Mengenal Varian Omicron, Kenapa Bisa Menular Lebih Cepat dan Kemampuan Mencengkeram Lebih Kuat

Penulis: AC Pinkan Ulaan
Varian Omicron memiliki beberapa karakter, salah satunya mencengkeram sel lebih kuat seperti dua sejoli bergandengan tangan.

WARTA KOTA -- Virus Corona 2 varian Omicron disebutkan WHO memiliki karakteristik menular sangat cepat, sehingga harus diwaspadai (variant of concern).

Karakteristik ini, sebagaimana diwartakan laman Reuters, ternyata karena virus varian Omicron berkembang biak, atau memperbanyak diri, di saluran pernapasan atau tenggorokan sehingga lebih cepat menyebar ke orang lain.

Hal inilah yang membedakan Omicron dari varian-varian sebelumnya, yang berkembang biak di paru-paru pengidapnya.

Karakter yang penting ini ditemukan dalam sejumlah penelitian yang dilakukan sejumlah institusi berbeda.

Temuan lain dari penelitian terhadap Omicron ini adalah, virus dengan nomor B.1.1.529 ini memperbanyak diri 70 kali lebih cepat dibandingkan varian Delta, ketika pengembang biakan ini terjadi di lapisan tisu saluran pernapasan.

Namaun ketika proses ini terjadi di lapisan tisu paru-paru kecepatannya menurun drastis. Bahkan 10 kali lebih lambat dibandingkan SARS-CoV-2 yang orisinal.

Temuan para peneliti dari Hong Kong University ini belum dilaporkan secara resmi, karena masih dipelajari oleh tim peneliti dari kelompok peneliti lain.

Respons imun

Meski begitu, pihak Hong Kong University telah menyampikan temuan ini dalam rilis pers, di mana kepala tim penelitian ini, Dr Michael Chan Chi-wai, menyampaikan bahwa kecepatan memperbanyak diri bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan sebuah virus atau kuman lebih berbahaya.

"Sangat penting dicatat, tingkat keparahan gejala di manusia itu tidak ditentukan oleh kemampuan multiplikasinya, tapi juga respons imun setiap orang terhadap infeksi. Kadang (infeksi) itu menyebabkan peradangan yang parah," kata Dr Michael Chan Chi-wai.

Namun, kata Chan menambahkan, sebuah virus atau kuman yang mampu menulari lebih banyak orang bisa menyebabkan penyakit yang lebih parah bahkan mematikan, walaupun virus itu pada dasarnya tidak terlalu bersifat patogen (menyebabkan penyakit).

"Karena itu, bila digabungkan dengan penelitian kami sebelumnya, di mana sebagian dari Omicron dapat lolos dari imunitas yang terbentuk dari vaksin (Covid) dan sakit sebelumnya, maka varian Omicron cukup berbahaya," kata Chan.

Ibarat sejoli gandengan

Dalam penelitian sebelumnya ditemukan, Omicron mencengkeram sel lebih kuat, dan lebih tangguh melawan antibodi.

Analogi yang diberikan, virus SARS-CoV-2 yang orisinal seperti bersalaman dengan ACE2 (protein di permukaan sel manusia), sementara Omicron itu langsung mencengkeram ACE2.

Penemuan ini sangat membantu dalam merancang antibodi yang mampu melawan karakter Omicron yang satu ini.

Joseph Lubin dari Rutgers University di New Jersey, Amerika Serikat, menjelaskan, cengkeraman yang kuat itu membuat varian Omicron tak bisa dilepaskan dari sel meski diserang oleh antiobodi.

Dia mengibaratkan cengkeraman itu seperti dua sejoli yang bergandengan tangan dan sama-sama tak mau melepaskan.

Pemain bertahan

Dengan mebuat model di komputer, para peneliti merancang jenis serangan antibodi yang bisa melepas gandengan itu.

"Antibodi itu seperti pemain bertahan di pertandingan sepak bola (Amerika), berusaha menjatuhkan pemain lawan yang membawa bola. Ada yang menekel, ada yang menangkap dari belakang, dari depan," katanya.

Beberapa "pemain bertahan" itu ada yang tak kuasa membendung pemain penyerang itu, tapi ada juga yang cukup efektif dalam menghentikannya.

"Pemberian vaksin booster akan meningkatkan jumlah antibodi, atau seperti menambah jumlah pemain bertahan, yang bisa membantu melepaskan cengkeraman itu," ujar Lubin.

Beberapa rancangan antibodi telah ditawarkan, dan saat ini dalam proses peninjauan dari institusi lain.

Menurut Lubin, rancangan itu juga harus diverifikasi dengan menggunakan sampel dari manusia.

Tanpa gejala

Masalah lain yang cukup mengkhawatirkan dari Omicron ini ialah gejalanya yang ringan, atau bahkan tanpa gejala (asymptomatic) seperti SARS-CoV-2 orisinal.

Hal ini menyebabkan penularan menjadi tak dapat diawasi, dan tidak terkendali.

Karena itu, menurut Min Liu dari Peking University di Tiongkok, otoritas kesehatan harus menemukan sebuah sistem skrining yang lebih baik dari sistem sebelumnya.

Berita Populer