Imlek
IMLEK: Kue Keranjang, Kue Sederhana yang Berisi Doa dan Harapan
Kue keranjang, kue yang muncul setahun sekali ini memiliki makna penting, dan berbaur dengan budaya setempat.
Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
Pada hari ke-23 bulan ke-12 penanggalan Cina, Dewa Dapur kembali ke Surga untuk melaporkan tingkah manusia-manusia yang diawasinya.
Para manusia ini tidak mau perbuatan buruknya ketahuan, yang bisa menyebabkan mereka memperoleh hukuman. Karena itulah manusia mempersembahkan kue keranjang yang manis dan lengket sehingga hanya perbuatan-perbuatan baik yang dilaporkan.
Atau setidaknya, Dewa Dapur tak kuasa membuka mulutnya yang terkatup rapat akibat lengketnya nian gao.
Monster Nian
Ada pula mitos yang melibatkan monster Nian, di mana kue keranjang menyelamatkan manusia dari monster yang senang menyantap manusia itu.
Sebenarnya versi yang paling populer dari cerita monster Nian ini adalah tentang sejarah mengapa kembang api dinyalakan pada malam Tahun Baru Imlek.
Monster yang ganas itu datang ke desa-desa, dan memakan penduduk desa yang didatanginya. Kaerena itu warga desa selalu bersembunyi untuk keselamatan dirinya
Kemudian datang seorang pria berambut abu-abu yang misterius pada hari Tahun Baru, dan dia mengusir monster Nian denganapi yang meledak-ledak. Sejak saat itu masyarakat menyalakan kembang api agar monster Nian ketakutan.
Namun ada versi lain dari mitos ini, yang menyebutkan pria misterius itu bernama Gao.
Strateginya untuk menghalau si monster adalah dengan meletakkan kue kerjanjang di depan pintu rumah warga, agar perhatian si monster tertuju kepada kue itu.
Kue yang legit dan enak itu membuat monster Nian ketagihan, dan dia tak ingin lagi menyantap daging manusia.
Nah, itulah peran kue keranjang dalam masyarakat Tionghoa. Meski pun bentuknya tidak menarik dan rasanya sederhana, namun kue ini sangat penting di masyarakat.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!