Tahun Baru
Hari Raya Nyepi: Mengapa Tahun Saka Memiliki Angka Tahun Lebih Kecil dari Tahun Masehi?
Inilah penjelasan mengapa tahun Saka memiliki angka tahun lebih kecil dari tahun Masehi.
Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA WIKI -- Pada hari Minggu (14/3/2021), masyarakat Hindu Bali merayakan Nyepi yang merupakan awal dari Tahun Saka 1943.
Melihat angka tahunnya yang 1943 menimbulkan pertanyaan, mengapa tahun Saka ini lebih kecil angkanya dibandingkan tahun Masehi, yang digunakan sebagai sistem penanggalan umum di dunia saat ini?
Jawabannya karena tahun Saka memang baru dimulai pada tahun 78 Masehi.
Cerita sejarah yang umum beredar adalah, tahun Saka dimulai ketika Raja Kaniska 1 di India menetapkan bahwa negaranya menggunakan sistem kalender Saka sebagai kalender resmi kerajaan.
Namun beberapa pakar sejarah mengoreksi cerita sejarah itu, dan menyatakan bahwa tahun Saka dimulai tahun 78 Masehi ketika Raja Chashtana dinobatkan sebagai raja bagi suku bangsa Saka.
Suku bangsa Saka
Sebagaimana dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, bulelengkab.go.id, Raja Kaniska 1, yang berasal dari dinasti Kushana dan suku bangsa Yuehchi, terkesan dengan perubahan yang diambil suku bangsa Saka, yakni tidak mau lagi berperang mencari kekuasaan.
Pada zaman dulu, jauh sebelum tahun Saka digunakan, tanah India adalah arena peperangan para suku bangsa yang mendiami daerah tersebut.
Perlu dijelaskan bahwa tanah India yang dimaksud di sini adalah wilayah Asia Selatan, yang membentang dari Pakistan sebelah barat yang berbatasan dengan Iran saat ini, sampai India sebelah timur yang berbatasan dengan Myanmar sekarang. Sementara di utara berbatasan dengan Tiongkok pada saat ini.
Pada zaman modern ini, kawasan itu sekarang terbagi menjadi 5 negara, yakni Bhutan, India, Nepal, Pakistan, dan Srilanka.
Di daerah yang sangat luas itu bermukim berbagai suku bangsa, dan lima yang paling besar adalah Pahlawa, Yuehchi, Yuwana, Malawa dan Saka, sejak masa sebelum tahun Masehi dimulai,
Hanya saja kawasan India yang luas itu tampaknya masih kurang besar bagi para suku bangsa tersebut, karena lima suku bangsa itu sering sekali berperang satu sama lain, demi menjadi penguasa di wilayah yang luas itu.
Maka kerap terjadi perubahan kekuasaan di wilayah itu, tergantung suku bangsa mana yang memenangi peperangan.
Menurut laman Pemkab Buleleng tadi, suku bangsa Saka rupanya bosan juga berperang terus-menerus yang ternyata tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Akhirnya, suku bangsa Saka menarik diri dari keinginan menjadi penguasa tanah India.
Fokus ke budaya politik dan militer yang selama ini mereka lakukan dialihkan kepada bidang lain, yang memberikan kesejahteraan masyarakat secara nyata.
Suku bangsa, yang menurut Wikipedia, berasal dari wilayah Asia Tengah (Kazakhstan sampai Iran saat ini) fokus mengembangkan budaya di berbagai bidang selain militer.
Salah satu budaya itu adalah sistem penanggalan atau kalender, yang sangat berguna bagi banyak kehidupan masyarakat, salah satunya kegiatan pertanian.
Dengan kalender itu masyarakat mempunyai patokan waktu untuk menanam setiap jenis tanaman yang mereka miliki saat itu, sehingga hasil panen lebih optimal.
Perubahan fokus yang dilakukan suku bangsa Saka ini membawa hasil yang baik, sehingga suku bangsa lain pun tertarik melakukannya.
Halaman selanjutnya
...
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!