WARTA KOTA WIKI -- Pada Selasa (19/1/2021) sampai Kamis (22/1/2021), Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) melakukan pemogokan, berupa menghentikan aktivitas perdagangan di pasar maupun rumah pemotongan hewan (RPH).
Tujuan pemogokan ini adalah bentuk unjuk rasa akibat tingginya harga daging.
Unjuk rasa itu adalah kesepakatan yang diambil APDI dalam rapat pada Minggu (17/1/2021).
Kenaikan harga
TB Mufti Bangkit Sanjaya, Sekretaris APDI DKI Jakarta, menjelaskan bahwa imbas kenaikan harga daging menyebabkan para pengusaha sulit menjualnya kepada masyarakat.
"Yang melatarbelakangi kan kenaikan harga yang semakin naik. Puncaknya empat bulan lalu, lonjakan harga sudah liar tidak terkontrol. Dan Pemerintah cenderung pasif seperti itu," kata Mufti pada Selasa (19/1/2021).
Harga 1 kilogram sapi karkas saat ini menyentuh angka Rp 94.000. Padahal di momen tertentu seperti Lebaran tahun lalu, 1 kilogram karkas paling mahal hanya Rp 86.000.
Mufti memprediksi harga karkas bakal terus merangkak naik di bulan-bulan mendatang.
"Nah, ini diprediksi akan naik terus sampai bulan Maret atau April, dengan harga tertinggi 105.000 per kilogram per karkas," ucapnya.
Australia
Penyebab mahalnya harga daging saat ini, kata Mufti, lantaran stok daging, yang biasanya didatangkan dari Australia, berkurang karena negara kanguru tersebut memilih menjual sapi ke negara lain.
Alhasil, stok daging di dalam negeri menipis dan menyebabkan kelangkaan barang.
"Kita kalah harga dari Vietnam dan Thailand. Sapi untuk kita banyak terserap ke sana. Oleh Australia diekspor ke Thailand dan Vietnam, karena berani beli dengan harga tinggi," tutur Mufti
APDI telah mengeluhkan kenaikan harga daging kepada Pemerintah, bahkan mereka pun bersurat kepada Presiden Joko Widodo. Namun demikian, tak ada respons untuk masalah tersebut.
"Kami sudah layangkan surat sebagai asosiasi DKI ke Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, ke Kantor Staf Presidenan. Satu minggu lalu tapi tak ada respon dari pihak terkait. Maka dari itu kami rapat dan menghasilkan kesepakatan bahwa kami mogok berjualan daging. Baik itu itu di pasar maupun di RPH-RPH," kata Mufti.
Jakarta Barat
Meski APDI menyatakan mogok mulai Selasa, namun pedagang daging sapi di Jakarta Barat baru mulai pemogokan pada Rabu (20/1/2021).
Kasudin Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat, Iwan Indriyanto, mengatakan pihaknya sudah mendapat informasi rencana mogok massal tersebut.
"Namun tadi pagi saat kami melakukan pemantauan ketersediaan pangan dan harga, secara umum masih ada yang berjualan dengan harga bervariasi dan ada sedikit kenaikan," kata Iwan tadi siang.
Iwan menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas KPKP DKI, BUMD PD Dharma Jaya, serta Kementerian Pertanian terkait rencana mogok massal pedagang daging sapi ini.
Besok hari Sudin KPKP akan kembali memantau ketersediaan daging di pasar pada hari pemogokan massal pedagang daging sapi.
Mereka akan memantau pasar tradisional di bawah PD Pasar Jaya, dan lokasi binaan (lokbin) yang tersebar di delapan kecamatan di Jakarta Barat.
"Besok minimal satu pasar tradisional di setiap kecamatan akan kami tinjau, untuk melihat ketersediaan daging," kata Iwan.
Pedagang yang akan mogok jualan itu berada di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jadetabek).
Mogok massal dilatarbelakangi kenaikan harga daging sapi, akibat kelangkaan daging hewan itu.
Saat ini daging sapi paha belakang yang awalnya dibanderol Rp 124.000 per kg, sekarang harganya sudah di atas Rp 128.000 per kg.
Sementara harga daging sapi murni yang biasanya Rp 112.000/kg, sekarang sudah mencapai harga Rp 122.000/kg. (Rangga Baskoro/Desy Selviany)
Halaman selanjutnya