KH Husnul Amal Mas'ud: Belajar Ilmu Kehidupan Sepanjang Hayat

Bukan hanya ilmu akademis yang harus dicari, melainkan juga ilmu kehidupan sepanjang hayat.

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: AC Pinkan Ulaan
Warta Kota/Angga Baghya N
KH Husnul Amal Mas'ud Lc DESA, cucu pahlawan Bekasi KH Noer Alie, melanjutkan perjuangan kakeknya di jalur pendidikan. 

Dia kembali mengambil ilmu Hadits, dengan Spesialisasi studi Sanad Muwatha dan Shahihain.

Pindah ke Maroko merupakan tantangan baru baginya, mengingat tak banyak mahasiswa asal Indonesia di sana.

"Karena di Maroko belum terlalu terkenal seperti di Kairo. Di Kairo mahasiswa kita ada 4.000 orang. Tahun 2004 saya datang ke Maroko, hanya ada 30 orang mahasiswa dari Indonesia. Karena Mesir lebih populer saat itu," ucapnya.

Oleh sebab itu, Husnul selalu berpesan kepada para santrinya untuk selalu menimba ilmu di mana pun mereka berada, dari kecil sampai tua.

"Karena itu saya pesan kepada semua santri di sini, semangat cari ilmu setinggi-tingginya. Dalam konteks ini bukan hanya ilmu yang formal saya, belajar melalui apa pun medianya namanya juga belajar. Makanya semangat kita menuntut ilmu itu dari kita lahir sampai liang lahat, long life education," ujarnya.

Saat di Maroko itulah Husnul berteman dengan Ustaz Abdul Somad, yang ketika itu juga mengenyam pendidikan magister di Maroko.

Hingga kini, setelah ia menjadi Pimpinan Umum Ponpes Attaqwa dan Abdul Somad menjadi ustaz kondang, mereka masih bersahabat.

"Sekarang sudah lumayan karena salah satu sahabat kami muncul ke publik. Sahabat saya Ustaz Abdul Somad, sekelas dulu sama beliau. Dia S1 juga di Mesir, tapi bukan di Kairo. Kalau saya kan di Kairo. (Kami) sudah kenal tapi enggak banyak bertemu. Sampai sekarang masih sering kontak," kata Husnul.

Kehidupan pribadi

Menjadi cucu dari KH Noer Ali, seorang pahlawan merupakan kebanggaan tersendiri bagi Husnul Amal.

Masih terekam jelas dalam ingatannya ketika dia dibimbing langsung oleh pendiri Pondok Pesantren Attaqwa itu.

"Alhamdulillah, saya sempat mengalami masa sebelum Almarhum wafat. Waktu itu saya ingat masih kelas 1 Tsanawiyah (SMP). Pendidikan saya sendiri memang dari TK sampai SMA di Ponpes Attaqwa. Kebetulan dari kecil, dalam berbagai kesempatan non-formal juga sering ketemu beliau," kata Husnul.

KH Noer Ali, sambung Husnul, terkadang turun langsung menjadi penguji para santri dalam tes membaca Al-Qur'an, yang jadi syarat utama kelulusan.

Ketegangan langsung meliputi wajah para santri ketika harus berhadapan dengan KH Noer Ali, dalam ujian yang biasa diselenggarakan pada 10 hari sebelum Ramadan

"Jadi sejak kelas 4 MI di masjid ini, saya mengalami beritikaf bersama beliau. Mengalami dan melihat dari dekat bagaimana kakak kelas saya kalau ujian sama Almarhum. Tegang semua," kata Husnul.

KH Noer Ali dinilai Husnul sangat ketat dalam memberikan nilai tes membaca Al-Qur'an. Dia tak segan-segan menunda kelulusan para santri, yang menurutnya belum baik dalam membaca Al-Qur'an.

"Jadi meski nilainya bagus tapi kalau di mata Almarhum belum bagus baca Al-Qur'an-nya, ya tidak akan diluluskan oleh Pak Kyai. Itu sampai sekarang itikaf tidak pernah terpisahkan dan masih dijalankan di Ponpes Attaqwa," sambung Husnul.

Hal itu juga berlaku bagi cucu-cucu KH Noer Ali yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Attaqwa.

Membaca Al-Quran dengan baik hingga kini masih menjadi indikator utama yang menentukan kelulusan semua santri.

"Karena kami sebagai pesantren tentunya menetapkan standar bacaan Al-Qur'an sebagai prioritas utama. Harus baik dan benar," kata Husnul.

Halaman selanjutnya

BIODATA

...

Ikuti kami di
1192 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved