WARTA KOTA WIKI -- Sebuah pemandangan yang biasa terlihat di kawasan Rawabelong, Jakarta Barat, setiap menjelang Hari Raya Imlek adalah hadirnya lapak-lapak ikan bandeng di sekitar Pasar Rawabelong.
Bukan hanya satu dua, melainkan belasan pedagang. Biasanya mereka membuka lapaknya sejak tiga hari menjelang Imlek.
Pada tahun ini, menurut data dari Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudis KPKP) Jakarta, tahun ini ada 23 pedagang ikan bandeng yang membuka lapak di sana.
Total berat ikan bandeng yang dijajakan mencapai 3.345 kilogram (kg), atau lebih dari 3 ton.
Maklum, rata-rata bobot ikan bandeng yang dijual pedagang lebih dari 2 kilogram. Namun tak sedikit yang beratnya 5 kg.
Harga per kilogramnya tahun ini mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Naik dari tahun lalu yang dimulai dari Rp 45.000.
Meski banyak masyarakat yang mengeluh dengan kenaikan harga itu, namun mau tak mau tetap dibeli juga karena ikan bandeng memiliki makna yang penting dalam merayakan Tahun Baru Imlek.
Simbol rezeki berlimpah
Sebagaimana diutarakan oleh Go Fee Mong dalam tulisannya yang dilansir laman Kementerian Agama, ikan merupakan simbol harapan agar tahun depan memperoleh rezeki berlimpah.
Pasalnya ikan dalam bahasa Mandarin adalah yu, bunyi yang terdengar saat mengucapkannya homofon dengan yu yang berarti berlimpah.
Dan pada tahun baru masyarakat akan mengucapkan nian nian you yu, yang merupakan doa agar setiap tahun beroleh rezeki berlimpah.
Karena itu ikan harus ada di meja saat keluarga menggelar tuan yuan fan, atau kegiatan makan bersama seluruh anggota keluarga pada malam tahun baru.
Lebih enak
Menariknya, di Tiongkok sana ikan yang digunakan adalah ikan mas dan keluarganya dan ikan lele, karena namanya homofon dengan rezeki berlimpah, keberuntungan, dan hadiah.
Bandeng tidak termasuk ikan yang digunakan untuk sajian hari raya. Bisa jadi karena ikan bernama latin Chanos chanos hanya bisa dikembangkan di kawasan pesisir. Sementara sebagian besar wilayah Tiongkok adalah daratan.
Konon, para imigran Tiongkok yang datang ke Indonesia pada masa lampau itu menemukan bahwa ikan bandeng memiliki rasa yang jauh lebih enak dibandingkan ikan mas. Karena itu lebih cocok untuk hidangan hari raya.
Inkulturasi
Sementara, sebagaimana diwartakan Kompas.com pada tahun 2017, Alwi Shahab dalam buku bertajuk Saudagar Baghdad dari Betawi, menyatakan bahwa tradisi bandeng pada saat Imlek adalah pengaruh budaya Betawi ke dalam budaya Tionghoa.
Pasalnya, ada tradisi dalam masyarakat Betawi untuk mengirim ikan bandeng kepada calon mertua, sebagai bentuk penghormatan.
Dalam blognya yang beralamat di alwishahab.wordpress.com, wartawan senior tersebut menulis bahwa tradisi masyarakat Betawi itu kemudian diadopsi masyarakat Tionghoa di Batavia. Maka muncullah tradisi mengirim ikan bandeng kepada calon mertua menjelang Imlek.
Tradisi itu berlanjut sampai sekarang, sehingga tak mengherankan bila setiap menjelang Imlek akan bermunculan pedagang ikan bandeng di Pasar Rawabelong.
Oh ya, masih menurut Alwi Shahab di blognya, masa mengirim ikan bandeng ke calon mertua akan terus berlanjut sampai 15 hari setelah Imlek, atau Cap Go Meh.
Karena itu, mungkin saja sampai 15 hari ke depan harga ikan bandeng di Jakarta akan tetap tinggi.
Halaman selanjutnya