Pemogokan Pedagang Daging Sapi: Mengapa Pedagang Daging Sapi Mogok dan Harga Daging Sapi Mahal?

Harga sapi yang mahal membuat keuntungan pedagang daging sapi sangat tipis, sehingga pedagang daging spai di Jabodetabek melakukan mogok berjualan pada pekan tiga Januari 2021.

WARTA KOTA WIKI -- Pada pekan lalu pedagang daging sapi di wilayah Jabodetabek kompak mogok berjualan selama tiga hari, sebagai unjuk rasa atas mahalnya harga sapi.

Aksi ini dilakukan secara merata, tak terkecuali pedagang di Kota Tangerang.

Pemogokan ini sudah pasti berdampak kepada kelangkaan daging sapi di pasaran, selama tiga hari tersebut.

Tentunya banyak masyarakat yang ingin tahu alasan pemogokan para pedagang daging sapi ini.

Kepala Bidang Pertanian Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang, Ibnu Ariefyanto, menjelaskan duduk permasalahan penyebab pemogokan ini.

Sapi mahal, pedagang rugi

"Kami mendapat informasi ini dua hari yang lalu, waktu para pedagang daging sapi menyampaikan rencana tidak ada penjualan daging selama 3 hari. Mereka mengeluh soal perbedaan harga pembelian sapi dan penjualan jauh berbeda sehingga menyebabkan tingginya harga daging sapi. Intinya para pedagang daging merugi," kata Ibnu pada Kamis (21/1).

Alur perdagangan daging sapi, kata Ibnu, dimulai dari pembelian sapi hidup, proses menjagal, sampai menjadi daging.

"Jadi, dari pendagang daging sapi itu membeli sapi hewan hidup sampai menjadi daging siap jual, susutnya sekitar 50 persen. Misalnya pedagang membeli sapi seberat 400 kilogram (Kg), dipotong beratnya tinggal 50 persen. Nah kalo dari 400 kilo susut jadi sekitar 200 kilo karkas. Karkas itu bagian di luar kepala, jeroan, kaki, kulit, darah dan lain-lain," kata Ibnu.

Ternyata dari karkas menyusut kembali karena daging menempel ke tulang. Dagingnya hanya sekitar 80 persen, sehingga berat daging yang bisa dijual sekitar 160 Kg.

"Jadi antara harga pembelian karkas dan harga jual daging sedikit untungnya. Ini yang menyebabkan para pedagang daging protes," ujar Ibnu.

Australia membatasi

Tentunya muncul pertanyaan, mengapa harga sapi hidup sangat mahal saat ini.

"Kebanyakan negara kita, termasuk Kota Tangerang , mendapatkan stok sapi dari Australia. Kemungkinan besar harga naik karena berdasarkan kuota impor. Dan di Australianya stok pangannya belum panen sehingga stok terbatas, dan saat ini dibatasi. Jadinya ada kenaikan harga.

Pedagang bakso

Menurut Ibnu, konsumen para pedagang daging di Kota Tangerang ini kebanyakan adalah pedagang bakso dan pengelola restoran.

Sementara pembeli dari kalangan rumahtangga hanya sedikit.

"Kalangan rumah tangga bisa belanja di mal. Di mal masih tersedia daging sapi dengan harga bermacam-macam," katanya.

"Untuk pedagang bakso, mungkin kalau stok daging tidak ada mereka tidak dagang. Tapi kalau masih ada stok ya bisa berdagang. Yang jelas konsumen ini masih terbatas, sehingga kami tidak khawatir kekurangan daging sapi di Kota Tangerang," kata Ibnu lagi.

Impor daging

Menurut Ibnu, masalah kelangkaan daging sapi bisa diatasi dengan mengimpor daging. Hanya saja yang mempunyai kewenangan ini adalah Badan Urusan Logistik, atau Bulog.

"Saya juga enggak tahu apakah Bulog punya stok daging sapi. Saya tahunya saat ini di Bulog adanya stok daging kerbau," kata Ibnu.

RPH berhenti

Dampak dari pemogokan pedagang daging ini justru dialami rumah pemotongan hewan (RPH). Tempat itu harus berhenti beroperasi, karena tidak ada sapi yang dipotong.

"Jadi RPH sebagai tempat produksi daging pasti sepi. Tapi yang jelas mungkin ini sudah diperhitungkan dengan matang, para pedagang daging tidak menjual di pasar. Kalau kami di RPH semuanya karyawan Pemda. Mungkin kalau di beberapa tempat melakukan kegiatan, cuma merawat hewan yang masih hidup saja," katanya.

Harga daging sapi

Menurut Ibnu, harga terakhir yang diketahuinya (21 Januari 2021) adalah Rp 120.000/Kg.

"Sebelumnya harganya variasi, ada yang Rp 110.000. Naiknya kisaran Rp 10.000 - Rp 20.000 di pasaran," ujarnya.

Berita Populer