Berlebihan Mengonsumsi Jamu Ternyata Tidak Baik Lho

Editor: AC Pinkan Ulaan
Ilustrasi kunyit dan bubuk kunyit

WARTA KOTA -- Siapa sih yang tidak takut tertular Covid-19? Apalagi dengan pertambahan kasus yang terus meninggi seperti akhir-akhir ini.

Sejak Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global, orang-orang langsung mencari berbagai cara agar dirinya tak tertular virus corona 2 ini.

Minum jamu, minum suplemen, berjemur, pakai kalung kayu putih, dan banyak lagi dilakukan orang demi tidak menjadi pasien Covid-19.

Ternyata tindakan ini bukan hanya terjadi di Indonesia, sebab masyarakat India juga melakukan banyak hal agar tidak sakit.

Bahkan beberapa yang ekstrem adalah minum kencing sapi, yang dilakukan sekelompok orang saking takutnya.

Kebanyakan suplemen vitamin D

Vitamin D (Healthline)

Sebagaimana diwartakan The Print, dokter-dokter di India kini prihatin dengan respons berlebihan masyarakat India itu.

Misalnya dr Tejal Lathia, seorang spesialis endocrinologi di Apollo and Fortis Hospitals di Mumbai, yang keheranan ketika menemukan pasiennya keracunan vitamin D.

Setelah dilakukan investigasi, ternyata pasien pengidap diabetes tipe 2 itu kebanyakan mengonsumsi suplemen vitamin D, karena mengira semakin banyak semakin baik dalam memperkuat sistem imunitas tubuhnya.

"Pasien ini melihat di media sosial, bagaimana vitamin D dapat membangun imunitas untuk melawan Covid-19. Namun alih-alih minum 1 pil per minggu seperti dosis anjuran, dia malah 1 pil per hari," kata dr Lathia kepada The Print.

Vitamin D, biarpun memiliki banyak manfaat juga tidak bagus bila berlebihan di dalam tubuh. Apalagi yang dalam bentuk suplemen.

Salah satunya adalah menaikkan kadar kalsium dalam darah dan urin, dan malah menyebabkan mual, muntah, dehidrasi, pusing, bingung, dna tak bertenaga.

Menurut dr Lathia, kadar kalsium di atas 150 ng/ml akan menimbulkan gejala-gejala di atas.

"Kandungan vitamin D di pasien saya 348 ng/ml. Untung dia tak mengalami masalah yang lebih berat," katanya.

Dianjurkan pemerintah

Dan, tambahnya, pasien itu bukan satu-satunya orang yang berlebihan minum suplemen.

Hal ini dibenarkan oleh dokter lain di India, yakni dr Cyriac Abby Philips di kota Kerala.

Dokter spesialis hepatologi dan transplantasi hati (liver) di Cochin Gastroenterology Group ini menemukan banyak pasien yang berlebihan dalam mengobati dirinya sendiri.

"Mereka ketakutan dengan Covid-19, dan di sosial media bertebaran cara meningkatkan imunitas menggunakan herbal, yang dipromosikan oleh pemerintah. Pada praktiknya ternyata malah tidak menyehatkan. Belum lagi ada orang jahat yang mengambil keuntungan dari ketakutan ini," katanya.

Menurut The Print, Pemerintah India memang menganjurkan masyarakatnya menggunakan obat-obatan alternatif dari ilmu homeopati dan ayurveda, untuk menjaga kesehatan.

Bahan-bahan yang dianjurkan adalah kunyit, madu, klabet, lidah buaya, dan jahe. Bahkan Arsenicum Album 30 yang merupakan arsenik.

"Bila digunakan secara terbatas atau dosis yang sesuai anjuran memang tidak menimbulkan bahaya. Masalahnya, masyarakat mengonsumsi produk-produk ini tanpa tahu dosis yang tepat, cara menyiapkan dan mengonsumsinya, serta bagaimana efeknya dengan obat-obatan yang sedang mereka minum. Kebiasaan baru ini yang berbahaya," kata dr Manoj Goel, seorang spesialias pulmonologi di Fortis Memorial Research Institute di Gurugram.

Contohnya adalah klabet (Trigonella foenum-graecum), yang menurut dr Abby Philips bisa menyebabkan penipisan darah, sehingga pasien oenyakit liver mengalami pendarahan.

Contoh lainnya adalah lidah buaya, yang bila dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan masalah di liver.

Overdosis kunyit

Kunyit pun juga begitu. Bila dikonsumsi berlebihan malah tidak baik.

"Kemarin saya lihat pasien diabetes matanya kuning, tapi setelah diperiksa livernya tak bermasalah. Ternyata biang keroknya adalah kuyit. Dia minum dua sendok makan yang dilarutkan dengan air tiga kali sehari, selama 2 sampai 3 bulan terakhir," kata dr Shafi Kuchay, seorang dokter di Medanta Hospital, New Delhi.

Laporan dari Ibu Kota India itu, dalam satu hari ada sekitar 4 sampai 5 pasien datang ke rumah sakit akibat konsumsi jamu dan suplemen secara berlebihan.

Sementara survei pasar menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penjualan produk, yang menyatakan bisa meningkatkan sistem imunitas.

Bukan hanya yang dalam bentuk obat dan suplemen, melainkan juga dalam produk makanan.

Para dokter di India ini tak melarang masyarakat mengonsumsi jamu dan suplemen, tapi menyarankan agar masyarakat berkonsultasi dulu dengan tenaga kesehatan, terutama berkaitan dengan dosisnya.

Lebih baik protokol kesehatan

Mereka juga menganjurkan masyarakat lebih mementingkan melakukan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak.

Selain itu juga menjaga kesehatan dengan mengendalikan berat badan, kadar gula darah, serta tekanan darah.

Kata dr Lathia, tindakan-tindakan itu lebih baik daripada minum ramuan yang tidak jelas kandungannya.

Berita Populer