KH Husnul Amal Mas'ud: Belajar Ilmu Kehidupan Sepanjang Hayat
Bukan hanya ilmu akademis yang harus dicari, melainkan juga ilmu kehidupan sepanjang hayat.
Penulis: Rangga Baskoro | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA WIKI -- KH Husnul Amal Mas'ud adalah Pimpinan Umum Pondok Pesantren (Ponpes) Attaqwa Putra di Bekasi.
Namun dia lebih dikenal sebagai cucu dari KH Noer Ali, seorang pahlawan nasional dari Bekasi yang juga pendiri Ponpes Attaqwa.
Sebagai cucu pendiri Ponpes Attaqwa, cita-cita Husnul Amal dari kecil ialah melanjutkan perjuangan sang kakek, terutama melalui jalur pendidikan.
Karena itu, dia selalu berpesan kepada setiap santrinya agar selalu mencari ilmu sepanjang hidupnya.
Bukan hanya ilmu dari pendidikan formal, melainkan juga ilmu non-formal atau ilmu kehidupan dari berbagai sumber.
Husnul Amal telah mempraktikkan itu berdasarkan pengalaman yang diperolehnya saat menuntut ilmu di Mesir dan Maroko.
Masa kecil dan pendidikan
Husnul Amal lahir di Tembilahan, Provinsi Riau, pada 5 April 1980.
Ibunya adalah Sholihah Noer Ali, anak kedua KH Noer Ali, sehingga Husnul langsung mengenyam pendidikan di ponpes kakeknya sejak kecil.
Namun begitu menyelesaikan pendidikan Aliyah pada tahun 1998, Husnul juga ingin menimba ilmu kehidupan di samping pendidikan formal. Oleh sebab itu dia memutuskan kuliah di luar negeri.
Keputusan ini juga terinspirasi dari dari perjalanan hidup KH Noer Ali, yang menuntut ilmu ke Mekkah, Arab Saudi.
Bagi Husnul, di mana pun ilmu akademis digali hasilnya akan selalu baik. Namun, semakin jauh seseorang meninggalkan zona nyamannya, maka akan semakin banyak pengalaman yang didapat, seperti almarhum kakeknya.
"Menjadi musafir dan keluar dari tempat di mana dia tinggal adalah sebuah sunnah dari para pencari ilmu. Seorang insan harus keluar dari zona nyaman. Saat itu saya merasa perlu mencari pengalaman baru, karena sejak SD sampai SMA saya selalu di sini," kata Hasnul kepada Warta Kota pada Selasa (24/8/2021).
Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, menjadi tujuannya. Husnul mengambil jurusan Hadits dan Ilmu Hadits di Fakultas Ushuluddin.
"Kalau pendidikan sebenarnya sama saja antara di Indonesia atau di luar negeri. Tapi ketika kita keluar, banyak pengalaman yang akan kita dapatkan," lanjutnya.
Perkiraan Husnul ternyata benar, karena melihat dunia luar sangat membuka pemikiran dan pandangannya terhadap kehidupan.
Bisa merasakan langsung dididik oleh dosen di luar negeri merupakan sebuah pengalaman berharga bagi Husnul.
"Ketika kita bercerita, tentu yang kita ceritakan harus berdasarkan apa yang kita lihat, bukan hanya yang kita dengar. Melihat sekali lebih baik daripada mendengar 1.000 kali. Kalau mengalami dan merasakan langsung pasti beda, bagaiamana kita melihat Al-Azhar dan dosen-dosennya," kata Husnul.
Setelah lulus S1 pada 2003, Husnul hanya setahun di Indonesia karena dia kembali berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan studi magister.
Pilihannya kali ini adalah Institut Daar Al-Hadith Al-Hassaniyah di Rabat, Maroko.
Dia kembali mengambil ilmu Hadits, dengan Spesialisasi studi Sanad Muwatha dan Shahihain.
Pindah ke Maroko merupakan tantangan baru baginya, mengingat tak banyak mahasiswa asal Indonesia di sana.
"Karena di Maroko belum terlalu terkenal seperti di Kairo. Di Kairo mahasiswa kita ada 4.000 orang. Tahun 2004 saya datang ke Maroko, hanya ada 30 orang mahasiswa dari Indonesia. Karena Mesir lebih populer saat itu," ucapnya.
Oleh sebab itu, Husnul selalu berpesan kepada para santrinya untuk selalu menimba ilmu di mana pun mereka berada, dari kecil sampai tua.
"Karena itu saya pesan kepada semua santri di sini, semangat cari ilmu setinggi-tingginya. Dalam konteks ini bukan hanya ilmu yang formal saya, belajar melalui apa pun medianya namanya juga belajar. Makanya semangat kita menuntut ilmu itu dari kita lahir sampai liang lahat, long life education," ujarnya.
Saat di Maroko itulah Husnul berteman dengan Ustaz Abdul Somad, yang ketika itu juga mengenyam pendidikan magister di Maroko.
Hingga kini, setelah ia menjadi Pimpinan Umum Ponpes Attaqwa dan Abdul Somad menjadi ustaz kondang, mereka masih bersahabat.
"Sekarang sudah lumayan karena salah satu sahabat kami muncul ke publik. Sahabat saya Ustaz Abdul Somad, sekelas dulu sama beliau. Dia S1 juga di Mesir, tapi bukan di Kairo. Kalau saya kan di Kairo. (Kami) sudah kenal tapi enggak banyak bertemu. Sampai sekarang masih sering kontak," kata Husnul.
Kehidupan pribadi
Menjadi cucu dari KH Noer Ali, seorang pahlawan merupakan kebanggaan tersendiri bagi Husnul Amal.
Masih terekam jelas dalam ingatannya ketika dia dibimbing langsung oleh pendiri Pondok Pesantren Attaqwa itu.
"Alhamdulillah, saya sempat mengalami masa sebelum Almarhum wafat. Waktu itu saya ingat masih kelas 1 Tsanawiyah (SMP). Pendidikan saya sendiri memang dari TK sampai SMA di Ponpes Attaqwa. Kebetulan dari kecil, dalam berbagai kesempatan non-formal juga sering ketemu beliau," kata Husnul.
KH Noer Ali, sambung Husnul, terkadang turun langsung menjadi penguji para santri dalam tes membaca Al-Qur'an, yang jadi syarat utama kelulusan.
Ketegangan langsung meliputi wajah para santri ketika harus berhadapan dengan KH Noer Ali, dalam ujian yang biasa diselenggarakan pada 10 hari sebelum Ramadan
"Jadi sejak kelas 4 MI di masjid ini, saya mengalami beritikaf bersama beliau. Mengalami dan melihat dari dekat bagaimana kakak kelas saya kalau ujian sama Almarhum. Tegang semua," kata Husnul.
KH Noer Ali dinilai Husnul sangat ketat dalam memberikan nilai tes membaca Al-Qur'an. Dia tak segan-segan menunda kelulusan para santri, yang menurutnya belum baik dalam membaca Al-Qur'an.
"Jadi meski nilainya bagus tapi kalau di mata Almarhum belum bagus baca Al-Qur'an-nya, ya tidak akan diluluskan oleh Pak Kyai. Itu sampai sekarang itikaf tidak pernah terpisahkan dan masih dijalankan di Ponpes Attaqwa," sambung Husnul.
Hal itu juga berlaku bagi cucu-cucu KH Noer Ali yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Attaqwa.
Membaca Al-Quran dengan baik hingga kini masih menjadi indikator utama yang menentukan kelulusan semua santri.
"Karena kami sebagai pesantren tentunya menetapkan standar bacaan Al-Qur'an sebagai prioritas utama. Harus baik dan benar," kata Husnul.
BIODATA
Nama: H Husnul Amal Mas'ud Lc DESA
Tempat Tanggal Lahir: Tembilahan, 5 April 1980
Status: Menikah
Anak: Satu laki-laki
Alamat: Pondok Pesantren Attaqwa Putra, Jl. KH. Noer Ali, Kp. Ujungharapan Ds. Bahagia, Kec. Babelan, Kabupaten Bekasi.
Pendidikan:
- MI Attaqwa Pusat, Lulus 1992
- MTS Attaqwa Pusat, Lulus 1995
- MA Attaqwa Pusat, Lulus 1998
- S1 Universitas Al-Azhar Kairo, Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits, Lulus 2003
- S2 Institut Daar Al-Hadith Al-Hassaniyah Rabat, Spesialisasi Hadits Studi Sanad Muwatha dan Shahihain, Lulus 2007
Pengalaman:
- Ketua II Persatuan Pelajar Attaqwa (PPA) Putra 1997-1998
- Ketua Ikatan Keluarga Pelajar & Mahasiswa Attaqwa (IKPMA) Mesir 2002-2003
- Sekretaris PPI Maroko, 2005-2007
- Guru MA Attaqwa 2009
- Petugas Tenaga Haji Indonesia 2003, 2006, 2007.
- Anggota Pendiri Himpunan Alumni Maroko di Indonesia (HIMAMI) 2009
- Sekretaris Pribadi Duta Besar LBBP RI di Maroko 2010-2014
- Mustasyar PCINU Maroko 2014-2016
- Staf Analis Media Kedutaan Besar Negara Qatar di Jakarta, 2016-2021
- Sekjen Himpunan Alumni Maroko di Indonesia (HIMAMI), 2019-Sekarang
- Ketua III Dewan Kerjasama Perdagangan dan Investasi Indonesia-Maroko (DK-PRIMA) April 2021-Sekarang
- Khadimul Ma'had Attaqwa Putra, Oktober 2021-Sekarang
- Anggota pendiri Persaudaraan dan Kemitraan Pondok Pesantren (PK-TREN) Indonesia, 2021.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!