WARTA KOTA -- Vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech sudah mulai diberikan kepada masyarakat di Indonesia, khususnya yang berdomisili di Jabodetabek.
Namun, menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, drg Widyawati MKM, vaksin buatan Amerika Serikat dan Jerman ini diperuntukan bagi masyarakat umum yang belum pernah menerima vaksin Covid-19.
Kementerian Kesehatan memrioritaskan penduduk Jabodetabek yang mendapat vaksin bermerek Comirnaty ini, lebih dikarenakan sistem logistik yang kompleks dibandingkan dengan merek vaksin lainnya.
Vaksin Pfizer membutuhkan penanganan dan penyimpanan yang khusus, dan harus segera digunakan karena secara spesifikasi vaksin ini harus disimpan di tempat dengan suhu yang sangat rendah, antara minus 90 hingga minus 60 derajat Celcius.
"Vaksin ini harus disiapkan oleh petugas kesehatan yang sudah dilatih menggunakan teknik tertentu dalam menangani rantai dingin. Termasuk cara mencairkan dan mengencerkan vaksin sebelum disuntikan," kata drg Widyawati.
Pembelian langsung
Saat ini sudah 1.560.780 dosis vaksin Pfizer yang tiba di Indonesia melalu melalui skema pembelian langsung.
Secara bertahap akan datang lagi 50 juta vaksin Pfizer pada tahun ini, melalui skema tersebut.
Jumlah tersebut tidak termasuk vaksin Pfizer yang akan didapatkan secara gratis melalui skema GAVI/Covax, sebanyak 4,6 juta dosis pada beberapa minggu kedepan.
Vaksin Pfizer telah memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM pada 14 Juli 2021, sehingga bisa langsung disuntikkan kepada masyarakat.
Jangan pilih-pilih
Saat ini terdapat 6 jenis vaksin yang digunakan di Indonesia untuk melawan virus CovidD-19, yaitu vaksin Coronavac yang merupakan vaksin jadi buatan Sinovac di Tiongkok, vaksin Covid-19 produksi Bio Farma dengan bahan baku dari Sinovac, vaksin AstraZeneca asal Inggris, vaksin Moderna dan Pfizer asal Amerika Serikat.
"Pemerintah terus mendatangkan vaksin terbaik dari berbagai produsen, dalam rangka mengamankan ketersedian vaksin untuk melindungi 208 juta rakyat Indonesia yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19," tutur Widyawati.
"Meski terdapat beberapa jenis vaksin di Indonesia, kami menghimbau masyarakat untuk tidak pilih-pilih vaksin karena Pemerintah sudah menjamin keamanan dan khasiat dari vaksin Covid-19 yang digunakan saat ini. Kembali saya tekankan, jangan pilih-pilih vaksin, semuanya aman dan berkhasiat, dan segera lakukan vaksinasi," tandas Widyawati.
Alasan efikasi
Hanya saja, meski pihak Kemenkes menyatakan semua vaksin Covid-19 ini sama-sama aman dan berkhasiat, tetap saja ada sejumlah masyarakat yang pilih-pilih merek vaksin.
Salah satunya adalah Lidya Marvira (52), salah satu peserta vaksinasi di Gedung Judo, Kelapagading, Jakarta Utara, Senin (23/8/2021)
Dia mengaku sengaja menunggu kedatangan Pfizer, meski dirinya dan keluarga sudah diimbau berkali-kali oleh pengurus RT/RW agar segera vaksinasi.
“Kami sering didatangi (pengurus) RT/RW, dari kantor juga sering tanya, tapi saya bersikukuh menunggu Pfizer,” ucap warga Johar Baru itu.
Lidya beralasan tingkat efikasi vaksin jenis Pfizer terhadap virus Covid-19 sangat tinggi, berdasarkan informasi yang didapatnya.
“Itu dia, kan lebih tinggi kualitasnya. Saya nunggu Pfizer datang karena tahu informasi dari keluarga saya, dokter,” sambung Lidya.
Lidya datang ke Gedung Judo bersama anak dan suaminya. Setibanya di lokasi tersebut, Lidya dan keluarga langsung mendaftarkan diri.
“Kebetulan saya sekeluarga belum vaksinasi karena menunggu Pfizer,” ungkap Lidya yang akan mendapat vaksin dosis kedua pada 13 September 2021.
Hal sama juga diungkapkan Joe Philiph (30), dengan alasan yang sama pula.
“Saya lebih milih ini (Pfizer) sih. Saya lihat di media efektivitasnya lebih tinggi,” katanya.
Padahal anggota keluarganya yang tinggal di Kelurahan Kenari, Kecamatan Senen, sudah semuanya disuntik vaksin merek Sinovac atau AstraZeneca.
“Kebetulan saya kan lagi di luar negeri. Jadi keluarga saya bisa vaksin karena di rumah aja. Kalau saya enggak bisa vaksin di luar,” ujarnya.
Joe sempat bermukim di Tiongkok, dan kembali ke Indonesia pada 12 Agustus 2021 lalu.
Dia mendaftarkan diri melalui aplikasi JAKI bersama dua orang temannya.
“Karena di Cina enggak ada kebijakan vaksinasi untuk warga pendatang, dan lihat instagram-nya Puskesmas Kelapagading akhirnya pilih di sini, paling dekat juga,” katanya. (*/Junianto Hamonangan)
Halaman selanjutnya