Hipertensi Bisa Menjadi Penyebab Utama Penyakit Jantung, Stroke dan Gagal Ginjal
Hipertensi bisa menjadi kontributor tunggal stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Namun risiko itu bisa dikecilkan.
WARTA KOTA -- Sajian Hari Raya Idul Fitri biasanya didominasi penganan yang menggunakan santan, yang kadang membuat orang kecut menyantapnya.
Terutama mereka yang sudah memiliki kondisi penyakit tertentu. Salah satunya adalah hipertensi, yang kian banyak diderita oleh masyarakat Indonesia.
Rupanya penyakit ini dianggap sangat penting oleh para pakar kesehatan masyarakat, sehingga ada satu hari khusus yang didedikasikan kepada penyakit ini.
Maka, sebagaimana dilansir laman berita Kementerian Kesehatan, setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia.
Sampai saat ini, di Indonesia hipertensi lebih dikenal sebagai penyakit tekanan darah tinggi. Menurut pihak Kementerian Kesehatan hal itu tidak salah juga.
Silent killer
Menurut laman Kemenkes, hipertensi sering disebut sebagai “the silent killer", karena sering hadir tanpa keluhan.
Hanya saja, hipertensi ini menjadi kontributor tunggal utama untuk penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke di Indonesia.
Seseorang didiagnosis hipertensi jika hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil tekanan sistol (angka yang pertama) ≥ (sama atau lebih dari) 140 mmHg, dan/atau tekanan diastol (angka yang kedua) ≥ 90 mmHg pada lebih dari 1 kali kunjungan pemeriksaan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1 persen.
Angka itu mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 yang sebesar 25,8 persen.
Namun, diperkirakan hanya sepertiga kasus hipertensi di Indonesia yang terdiagnosis, sisanya tidak.
Harus mengontrol
Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr Erwinanto Sp JP(K) FIHA mengatakan, bila seseorang menderita hipertensi dan tidak mengontrol kondisinya, maka penyakit itu akan menjadi kontributor tunggal yang utama untuk penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal.
“Setiap peningkatan darah 20/10 mm Hg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner 2 kali lebih tinggi,” katanya pada konferensi pers virtual Hari Hipertensi Sedunia, Kamis (6/5).
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko, seperti merokok, diet yang tidak sehat (kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi garam berlebih), obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stres.
Keberhasilan mengontrol tekanan darah mencapai target terbukti menurunkan kejadian stroke sebesar 30-40 persen, dan kejadian penyakit jantung koroner sebesar 20 persen.
Konsumsi garam harus diperhatikan, dianjurkan 5 sampai 6 gram perhari. Sayangnya dalam praktik sehari-hari seseorang tidak pernah menghitung berapa banyak konsumsi garam.
Selain mengonsumsi garam, kiat sehat untuk menurunkan hipertensi harus dilakukan. Erwinanto menyarankan untuk memperbanyak makan sayur, buah, sedikit lemak jenuh, ikan, dan sedikit gula.
Hal itu harus diiringi dengan berolahraga secara teratur 30 menit per hari.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!