya saja TPA tak diujikan saat ini karena pandemi Covid-19.
Laman resmi LTMPT sendiri sudah menjelaskan bahwa TPS mengukur kemampuan kognitif peserta, yang meliputi kemampuan penalaran umum, kemampuan kuantitatif, pengetahuan, dan pemahaman umum, serta kemampuan memahami bacaan dan menulis.
Adil
Sebagai pendidik di perguruan tinggi, Yudhistira lebih senang dengan TPS, karena selain menyeleksi kesiapan calon mahasiswa, model ini juga memiliki sifat keadilan.
"Di TPS ini siswa yang memiliki potensi bagus, meskipun berasal dari sekolah yang biasa-biasa saja, atau tidak bagus, memiliki peluang lulus sama besar dengan peserta yang berasal dari sekolah bagus dan favorit. Sementara di model TPA, peserta yang berasal dari sekolah cenderung lebih unggul berkat kualitas sekolahnya," kata Yudhistira, yang juga penulis soal-soal di Leson.id.
5 Penyebab kegagalan
Namun, terlepas dari model soalnya, berdasarkan pengalaman SBMPTN yang sudah-sudah, Yudhistira melihat ada lima penyebab siswa gagal lulus SBMPTN.
Berharap berlebihan di SNMPTN
Pertama, menurut Yudhis, panggilan akrab pria lulusan UGM ini, para siswa berharap masuk PTN dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Lewat jalur ini memang paling asyik karena siswa tak perlu susah-susah ikut ujian SBMPTN, sebab siswa bisa otomatis masuk berdasarkan nilai rapornya.
"Karena terlalu berharap dengan SNMPTN sehingga lupa menyiapkan diri untuk SBMPTN. Padahal persentase kuota SNMPTN ini hanya 15 persen, yang berarti persaingannya sangat ketat," ujar Yudhis.
Karena itu, jika ingin masuk PTN lewat jalur ini siswa harus memastikan nilai rapornya tinggi, secara konsisten dari semester 1 di kelas 10 sampai kelas 12.
"Kalau dari kelas 10 sudah ragu-ragu dengan nilai rapornya, segera fokus ke SBMPTN. Terlalu lama berharap SNMPTN malah mematikan niat belajar untuk SBMPTN," kata Yudhis.
Buta soal SBMPTN
Mengapa SBMPTN ini harus belajar lagi? Jawabannya adalah penyebab kedua gagal lulus SBMPTN.
Menurut Yudhis, mayoritas siswa buta akan soal SBMPTN sehingga menganggap remeh.
"Kebanyakan berpikir materi soal seperti materi UN, sehingga siswa tak mau belajar lagi atau belajar sekadarnya saja," ujar Yudhis.
Padahal, katanya menegaskan, sifat dari UN dan SBMPTN saja berbeda. UN bersifat evaluasi, sedangan SBMPTN bersigat seleksi.
"Bentuk soal UN kebanyakan adalah pilihan ganda, sementara SBMPTN banyak soal yang jawabannya penalaran berdasarkan logika," kata Yudhis lagi.
Buta peta persaingan
Penyebab kegagalan ketiga adalah siswa tidak memahami persaingan setiap jurusan, termasuk yang dipilihnya.
Pada tahun 2019, kata Yudhis, pendidikan dokter di Universitas Indonesia (UI) diminati 852 peserta SBMPTN. Padahal daya tampungnya hanya 54 orang, yang berarti hanya 9 persen dari seluruh peminat.
"Kebanyakan remaja lebih memilih mendengar apa kata teman-temannya daripada kata orangtuanya. Ini juga yang banyak terjadi dalam memilih jurusan di PTN. Secara kompetensi dia tidak mampu, tapi tetap memilih jurusan itu karena teman-temannya," ujar Yudhis.
Minim informasi bentuk tes SBMPTN
Penyebab kegagalan keempat ialah, siswa tidak tahu bentuk tes yang akan dihadapi karena minimnya informasi soal ini.
Seperti sudah disebutkan di awal artikel ini, SBMPTN terdiri dari dua model tes yakni TPA dan TPS.
Untuk tahun ini hanya TPS yang diujikan, yang bentuknya penalaran logika, dan menekankan kepada kemampuan membaca literasi.
"Bentuk soal penalaran logika itu jarang diteskan di sekolah. Sedangkan kemampuan membaca literasi sering menjadi masalah, karena anak sekarang malas membaca soal," kata Yudhis.
Tidak memiliki rencana belajar
Kemudian penyebab kegagalan kelima ialah siswa tidak memiliki rencana belajar.
Karena tidak direncanakan, maka belajarnya tidak efektif baik dari segi waktu maupun materinya.
Menurut Yudhis, akan lebih baik bila belajar untuk SBMPTN sudah dilakukan sejak siswa masih duduk di kelas 10.
Dengan begitu dia bisa melakoni belajar dengan cara yang menyenangkan.
Nah, itulah lima penyebab siswa gagal saat mengikuti SBMPTN. Semoga setelah mengetahui lima faktor itu, para siswa bisa merancang strategi yang efektif untuk sukses menembus PTN.
• Pendaftaran UTBK-SBMPTN Masih Terbuka Sampai 20 Juni 2020 pukul 22.00 WIB
• Kiat Wali Kota Jakarta Utara dalam Menjaga Kesehatan dan Kebugaran
• Inilah Panduan Mengenali Tingkat Risiko Penularan Virus dalam Aktivitas Sehari-hari
Halaman selanjutnya
...