Imlek

IMLEK: Kue Keranjang, Kue Sederhana yang Berisi Doa dan Harapan

Kue keranjang, kue yang muncul setahun sekali ini memiliki makna penting, dan berbaur dengan budaya setempat.

Penulis: AC Pinkan Ulaan | Editor: AC Pinkan Ulaan
Warta Kota/Anggie Lianda Putri
Kue keranjang atau Nian Gao adalah penganan khas Imlek yang memiliki banyak peran. Keterangan foto: Kue keranjang yang dijajakan di Petak Sembilan mejelang Imlek tahun 2018. 

WARTA KOTA WIKI -- Salah satu penganan yang muncul pada masa Imlek adalah kue keranjang. Sejak seminggu sebelum Tahun Baru datang, kue ini sudah dijajakan.

Begitu nama yang dikenal orang-orang awam, karena kue tersebut dicetak di keranjang-keranjang bambu berdiameter 10 centimeter.

Nama sesungguhnya adalah Nian Gao yang berarti kue yang lengket.

Doa dan harapan

Kue keranjang selalu hadir pada Tahun Baru Imlek karena dianggap melambangkan kesuksesan.

Bukan tampilannya yang mewah yang membuatnya memiliki kharisma itu, melainkan namanya yang ketika diucapkan terdengar seperti doa untuk mendapatkan kesuksesan sepanjang tahun.

Seiring tahun berjalan, kesuksesan dan segala sesuatu yang bagus akan meningkat.

Berbagai nama

Secara garis besar, kue keranjang ini terbuat dari beras ketan yang ditumbuk sampai menjadi tepung, kemudian dijadikan adonan dan dicetak.

Pada perkembangannya, masing-masing daerah membuat nian gao dengan ciri khas masing-masing, misalnya dari segi rasa manis dan gurih.

Penganan ini juga dibawa merantau para imigran Cina, dan di tempat baru nian gao ini juga berubah seturut budaya setempat.

Karena itu, nian gao memiliki sebutan berbeda-beda di berbagai tempat dan negara. Antara lain di Indonesia disebut kue keranjang atau kue Cina, di Malaysia disebut kuih bakul, sementara di Filipina disebut tikoy.

Cara menyantapnya juga berbeda-beda gaya. Di Jakarta saja ada yang senang memakannya dalam kondisi lengket seperti dodol, ada yang senang saat kondisinya sudah kering dan mengeras.

Ada pula yang menyajikannya dengan parutan kelapa, atau dilapisi telur lalu digoreng.

Itu baru di Indonesia. Di negara lain pasti juga ada cara tersendiri dalam mengolah kue keranjang.

Pendek kata, kesederhanaan kue ini membuatnya bisa diterima berbagai bangsa, dan bisa diolah sesuai keinginan orang yang akan menyantapnya.

Dewa Dapur

Selain menjadi simbol harapan dan doa untuk masa depan yang lebih baik, kue keranjang juga memiliki peran lain secara mitos dan kepercayaan.

Yang paling sering didengar adalah untuk menutup mulut Dewa Dapur, agar dia tak melaporkan keburukan penghuni rumah selama setahun ini.

Sebagaimana dilansir laman SG Magazine, penganut agama tradisional Cina percaya bahwa Dewa Dapur adalah utusan dari Surga untuk mengawasi gerak-gerik manusia selama setahun ini.

Pada hari ke-23 bulan ke-12 penanggalan Cina, Dewa Dapur kembali ke Surga untuk melaporkan tingkah manusia-manusia yang diawasinya.

Para manusia ini tidak mau perbuatan buruknya ketahuan, yang bisa menyebabkan mereka memperoleh hukuman. Karena itulah manusia mempersembahkan kue keranjang yang manis dan lengket sehingga hanya perbuatan-perbuatan baik yang dilaporkan.

Atau setidaknya, Dewa Dapur tak kuasa membuka mulutnya yang terkatup rapat akibat lengketnya nian gao.

Monster Nian

Ada pula mitos yang melibatkan monster Nian, di mana kue keranjang menyelamatkan manusia dari monster yang senang menyantap manusia itu.

Sebenarnya versi yang paling populer dari cerita monster Nian ini adalah tentang sejarah mengapa kembang api dinyalakan pada malam Tahun Baru Imlek.

Monster yang ganas itu datang ke desa-desa, dan memakan penduduk desa yang didatanginya. Kaerena itu warga desa selalu bersembunyi untuk keselamatan dirinya

Kemudian datang seorang pria berambut abu-abu yang misterius pada hari Tahun Baru, dan dia mengusir monster Nian denganapi yang meledak-ledak. Sejak saat itu masyarakat menyalakan kembang api agar monster Nian ketakutan.

Namun ada versi lain dari mitos ini, yang menyebutkan pria misterius itu bernama Gao.

Strateginya untuk menghalau si monster adalah dengan meletakkan kue kerjanjang di depan pintu rumah warga, agar perhatian si monster tertuju kepada kue itu.

Kue yang legit dan enak itu membuat monster Nian ketagihan, dan dia tak ingin lagi menyantap daging manusia.

Nah, itulah peran kue keranjang dalam masyarakat Tionghoa. Meski pun bentuknya tidak menarik dan rasanya sederhana, namun kue ini sangat penting di masyarakat.

Ikuti kami di
901 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved