Irwandi, Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, ingin Menumbuhkan Minat Wirausaha Warganya
Irwandi, Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, yang punya pengalaman menjadi pedagang kaki lima di masa muda.
Penulis: Desy Selviany | Editor: AC Pinkan Ulaan
Setelah proses penerimaan PNS yang panjang, Irwandi mulai berdinas di Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 1989.
Adanya kebijakan otonomi daerah pada masa itu, maka mulai tahun 2000 Irwandi ditempatkan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) DKI Jakarta.
Dia diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan tingkat eselon IV. Kemudian Dinas Perindag melebur menjadi Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah serta Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta.
Di dinas tersebut Irwandi dipercaya sebagai Kepala Bidang UKM. Kemudian menjadi Sekretaris Dinas dan Kepala Dinas pada tahun 2015.
Di dinas tersebut Irwandi juga naik pangkat menjadi eselon II.
Memasuki tahun 2018, Irwandi dipercaya menjadi Wakil Wali Kota Jakarta Pusat.
"Mudah-mudahan jabatan ini bisa saya selesaikan sampai selesai. Karena saya ingin berguna untuk masyarakat khususnya di Jakarta Pusat, karena saya domisili di Jakarta Pusat," Katanya berharap.
Nyaman melayani warga
Meski mencintai dunia usaha, Irwandi mengaku lebih nyaman bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN).
Penyebabnya, saat menjabat beberapa jabatan penting di pemerintahan, dia dapat membuat kebijakan yang menyejahterakan pedagang kaki lima (PKL).
Pria yang besar di kawasan Senen itu berpendapat bahwa rakyat kecil harus diberin kesempatan untuk mengubah nasibnya, dengan cara berdagang.
Terlebih saat ini lapangan pekerjaan semakin kecil, sehingga wirausaha menjadi peluang untuk mendorong perekonomian.
Maka, suami dari Ema Gemadiana itu mendukung adanya lokasi sementara (loksem) dan kawasan pedagang kaki lima (PKL).
Menata PKL
Menurut Irwandi, kebijakan menata PKL tidak selalu merugikan para PKL. Apabila mereka mau ditata dengan baik akan memberikan penghasilan, sekaligus tidak mengganggu fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Irwandi menilai pendapatan PKL tidak dapat disepelekan. Hal ini diutarakannya berdasarkan pengalamannya yang pernah menjadi PKL musiman.
Saat muda dulu, Irwandi pernah menjadi PKL kemeja obralan pada bulan Ramadan. Penghasilannya saat itu lumayan dengan modal yang minim.
Menurut ayah tiga anak ini, PKL memang efektif mengerek ekonomi masyarakat lapis bawah, karena hanya membutuhkan modal yang kecil. Pasalnya PKL tidak direpotkan mencari toko dan membayar uang sewa toko.
Asalkan, kata Irwandi, PKL mau ditata sehingga tidak mengganggu fasilitas umum dan fasilitas sosial warga, seperti jalur hijau untuk pejalan kaki.
"Kami sebagai pemerintah harus memberi banyak kesempatan masyarakat untuk bisa berusaha, dan dapat penghasilan. Jadi itu tugas kami," katanya.
Halaman selanjutnya
...
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!