Ini Rupanya Penyebab Perempuan Mengalami Gejala Tak Menyenangkan Pasca Vaksinasi

Penulis: AC Pinkan Ulaan
Perempuan akan merasakan gejala tak menyenangkan setelah divaksinasi, sementara pria tak merasakan ini. Ternyata ini penyebabnya. Keterangan foto: ilustrasi

WARTA KOTA -- Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia saat ini masih diperuntukan bagi warga lanjut usia (lansia).

Ada 21,5 juta lansia yang menjadi target vaksinasi Covid-19 dari Pemerintah Republik Indonesia (RI), sebab mereka ada kelompok masyarakat yang paling berisiko tinggi bila terpapar Covid-19.

Meskipun antusiasme masyarakat berusia di bawah 60 tahun sangat tinggi, namun mereka harus sabar menunggu giliran.

Setelah sebagian besar kelompok umur lansia mendapat imunisasi, maka kelompok umur berikutnya akan menjadi target vaksinasi dari Pemerintah.

Sampai saat ini Pemerintah RI masih menggunakan vaksin buatan Sinovac, terutama di DKI Jakarta, dan Astra Zeneca untuk beberapa wilayah di luar Jakarta.

Reaksi pasca-vaksinasi

Sampai saat ini sih belum ada laporan soal kejadian ikutan pasca imunisasi, atau KIPI, yang berat di Indonesia. Apalagi yang fatal.

Sejauh ini kesaksian masyarakat yang sudah divaksinasi adalah rasa mengantuk dan lapar, serta ada yang mengeluh pusing-pusing sedikit.

Namun jangan kaget bila para perempuan mungkin merasakan beberapa gejala tak menyenangkan, setelah memperoleh vaksinasi Covid-19. Seperti sakit kepala, lemas, badan terasa sakit-sakit, dan merasa sangat lelah.

Uniknya, masalah ini tak dirasakan para pria.

Sebagaimana diwartakan laman Healtline, hal ini memang sudah diduga oleh para ahli karena perempuan memiliki hormon estrogen lebih banyak dari pria.

Sebuah laporan yang dilansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), atau direktorat pencegahan dan pengendalian penyakit di Amerika Serikat (AS), menunjukkan bahwa dari 13,8 juta warga AS yang sudah divaksinasi, keluhan reaksi vaksin paling banyak datang dari perempuan. Persentasenya sampai 79 persen.

Hormon estrogen

Namun hal ini tak membuat para pakar penyakit menular khawatir, sebab kondisi ini ditemukan di banyak kegiatan vaksinasi sebelumnya.

Penyebabnya adalah hormon strogen pada perempuan, yang memang akan memberikan reaksi keras terhadap segala penyakit.

Rupanya vaksin, yang merupakan bibit penyakit yang dilemahkan, juga membuat hormon estrogen ini bereaksi.

Reaksi ini akan semakin hebat dirasakan oleh perempuan yang berada di masa pre-menopause. Maka,  para perempuan di usia 40-an sampai 50-an mungkin nanti akan mengalami berbagai gejala tak menyenangkan seusai divaksinasi, terutama vaksinasi dosis kedua.

Sementara para pria memiliki lebih banyak hormon testosteron, dan hanya sedikit hormon estrogen.
Entah bagaimana ceritanya, reaksi hormon testosteron terhadap penyakit justru kebalikannya dari estrogen, termasuk kepada vaksin.

Bukan biang kerok

Namun jangan keburu merutuk soal nasib memiliki hormon estrogen dalam jumlah banyak ini, sebab hormon estrogen ini pula yang melindungi para perempuan dari penyakit menular.

Begitu ada kuman penyakit masuk ke tubuh, hormon estrogen langsung bereaksi sehingga sistem imunitas tubuh langsung bergerak untuk berperang melawan kuman itu.

"Yang paling penting dari kasus penyakit menular itu adalah respons dari sistem imunitas tubuh, bukan kumannya," kata Dr Larry Schlesinger, Presiden dan CEO Texas Biomedical Research Institute di San Antonio.

Para ilmuwan sudah melihat soal reaksi hormon estrogen ini terhadap vaksin, dalam penelitian masalah ini terhadap vaksin sakit kuning, DPT, influensa, dan penyakit-penyakit lainnya.

Menurut Schlesinger, ketika seseorang divaksinasi, estrogen mendorong tubuh memproduksi sel T, yakni sel reaktor yang melindungi manusia.

Semakin tinggi imunitas

Namun jangan jadi takut ataupun kecut dengan kondisi ini, sehingga tidak mau divaksinasi.

Pasalnya, menurut Dr William Schaffner, seorang pakar penyakit menular dan profesor di Vanderbilt University School of Medicine di Tennessee, kepada Healthline, gejala dan dampak akibat penyakit Covid-19 lebih menyakitkan daripada reaksi estrogen setelah divaksinasi.

"Covid-19 itu bisa membuat para perempuan masuk ICU, seperti juga halnya pria," katanya.

Lagipula, reaksi setelah vaksinasi itu hanya berlangsung singkat dan hilang dalam waktu 24 jam.

"Kabar baiknya, semakin menyakitkan reaksi yang muncul setelah divaksinasi, semakin tinggi tingkat imunitas yang muncul. Ini memang ibarat pedang bermata dua bagi perempuan, namun itu (tingkat imunitas) yang kami inginkan," kata Schaffner.

Nah, ternyata bonus dari sakit yang muncul setelah divaksinasi Covid-19 adalah perlindungan yang lebih maksimal terhadap penyakit ini. Jadi jangat takut divaksinasi ya saat gilirannya tiba.

Berita Populer