Gedung Candra Naya

Gedung atau Rumah Candra Naya di Jalan Gajah Mada No 188, Taman Sari, Jakarta Barat.

Bangunan atau rumah Candra Naya adalah salah satu rumah yang menampilkan ragam arsitektur Tionghoa.

Letak Candra Naya ini berada di Jalan Gajah Mada No 188, Taman Sari, Jakarta Barat.

Candra Naya adalah bangunan cagar budaya yang dilindungi undang-undang seperti  Monumenten Ordonnatie Staatsblad Nomor 238 Tahun 1931, UU Nomor 5 Tahun 1974.

Selain itu, Candra Naya juga dilindungi UU Nomor 4 1982, Keppres No 44 tahun 1974, dan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 0128/M/1998.

Dalam SK Gubernur Nomor 475/1993 juga telah dinyatakan dengan tegas bahwa cagar budaya, termasuk bangunan bersejarah di dalamnya harus dilindungi.

Arsitektur bangunan yang kental Tioghoa ini sangat kontras dengan bangunan di sekitarnya yang bergaya modern dan menjulang tinggi.

Atap bangunan melengkung layaknya rumah tradisional China. Kedua ujung atap terbelah dua yang disebut yanwei atau ekor walet.

Struktur atap melengkung seperti atap kelenteng ini menandakan status sosial penghuninya.

Gedung Joang 45

Museum Seni Rupa dan Keramik

Lukisan wajah Mayor Khouw Kim An (Warta Kota/Janlika Putri)

Mayor Tionghoa Batavia

Berdasarkan ciri arsitekter atap melengkung yang menandakan pemilik rumah merupakan orang berada.

Rumah Candra Naya memang milik orang Tionghoa kaya yakni Mayor Khouw Kim An.

Hunian bergaya China klasik itu diperoleh Mayor Khouw Kim An dari warisan sang ayah yakni Khouw Tjeng Tjoan.

Namun tidak jelas angka tahun pembangunan rumah Khouw Kim An. Berdasarkan langgam arsitektur, rumah ini diperkirakan berasal dari awal abad ke-19.

Ada dugaan  bahwa rumah Candra Naya dibangun oleh ayah Khouw Tjeng Tjoan yaitu Khouw Tian Sek.

Khouw Tian Sek memiliki tiga putra. Salah satu putranya yakni Khouw Tjeng Tjoan yang memiliki 14 istri dan 24 anak.

Sebelumnya, ada dua bangunan lain yang mirip dengan Candra Naya yang juga milik Khouw Tjeng Tjoan. Namun, dua bangunan sudah tidak ada lagi saat ini.

Museum Nasional Republik Indonesia

Museum Tekstil di Tanah Abang Jakarta Pusat

Bagian dalam Rumah Candra Naya (Warta Kota/Janlika Putri)

Dua bangunan lain adalah bekas gedung Tiong Hoa Siang Hwee (Kamar Dagang Tionghoa) yang kini berdiri gedung SMAN 2 dan bekas gedung Kedutaan Besar China. Letak ketiganya berdekatan.

Pada bangunan Candra Naya, bangunan utama berfungsi sebgai kantor Khouw Tjeng Tjoan Bangunan di belakang untuk keluarga.

Ketika Khouw Tjeng Tjoan meninggal dunia pada tahuan 1880, rumah Chandra Naya diwarikan kepada putranya yakni Khouw Kim An yang berpangkat mayor.

Sebelum populer dengan nama Candra Naya. Rumah ini sering disebut sebagai Rumah Mayor karena pemiliknya, Khouw Kim An berpangkat mayor.

Khouw Kim An lahir di Batavia pada 5 Juni 1879. Pria Tionghoa ini berlatar belakang pendidikan  sekolah Hokkien dan fasih berbahasa Belanda. 

Ornamen Natal Gedung Putih Sepanjang Tahun 1981-1995

Sejarah Natal Dirayakan Setiap 25 Desember

Desain arsitektur Candra Naya yang menggunakan kaca pada bagian atap alias skylight dan kayu berukir. (Warta Kota/Janlika Putri)

Khouw Kim An mendapatkan gelar mayor pada tahun 1910 dari  pemerintah Belanda.

Selain berpangkat mayor, Khouw Kim An juga berprofesi sebagai pengusaha dan bankir yakni pemegang saham Bataviaasche Bank.

Dia baru menempati rumah warisan ayahnya  pada tahun 1934. Sebelumnya, dia  tinggal di Bogor pada tahun 1910-1930.

Atas jasa-jasanya pada masyarakat lokal, sang mayor mendapat penghargaan berupa medali dari Belanda.

Namun saat Jepang menguasai Indonesia. Khouw Kim An ditawan dan meninggal dunia tahun 1945 di tahanan.

Kue Natal Sejak Abad Pertengahan

Poinsettia, Pohon Merah untuk Dekorasi Natal

Candra Naya (Warta Kota/Janlika Putri)

Perhimpunan Sin Ming Hui

Sepeninggalnya Khow Kim An, pada tahun 1946 rumah ini disewakan pada asosiasi untuk keturunan Tionghoa yang bernama Sin Ming Hui atau Xin Ming Hui.

Kegiatan komunitas di rumah itu meliputi kegiatan sosial seperti klinik diagnostik, tempat olahraga, dan pusat pendidikan seperti sekolah.

Dari komunitas itu menjadi cikal bakal berdirinya Universitas Tarumanegara dan Rumah Sakit Husada.

Sesuai ketentuan pemerintah yang melarang penggunakan tiga suku kata untuk nama, maka pada tahun 1962 Sin Ming Hui berubah berubah nama menjadi Perhimpunan Sosial  Tjandra Naja.

Selanjutnya ditulis Candra Naya sesuai ejaan yang berlaku saat ini.

Sin Ming Hui dan Candra Naya artinya sama yakni sinar baru.

Menginjak tahun 1993  perhimpunan Candra Naya pindah ke tempat lain karena gedung dijual oleh ahli waris keluarga Khouw Kim An.

Greg Capullo, Penulis Komik Batman Berbagi Ilmu Sukses untuk Komikus Muda di Singapura

Andra Matin Sang Arsitek

Kolam ikan di bagian belakang bangunan utama Candra Naya. (Warta Kota/Janlika Putri)

Semula, pemilik terakhir  Candra Naya ingin memindahkannya ke Taman Mini Indonesia Indah karena di lokasi akan didirikan gedung baru pada tahun 2003.

Namun, rencana itu ditentang oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso dan para pencinta sejarah.

Sutiyoso dan pencinta sejarah ingin mempertahankan Candra Naya tetap di tempat asalnya.

Setelah  serangkaian kesepakatan ditetapkan, bangunan Candra Naya tetap berdiri.

Namun, ada bangunan lain yang diratakan dan diganti bangunan baru di sekelilingnya seperti sekarang ini.

Sebelumnya, Candra Naya pernah terbengkalai lebih dari 10 tahun.

Keturunan Khouw Kim An—menjual Candra Naya kepada pengembang yang ingin membangun apartemen di atas tanah tersebut pada tahun 1990-an.

Bunga Citra Lestari 16 Tahun Berkarya di Panggung Hiburan Indonesia

Greg Capullo, Penulis Komik Batman Berbagi Ilmu Sukses untuk Komikus Muda di Singapura

Dua tahun kemudian, pemilik baru gedung itu yakni Modern Group merobohkan bangunan di sekeliling gedung utama sehingga hanya tersisa bangunan utama.

Bangunan beton modern pun mulai didirikan di sana. Badai krisis ekonomi menerjang Indonesia tahun 1997. Pembangunan pun terhenti.

Bos Modern Grup, Samadikun Hartono, terlibat kasus penyelewengan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Proyek mangkrak itu dilanjutkan kembali oleh PT Wismatama Propertindo.

Satu hotel dan dua bangunan apartemen StarCity  berdiri di seputar Gedung Candra Naya.

Candra Naya tetap dilestarikan dan menjadi bangunan cagar budaya yang dilindungi hukum.

Di bagian belakang bangunan utama ini juga masih terdapat kolam ikan besar yang menyejukkan suasana berikut sederet kafe untuk bersantai untuk masyarakat masa kini.

Mengunjungi Candra Naya membuat siapapun tersadar mengenai keberadaan etnis Tionghoa sejak dulu kala memang sudah  berkaitan erat  di negara ini, terutama di Jakarta. 

Candra Naya

Letak : Jalan Gajah Mada No 188,  Taman Sari, Jakarta Barat

Jam operasional: Senin-Minggu (08.00-17.30 WiB) 

Tiket : Gratis

Transportasi:  Transjakarta turun di halte Olimo. Commuter Line atau kereta api turun di Stasiun Kota, lalu dilanjutkan naik TransJakarta Jurusan Kota-Blok M dan tuturn di halte Olimo.

Berita Populer