Sri Robustina, Dari Meracik Obat Menjadi Meracik Cat Lukisan di Atas Kanvas

Pelukis Srirobustina bersama lukisannya berjudul Valley of Flowers di Balai Budaya Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat.

Sri Robustina adalah pelukis Indonesia. Pelukis perempuan Indonesia ini dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur, 1 Januari 1944.

Perupa seni lukis ini menyukai kegiatan seni dua dimensi ini sejak masih remaja.

Saat ini, pekerjaan tetapnya yakni melukis.

Meski usianya sudah senja, 74 tahun, Sri Robustina masih mengikuti kegiatan seni lukis.

Seperti Sri Robustina mengikuti pameran lukisan yang diselenggarakan Ikatan Pelukis Wanita Indonesia (IPWI) di Balai Budaya Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat,

Pameran lukisan itu digelar bertepatan dengan perayaan Ulang Tahun ke-34 IPWI.

Sri Robustina memamerkan lukisan bernuansa bunga dan pemandangannya.

Sejarah Natal Dirayakan Setiap 25 Desember

Menurut Sri Robustina, dia melukis sejak di bangku sekolah menengah pertama. Keterampilannya melukis dipelajari secara otodidak.

Sri remaja memang sama sekali tidak belajar pada siapa pun untuk mengasah bakatnya itu.

Apalagi ketika menginjak sekolah menengah kejuruan (SMK), dia menekuni bidang farmasi. 

"Dulu pas SMK ambil jurusan farmasi. Kerjaannya ngeracik obat. Tapi lebih senang meracik cat,"ucapnya.

Dia menjelaskan, saat awal melukis menggunakan cat air dan kertas.

Setelah itu, dia mencoba menggunakan jenis cat lain dengan media kanvas.

Tinggalkan farmasi

Ketika masuk ke jenjang pendidikan tinggi, Sri Robustina lebih memilih hobi melukis sebagai bidang ilmu yang dipilihnya. Dia mengambil pendidikan seni rupa.

Setelah itu, dia mulai konsisten menjadi seniman lukis, meskipun saat itu wanita berprofesi sebagai pelukis jarang dan disepelekan.

Orang tua mendukung pilihannya untuk terus melukis.

"Kedua orang tua saya mendukung saya jadi pelukis. Ayah saya seorang penulis dalam bahasa Inggris, ibu saya seorang pewayang. Sama-sama seniman. jadi untuk pilihan menjadi pelukis didukung penuh," katanya.

Sebelum menjejakkan kaki sebagai mahasiswa seni rupa, Sri Robustina sudah kerap menerima pesanan lukisan.

Akan tetapi, dia merasa bahwa kemampuannya tidak menguasai ilmu teori dasar melukis sehingga ingin mendalami seni rupa.

Pameran lukisan pertamanya dimulai pada tahun 1980-an.

Ciri yang tidak pernah berubah dari lukisannya yakni selalu ada pemandangan alam atau bunga.

Museum Tekstil di Tanah Abang Jakarta Pusat

Berbagai pameran lukisan pun terus diikuti sehingga dia semakin mantap menjalani profesi sebagai pelukis.

Selain pemandangan dan bunga, dalam setiap lukisannya dia menorehkan simbol yang kasat mata.

Seperti lukisan berjudul Valley Of Flowers berupa gambar hamparan bunga di lahan perbukitan.

Pada bunga ini jika diamati secara seksama terdapat tulisan Arab berbunyi 'masya Allah.'

"Jadi ini gambarnya saya teripirasi dari foto  pegunungan di Himalaya yang saya lihat di Google. Itu cantik sekali sampai saya menyerukan masya Allah saking terpananya."

"Maka saya sampaikan ucapan takjub tersebut pada bunga-bunga di lukisan saya ini," ucap salah satu pendiri IPWI ini.

Sementara itu, almarhum suami Sri Robustani merupakan arsitek yang sangat mengerti dunia Sri sebagai pelukis.

Selama bisa mengatur diri dan waktu menjadi seorang ibu rumah tangga dan melukis, sang suami mendukung penuh kariernya.

Film Darah Daging Rilis di Bioskop Indonesia Setelah Tertahan Selama 8 Tahun

Bahkan dari lukisan, dia bisa mencukupi biaya dirinya dan anak-anak walaupun sudah tanpa suami.

"Rezeki kan datangnya itu dari Allah. Maka bagi saya melukis itu menjanjikan, tapi belum tentu bagi sebagian orang."

"Saya bisa naik haji, umrah dan keluar negeri dari lukisan. Semuanya bagaimana kedekatan kita kepada Tuhan, kalau kita melakukan dengan doa pasti ada jalannya" ujarnya lagi.

Melukis adalah profesi tetapnya. Tetapi, dia terkadang kehabisan ide.

Untuk mencari ide, dia kerap melakukan perjalanan ke suatu tempat agar dirinya tetap bersemangat.

Perjalanan yang dilakukannya pun kerap menimbulkan kekhawatiran yag mengganggu perasaannya.

Happy Salma Angkat Desain Perhiasan Keraton dengan Sentuhan Modern

Selain itu, dia lebih mengutamakan kepuasan batin ketimbang materi.

"Awal-awalnya dulu pernah alami rasa takut apakah jika mengadakan pameran lukisan akan terjual atau tidak."

Menurut Sri Robustina, perasaan itu akan hilang berangsung-angsur ketika sering berdoa dan berserah diri kepada Allah.

Selain itu, sikap sabar dan melakukan dengan hati, kata dia, Sang Maha Pencipta akan memberikan jalan.

Usia senja tak membuat Sri lemah ketika menggoreskan kuasnya di atas kanvas.

Keterampilannya melukis sudah mulai menular kepada cucu-nya.

"Baik wanita atau pria yang menjadi pelukis itu sama saja syaratnya untuk bertahan, semuanya tidak ada yang sia-sia jika melakukannya dengan sungguh-sungguh."

"Jadi jangan pernah mencemaskan laku atau tidaknya sebuah lukisan tersebut," ujar Sri Robustina.

Berita Populer