Imlek

IMLEK: Tradisi Menyantap Ikan Bandeng di Masyarakat Tionghoa Jakarta

Tradisi menyantap ikan bandeng pada Hari Raya Imlek di masyarakat Tionghoa di Jakarta.

Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
Istimewa/Sudin KPKP Jakarta Barat
Menjelang Hari Raya Imlek, pedagang ikan bandeng bermunculan di Rawabelong, Kebonjeruk, Jakarta Barat. Aparat dari Sudin KPKP Jakarta Barat melakukan sidak Selasa (9/2/2021), untuk memastikan kualitas ikan bandeng yang dijual. 

WARTA KOTA WIKI -- Sebuah pemandangan yang biasa terlihat di kawasan Rawabelong, Jakarta Barat, setiap menjelang Hari Raya Imlek adalah hadirnya lapak-lapak ikan bandeng di sekitar Pasar Rawabelong.

Bukan hanya satu dua, melainkan belasan pedagang. Biasanya mereka membuka lapaknya sejak tiga hari menjelang Imlek.

Pada tahun ini, menurut data dari Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudis KPKP) Jakarta, tahun ini ada 23 pedagang ikan bandeng yang membuka lapak di sana.

Total berat ikan bandeng yang dijajakan mencapai 3.345 kilogram (kg), atau lebih dari 3 ton.

Maklum, rata-rata bobot ikan bandeng yang dijual pedagang lebih dari 2 kilogram. Namun tak sedikit yang beratnya 5 kg.

Harga per kilogramnya tahun ini mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Naik dari tahun lalu yang dimulai dari Rp 45.000.

Meski banyak masyarakat yang mengeluh dengan kenaikan harga itu, namun mau tak mau tetap dibeli juga karena ikan bandeng memiliki makna yang penting dalam merayakan Tahun Baru Imlek.

Simbol rezeki berlimpah

Sebagaimana diutarakan oleh Go Fee Mong dalam tulisannya yang dilansir laman Kementerian Agama, ikan merupakan simbol harapan agar tahun depan memperoleh rezeki berlimpah.

Pasalnya ikan dalam bahasa Mandarin adalah yu, bunyi yang terdengar saat mengucapkannya homofon dengan yu yang berarti berlimpah.

Dan pada tahun baru masyarakat akan mengucapkan nian nian you yu, yang merupakan doa agar setiap tahun beroleh rezeki berlimpah.

Karena itu ikan harus ada di meja saat keluarga menggelar tuan yuan fan, atau kegiatan makan bersama seluruh anggota keluarga pada malam tahun baru.

Lebih enak

Menariknya, di Tiongkok sana ikan yang digunakan adalah ikan mas dan keluarganya dan ikan lele, karena namanya homofon dengan rezeki berlimpah, keberuntungan, dan hadiah.

Bandeng tidak termasuk ikan yang digunakan untuk sajian hari raya. Bisa jadi karena ikan bernama latin Chanos chanos hanya bisa dikembangkan di kawasan pesisir. Sementara sebagian besar wilayah Tiongkok adalah daratan.

Konon, para imigran Tiongkok yang datang ke Indonesia pada masa lampau itu menemukan bahwa ikan bandeng memiliki rasa yang jauh lebih enak dibandingkan ikan mas. Karena itu lebih cocok untuk hidangan hari raya.

Pindang Bandeng, salah satu masakan khas Tionghoa Peranakan di Jakarta.
Pindang Bandeng, salah satu masakan khas Tionghoa Peranakan di Jakarta. (Warta Kota/AC Pingkan)

Inkulturasi

Sementara, sebagaimana diwartakan Kompas.com pada tahun 2017, Alwi Shahab dalam buku bertajuk Saudagar Baghdad dari Betawi, menyatakan bahwa tradisi bandeng pada saat Imlek adalah pengaruh budaya Betawi ke dalam budaya Tionghoa.

Pasalnya, ada tradisi dalam masyarakat Betawi untuk mengirim ikan bandeng kepada calon mertua, sebagai bentuk penghormatan.

Dalam blognya yang beralamat di alwishahab.wordpress.com, wartawan senior tersebut menulis bahwa tradisi masyarakat Betawi itu kemudian diadopsi masyarakat Tionghoa di Batavia. Maka muncullah tradisi mengirim ikan bandeng kepada calon mertua menjelang Imlek.

Ikuti kami di
900 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved