Benyamin Davnie: Dari Aktif di Kegiatan Organisasi sampai Pilkada Tangsel 2020

Prinsip kerja Benyamin Davnie ialah menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

Penulis: Rizki Amana | Editor: AC Pinkan Ulaan
Warta Kota/Nur Ichsan
Benyamin Davnie, Wakil Wali Kota Tangerang Selatan. 

"Saya sama sekali tidak pernah menyangka, karena saya hanya mengalir saja (dalam bekerja). Prinsip saya, apa yang menjadi tugas saya hari ini, itu saya kerjakan dengan sebaik-baiknya," katanya.

Sebelum menjabat sebagai Wakil Wali Kota Tangsel, Benyamin memiliki karier yabg terbilang cemerlang sejak diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Tangerang pada tahun 1984.

Dalam dua tahun, dia mendapat promosi sebagi Kepala Sub Bagian (Kasubag) Kependudukan Bagian Pemerintahan Kabupaten Tangerang.

Kemudian dua tahun berikutnya, dirinya ditunjuk untuk menduduki posisi Camat Ciledug.

Bahkan dirinya tercatat sebagai PNS termuda yang menjabat sebagai camat, karena kala itu Benyamin baru berusia 29 tahun.

"Saat itu Camat Ciledug sedang sakit parah, tidak ada juga rencana mutasi dari Bupati. Akhirnya nama saya diusulkan oleh kepala bagian saya ke Bupati, dan disetujui. Akhirnya tahun 1988 saya dilantik sebagai Camat Ciledug menjabat sampai tahun 1991," kata Benyamin.

Usai masa jabatan sebagai camat, Benyamin kembali mendapat peningkatan karier. Kali ini Kepala Bagian Humas Kabupaten Tangerang, sejak 1991 hingga 1993.

Kemudian Bupati Tangerang kala itu kembali menunjuk Benyamin untuk memimpin di wilayah, yakni wilayah Cisoka pada 1993.

Di tahun 1994, Bupati menunjuknya untuk memimpin wilayah Tigaraksa.

Pemilu Transisi 

Menurut Benyamin, jabatan sebagai Camat Tigaraksa merupakan pengalaman yang dahsyat dan tak terlupakan.

Sebab, dirinya menjabat dalam waktu yang cukup lama, yakni 5 tahun yang dimulai sejak tahun 1994 hingga 1999.

"Pengalaman dahsyat saya adalah sebagai Camat Tigaraksa. Saya mengalami dua kali Pemilu, yaitu Pemilu 1997 dan Pemilu 1999," ucapnya.

Dia ingat, Pemilu 1997 masih hanya diikuti tiga partai yakni Golongan Karya (Golkar), Parta Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrai Indonesia (PDI).

Menurut Benyamin, suasana poltik saat itu sangat dipenuhi bumbu-bumbu kegaduhan.

Namun itu belum seberapa dibandingkan kisah lain yang lebih mencekam, yaitu saat dirinya harus turun ke masyarakat, kala Pemerintah akan melangsungkan Pemilu kembali di 1999.

Saat itu, kata Benyamin, suasana ricuh di tengah gelombang reformasi dan kerusuhan, dan terpaksa membuatnya bekerja ekstra keras dengan jajaran pemerintahan saat itu.

Benyamin mengaku pengalaman itu merupakan pengalamannya paling berharga, sebagai seorang pemimpin di suatu daerah.

"Itu pengalaman yang paling dahsyat, yang paling banyak memberikan pelajaran kepemimpinan bagi saya, untuk meniti karir ke depannya," kata Benyamin.

"Di situ saya diajarkan bagaimana transisi pemerintahan itu harus berlangsung dengan baik. Tugas saya waktu itu yang paling berkesan adalah, meyakinkan masyarakat bahwa transisi ini, melalui instrumen 1999, akan menimbulkan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat Tigaraksa," sambungnya.

Ikuti kami di
561 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved