Mengenal Perbedaan Pola Demam DBD dan Covid-19 pada Anak-anak

Mengenali pola demam penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan Covid-19 pada anak-anak, bisa membantu mengurangi risiko fatal kedua penyakit tersebut.

Editor: AC Pinkan Ulaan
www.freepik.com/created by vectorpocket
Mengenali pola demam di penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan Covid-19 pada anak-anak, bisa membantu mengurangi risiko fatal kedua penyakit tersebut. Keterangan foto: Ilustrasi. 

Muka merah

Erni menambahkan, pasien demam dengue biasanya mengalami sakit kepala yang khas, yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.

Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak, dan muka mengalami merah khas.
Gejala ini tak ditemukan di kasus Covid-19.

Fase kritis

Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Mulya Rahma Karyanti SpA(K), menambahkan gejala lain yang dominan pada demam dengue adalah, demam kemudian sakit kepala, tapi batuk pileknya lebih ringan dibanding gejala Covid-19.

"Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6. Itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana (pasien) bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup," katanya.

Kemudian pada Covid-19, penyakit yang biasa dikeluhkan berupa demam, bisa sampai 5 sampai 7 hari, disertai batuk pilek yang lebih dominan, dan semakin tambah sesak.

Saturasi oksigen di kasus Covid-19 juga menurun. Ini yang dianggap dr Mulya, berat bagi anak-anak .

Lebih lanjut dia menjelaskan, fase demam dengue antara lain dari hari kesatu sampai hari ketiga adalah fase demam, kemudian fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, kemudian fase penyembuhan setelah hari ke-6.

"Pada fase demam ini anak demam tinggi, dan biasanya menjadi malas minum sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya. Jangan sampai anak dehidrasi," ucapnya.

Pada fase kritis, di antara hari ke-3 sampai hari ke-6 terjadi kebocoran dari pembuluh darah yang bisa menyebabkan shock hipovolemik, yang menyebabkan pembuluh darah bocor.

Kalau cairan obat yang diberikan kurang, maka ada kemungkinan menyebabkan kematian.

Setelah hari ke-6 masuk ke fase penyembuhan.

Berbeda dengan kasus Covid-19, pada minggu pertama terjadi demam, kemudian menjelang akhir minggu pertama, antara hari ke-5 sampai hari ke-7, mulai ada gejala gejala respiratorik seperti sesak, batuk pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat.

"Pada infeksi dengue biasanya demam terjadi mendadak tinggi, namun setelah hari ketiga pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat, karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian. Sedangkan pada Covid-19 demam bisa tinggi, tapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak. Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, di sinilah saturasi oksigen bisa menurun," kata dr Mulya. (*)

Gejala demam akibat DBD

- Virus beredar berada di dalam (Diremia)

- Demam langsung tinggi yang tidak juga turun.

- Turun setelah diberi obat penurun panas lalu naik kembali.

- Pasien banyak berkeringat karena kerja obat penurun panas.

Ikuti kami di
1101 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved