Yesi Karya Lianti, Dokter yang Terjun ke Politik agar Karyanya Dirasakan Masyarakat Luas
Yesi Karya Lianti, seorang dokter yang terjun ke politik agar jangkauan karyanya menjadi lebih luas.
Penulis: Joko Supriyanto | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA WIKI -- Meski sudah sukses dengan profesi dokter, Yesi Karya Lianti ingin karyanya dirasakan lebih luas lagi oleh masyarakat.
Karena itulah dia terjun ke dunia politik, dan ingin memimpin daerah tempat dirinya tumbuh besar.
Yesi pun mencalonkan diri menjadi Bupati Karawang, dalam Pilkada 2020 Kabupaten Karawang.
Yesi Karya Lianti maju di kontestasi pemilihan bupati dan wakil bupati ini berpasangan dengan artis, Sinetron Adly Fairuz.

Keduanya merupakan pasangan calon nomor urut sat di Pilakada 2020 Kabupaten Karawang.
Mereka diusung oleh beberapa partai, di antaranya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Masa kecil
Yesi Karya Lianti lahir di Bandung pada 22 Juli 1981. Dia menikah dengan Benky Octavianus, kelahiran Kediri 11 Oktober 1977, yang juga berprofesi sebagai dokter.
Pasangan ini telah dikaruniai dua orang anak laki-laki, yaitu M Altha Abygesta kelahiran Bandung 22 Agustus 2008, dan M Arzha Abysheva.
Yesi merupakan putri dari Almarhum Haji Karya dan Yeti Susanti.
Meski pun lahir di Bandung,Yesi besar di Jalan Ahmad Yani No 5 Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Pendidikan
Sejarah pendidikannya ialah, Yesi bersekolah di SD Pupuk Kujang pada kurun waktu 1988-1994.
Lalu dia melanjutkan pendidikan ke SMP Pupuk Kujang 1994-1997, dan SMAN 2 Bandung 1997-1999.
Untuk jenjang pendidikan selanjutnya, Yesi kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Ahmad Yani pada tahun 1999-2006.
Kemudian dia melanjutkan ke program magister Universitas Indonesia tahun 2007 hingga mendapatkan gelar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS).
Berprofesi sebagai dokter memang di menjadi cita-cita Yesi Karya Lianti sejak kecil. Apalagi ayahnya juga berprofesi sebagai dokter, dan ibunya seorang bidan.
Belajar ilmu kedokteran, dianggap Yesi memang tidak mudah, terutama dalam hal mencari literatur penunjang ilmu.
Wajar saja, pada tahun 1999 belum masuk ke era digital, dan buku-buku diperoleh secara manual.
Karena itulah dirinya harus giat belajar, dan membaca buku-buku kedokteran untuk menambah wawasannya.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!