Isnawa Adji: Anak Tebet yang Menjadi Plt Wali Kota Jakarta Selatan

Penulis: Desy Selviany
Editor: AC Pinkan Ulaan
Isnawa Adji, Plt Wali Kota Jakarta Selatan, memiliki kiprah menakjubkan saat menjadi Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

WARTA KOTA WIKI -- Isnawa Adji adalah Wakil Wali Kota Jakarta Selatan setelah dilantik pada tahun 2019.

Namun sejak 5 Februari 2021 dia juga mengemban tugas sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Jakarta Selatan, karena Wali Kota sebelumnya, Marullah Matali, dilantik menjadi Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Kariernya di bidang pemerintahan dimulai pada tahun 1994, dengan menjadi staf di Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat.

Ketika itu dia baru lulus dari Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).

Sejumlah prestasi diraihnya, antara lain pernah jadi Camat Terbaik di masa Gubernur DKI Joko Widodo, dan melakukan revitalisasi sektor Kebersihan di masa Basuki Tjahaya Purnama (Ahok).

Masa kecil dan pendidikan

Isnawa lahir di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada 24 Mei 1972 bersama saudara kembarnya.

Dia menjadi bagian dari keluarga sederhana dengan 7 orang anak.

Ayahnya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Perindustrian, namanya kala itu, dan ibunya berprofesi sebagai guru sekolah dasar (SD) dan menjabat sebagai kepala sekolah.

Salah satu tradisi dalam keluarganya yang sangat disyukuri Isnawa ialah kegiatan membersihkan rumah pada akhir pekan.

Orangtuanya melatih 7 bersaudara itu untuk selalu menjaga kebersihan dan bekerja sama.

Selain itu, Isnawa dan saudara-saudaranya juga dilatih untuk disiplin belajar setiap hari, pada pukul 19.30 sampai 21.00. Tentu saja sambil diawasi oleh ibunya yang seorang guru.

Masa pendidikan dasar dan menengah dilaluinya di kawasan Tebet. Pendidikan sekolah menengah pertama ditempuh Isnawa di SMPN 73 di Tebet Timur, dan dilanjut ke SMAN 26 di wilayah Tebet Barat.

Setelah menyelesiakan SMA di tahun 1991, Isnawa harus meninggalkan Tebet karena dia memilih melanjutkan pendidikan sekolah kedinasan milik Departemen Dalam Negeri, yakni Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Nasional (APDN) yang berlokasi di Jatinangor, Jawa Barat.

Saat ini APDN lebih dikenal dengan nama Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Namun saat Isnawa menuntut ilmu di sana, sekolahnya itu berganti nama menjadi Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri 9STPDN).

Menariknya, Isnawa muda mendaftar ke sekolah tersebut tanpa diketahui orangtuanya. Maklum saja, ketika itu dia mendaftar karena diajak teman.

Ternyata dia diterima, dan melakoni pilihannya sampai lulus di tahun 1994.

Hanya saja gelar pendidikan dari STPDN adalah Diploma-III (D3), sehingga sambil bekerja sebagai staf di Kecamatan Tamansari, Isnawa melanjutkan pendidikan untuk di Institut Ilmu Pemerintahan. Gelar Strata-1 (S1) diperolehnya pada 1999.

Tidak berhenti sampai di situ, Isnawa kemudian melanjutkan ke jenjang Strata-2 (S2) ilmu administrasi di Universitas Indonesia Esa Unggul. Gelar Magister Administrasi Publik diperolehnya tahun 2004.

Selain pendidikan formal yang umum, Ayah tiga putri ini juga mengikuti pendidikan formal khusus yang berkaitan dengan kedinasan dan pekerjaan.

Karier

Karier Isnawa di bidang pemerintahan dimulai di wilayah Jakarta Barat. Dimulai dari staf kecamatan sampai jabatan Asisten Perekonomian Sekretaris Kota (Sekko) Administrasi Jakarta Barat di tahun 2013.

Dia pernah menjadi Camat Tambora pada tahun 2011, setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Camat Tambora selama 3 tahun.

Ketika menjadi Camat Tambora inilah kiprah Isnawa di wilayahnya mulai mendapat perhatian dari Guberbur DKI Jakarta, yang ketika itu dijabat oleh Joko Widodo.

Maka tidak mengherankan bila gelar Camat Terbaik Ke-2 se-DKI Jakarta diperolehnya.

"Beberapa prestasi diraih pernah jadi camat berprestasi DKI nomor dua. Itu saat zaman program lelang jabatan yang digulirkan Jokowi saat jadi Gubernur DKI," kata Isnawa kepada Warta Kota.

Pencapaian itu yang kemudian membuatnya ditunjuk sebagai asisten umum dan keuangan di Jakarta Barat.

Hanya saja dia kerap mendapat tugas di luar tupoksinya sebagai Asisten Umum dan Keuangan di Jakarta Barat.

Ketika itu dia bisa bekerja sampai pukul 23.00. Namun dia tidak keberatan dengan hal tersebut karena berpendapat bahwa setiap tugas yang diberikan, siapapun pimpinannya, harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

Lalu tahu-tahu pada tahun 2014 dia diminta untuk memaparkan kebijakan di bidang kebersihan.

Isnawa mengaku awalnya dia cemas dengan tugas itu karena dia awam dengan bidang kebersihan.

Namun karena prinsip soal tugas harus dilaksanakan sebaik-baiknya, ditambah semangatnya yang kuat, Isnawa kemudian mempelajari bidang itu dan dapat rencana kebersihan kota di depan Jokowi.

Berkat presentasi itu Jokowi ingin mengangkat Isnawa menjadi Kepala Dinas Kebersihan di DKI Jakarta.

Namun karena pangkatnya saat itu belum cukup, karena masih golongan VI, Isnawa hanya bisa menjadi Wakil Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Baru di era Anies Baswedan, Isnawa memenhi syarat administrasi menjadi Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Prestasi

Waktu Joko Widodo terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia, dan Basuki Tjahaja Purnama menjadi Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta, kiprah Isnawa kian menjadi perhatian.

Dia berupaya keras menjalankan kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan, terutama dalam hal kebersihan.

Ketika itu Isnawa banyak melakukan terobosan, dan dia meminta izin Ahok 'panggilan akrab Basuki Tjahaja Purnama' Isnawa ingin merevitalisasi 2.000 truk sampah yang sudah tidak layak.

"Saya pernah bilang ke Pak Ahok, 'malu truk sampah Jakarta rombeng semua. Enggak pantas untuk suatu Ibu Kota Negara truknya rombeng semua'," kata Isnawa.

Akhirnya Ahok merestui programnya itu setelah Isnawa memaparkan proses pengadaannya dengan membeli truk sampah dari Jepang lewat sistem lelang.

Terobosan lainnya, Isnawa menyelamatkan pendapatan DKI dari retribusi sampah yang saat itu kurang mendapat perhatian.

Menurut Iswana, ketika itu DKI Jakarta hanya memperoleh Rp1,2 miliar/tahun dari retribusi sampah.

Namun terobosan Isnawa berhasil mengatasi kebocoran retribusi sampah ini, sehingga pendapatan DKI dari retribusi sampah melonjak menjadi Rp12 miliar.

Dia juga menerapkan sistem punnsihment dan reward bagi PJLP dan petugas oranye, sehingga sekitar 500 petugas oranye yang berkinerja buruk dipecat Isnawa. Maklum, orang-orang itu hanya absen di kantor lalu pulang.

Suami dari Sarjiatmi itu juga pernah menyetop kontrak 2.000 truk sampah sewaan, yang dianggap telah memboroskan anggaran DKI Jakarta.

Prestasi lain ayah tiga anak ini ialah mengambil alih pengelolaan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantargebang, sehingga kondisi TPST yang kumuh diperbaiki menjadi lebih tertata dan rapih.
Video dan foto piramida sampah yang tertata di TPST Bantar Gebang pun viral di media sosial.

Pada tahun 2018 datang tantangan kerja baru bagi Isnawa, yakni menjaga kebersihan Jakarta sebagai tuan rumah perhelatan olahraga Asia, Asian Games 2018.

Salah satunya merevitalisasi sungai-sungai di Jakarta sehingga bersih dalam waktu singkat.

Kerja kerasnya mendapat penghargaan yang tak ternilai, yakni artikel di harian terkenal Amerika Serikat, New York Times.

Setelah artikel itu, media asing lainnya pun datang untuk mewawancarainya, seperti CNBC, BBC, dan China Morning Post. Dengan kata lain, prestasinya diakui secara internasional.

"Artinya saat itu kita bisa buktikan Jakarta bisa jadi kota bersih, dan direkomendasikan sebagai kota penyelenggara Asian Games 2018," katanya.

Namun dari semua jabatan yang diembannya, jabatan sebagai Wakil Wali Kota Jakarta Selatan yang paling berkesan di hatinya.

Pasalnya, kata Isnawa, dia belum pernah melihat ayahnya sebangga itu melihat putranya memakai pakaian dinas dan tanda jabatan.

"Kata dia, 'Ini baru lebih ganteng, lebih oke. Kalau kemarin enggak ada atributnya'," kata Isnawa mengenang.

Kehidupan pribadi

Isnawa menikah dengan Sarjiatmi pada Maret tahun 1999, dan mereka dikarunai tiga orang putri, yakni Nanda Miranda Safira (21), Kintan Maura Karisma Adji (19), dan Tantri Amalia Putri (17).

Saat ini putri sulungnya mengikuti jejak sang ayah masuk Institut Pemerintah Dalam Negeri (IPDN).
Isnawa sempat terkejut dengan keputusan putrinya itu. Apalagi dia melihat putri sulungnya itu sangat feminin, namun memilih IPDN dan berhasil diterima di institut tersebut.

Maklum saja, IPDN juga menggembleng para siswanya dengan latihan fisik.

Saat mendengar motivasi Nanda masuk ke IPDN, Isnawa kaget lagi sekaligus bangga, karena Nanda terinspirasi ayahnya.

Kata Isnawa, putrinya tergugah saat mendengar ceritanya sebagai Purna Praja 'sebutan bagi alumni IPDN'.

Sementara putri keduanya, Isnawa Kintan Maura Karisma Adji, mendapat beasiswa bersekolah di Osaka, Jepang.

Dari ribuan pelamar di program tersebut, Kintan menjadi satu dari 28 anak yang terpilih untuk kuliah di Osaka, Jepang.

Dengan begitu, saat ini tinggal si bungsu yang masih tinggal di rumah bersamanya.

Sebagai Plt Wali Kota Jakarta Selatan, Isnawa pun mendiami rumah dinas Wali Kota Jakarta Selatan di Kebayoran Baru.

BIODATA

Nama : Drs. H. Isnawa Adji, M.AP

Lahir : Jakarta 24 Mei 1972

Keluarga

Istri : Hj Sarjiatmi

Anak: Nanda Miranda Safira
Kintan Maura Karisma Adji
Tantri Amalia Putri

Riwayat Pendidikan

• SMPN 73 Jakarta (1988)

• SMAN 26 Jakarta (1991)

• D-3 Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (1994)

• S-1 Institut Ilmu Pemerintahan (1999)

• S-2 Universitas Esa Unggul (2004)


Riwayat Jabatan


• Staf Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat (1994–1997)

• Staf Bagian Tapem Jakarta Barat (2000–2002)

• Kasubag Perangkat Wilayah (2002–2006)

• Kasubag Pengembangan Wilayah (2006-2008)

• Wakil Camat Tambora, Jakarta Barat (2008–2011)

• Camat Tambora, Jakarta Barat (2011–2013)

• Asisten Perekonomian Sekko Adm. Jakarta Barat (2013–2014)

• Wakil Kepala Dinas Kebersihan (2014-2018)

• Kepala Dinas Lingkungan Hidup (2018-2019)

• Wakil Walikota Jakarta Selatan (2019-sekarang)

Halaman selanjutnya

Karier

...

Berita Populer