Orang Dewasa Juga Membutuhkan Vaksinasi untuk Melindungi Diri dari Penyakit

Editor: AC Pinkan Ulaan
Ilustrasi vaksinasi

WARTA KOTA -- Di Indonesia ada pemahaman yang salah kaprah, yaitu vaksinasi hanya untuk bayi.

Padahal orang dewasa juga memerlukan vaksinasi, dan tak kalah penting dari bayi.
Terlebih semakin bertambahnya usia daya tahan tubuh semakin menurun, sehingga vaksin diperlukan sebagai pencegahan penyakit tertentu sebagai perlindungan spesifik.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog, dr Dirga Sakti Rambe MSc SpPD, mengatakan pada prinsipnya vaksin adalah suatu zat, yang bila diberikan akan memicu kekebalan yang spesifik.

Misalnya vaksin Hepatitis B, spesisfik untuk mencegah penyakit Hepatitis B.
Kandungan utama di vaksin berisi antigen atau komponan virus yang dapat dikenali oleh tubuh, sehingga tubuh membuat antibodi.

Aman

Menurut dokter Dirga, proses pembuatan vaksin sangat kompleks. Ketika vaksin sudah bisa digunakan di masyarakat, telah melewati serangkaian penelitian dan uji coba, untuk memastikan efektifitas dan keamanan digunakan secara massal.

“Membuat vaksin itu sulit bahkan lebih sulit daripada bikin obat, karena vaksin untuk pencegahan. Keamanan itu nomor satu, proses panjang harus dilewati. Setelah jadipun harus dilakukan penelitian ke hewan, lalu manusia hingga mencapai ribuan orang, agar didapatkan hasilnya aman dan efektif,” kata dokter Dirga saat talkshow dengan tema "Mengapa Vaksin Penting? Perlukah Untuk Orang Dewasa", Kamis (15/10/2020).

Vaksinasi sampai saat ini telah terbukti sebagai tindakan yang efektif, aman, dan murah dalam pencegahan penyakit tertentu.

Efektif

Ada data yang menampilkan sebelum vaksin ditemukan dan sesudah ditemukan vaksin, terjadi penurunan hingga 90 persen kasus penyakit tertentu itu.

Bahkan beberapa penyakit bisa hilang dari muka bumi karena kefektifan vaksinasi.

“Paling fenomenal smallpox (cacar) yang sudah musnah sejak 1979. WHO (World Health Organization) menyebutkan setidaknya setiap tahun ada 2-3 juta nyawa diselamatkan oleh vaksinasi,” katanya dr Dirga.

Efek samping

Belakangan ini banyak beredar pendapat yang lebih meributkan efek samping vaksinasi, ketimbang manfaatnya yang besar.

Padahal, menurut dokter Dirga, dalam hal apapun sebenarnya dibalik manfaat ada juga risiko.

Seperti halnya makan nasi, bila kebanyakan juga menimbulkan risiko seperti obesitas dan diabetes.

Sementara vaksinasi yang sejak proses pembuatannya sudah mengedepankan keamanan, kalaupun ada efek samping sifatnya sangat ringan dan lokal.

Seperti nyeri di bekas suntikan, dan kadang disertai demam. Padahal demam juga bisa diartikan tubuh sedang bekerja dan terstimulasi dengan adanya vaksin yang masuk ke tubuh.

Sejak mendapatkan izin edar di suatu negara, vaksin selalu dipantau oleh lembaga resmi. Di Indonesia oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dokter Dirga menjelaskan, saat ini ada percepatan yang luar biasa untuk dapat memproduksi vaksin Covid-19.

Namun, dalam kondisi yang luar biasa dipercepat sekalipun, segi keamanan tetap jadi prioritas, bahkan mendahului keefektifannya.

“Untuk membuat vaksin bisa membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk satu vaksin. Pada uji hewan normalnya bisa 1-2 tahun. Pada vaksin Covid terjadi keadaan luar biasa sehingga ada upaya percepatan. Sekalipun dipercepat, tidak ada tawar menawar dari sisi keamanan, sehingga terus dipantau keamanan dan efektifitasnya,” katanya menegaskan.

Vaksinasi covid menjadi penting untuk mendapatkan kekebalan tubuh, dengan harapan cakupan vaksin luas sehingga ada kekebalan bersama, dan tercapai herd immunity.

Herd immunity adalah kondisi di mana sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu.

Dalam kondisi pandemi Covid-19, sulit mendapatkan kekebalan alamiah sehingga dibutuhkan bantuan vaksin.

“Untuk mendapatkan herd immunity, dibutuhkan sedikitnya 60-70 persen populasi yang mendapatkan kekebalan imunitas, dalam hal ini vaksinasi,” katanya.

Karena proses vaksinasi yang menyeluruh diperlukan waktu dan bertahap, nantinya ada prioritas kelompok yang mendapatkan vaksin lebih dahulu.

Biasanya akan didahulukan para tenaga kesehatan, orang dengan penyakit kronis, orang yang punya risiko tinggi, dan masih aktif misalnya guru.

7 poin penting

Menurut dokter Dirga, ada tujuh poin penting mengapa orang dewasa penting melakukan vaksinasi, yakni:

1. Belum pernah divaksinasi pada saat kecil.

2. Lansia karena antibodi turun akibat penuaan sehungga memerlukan vaksinasi ulang.

3. Punya penyakit kronis (contoh: diabetes, sakit jantung) sehingga lebih rentan.

4. Risiko pekerjaan, contohnya tenaga kesehatan.

5. Terkait kehamilan: infeksi menyebabkan cacat janin.

6. Perilaku berisiko,contoh perokok.

7. Alasan bepergian (travelling, umroh, haji).

Untuk semua orang

Dokter Purnamawati Sujud SpA(K) MMped dari Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) mengatakan, setiap tahun dibulan April WHO mencanangkan pekan imunisasi.

Tahun ini tema yang diambil adalah "Vaccine Works for All". Hal ini mengingatkan bahwa imunisasi adalah hak semua orang lintas usia, sejak dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.

Walaupun sampai sekarang tidak sedikit masyarakat yang menganggap imunisasi adalah program untuk anak saja.

“Masyarakat kadang lupa, anak-anak butuh orangtua yang sehat. Untuk jadi sehat mencegah adalah upaya terbaik, efektif, murah, dan hasilnya baik. Pada dewasa penting utuk imunisasi karena dengan bertambahnya usia, daya tahan tubuh menurun, dan membawa penyakit,” kata dokter Purnamawati.

Pada imunisasi anakpun, cakupan di Indonesia masih rendah. Riset Kesehatan Dasar 2018 menyebutkan, cakupan imunisasi di Indonesia pada anak-anak hanya mencapai 53,7 persen.

Sayangnya jumlah ini menurun sejak pandemi Covid-19 terjadi.

Ditambah cakupan imunisasi pada orang dewasa lebih rendah lagi.

Preventif spesifik

Padahal untuk memutus rantai terjadinya penyakit infeksi, sejauh ini vaksinasi masih jadi upaya yang efektif.

Walaupun upaya preventif secara umum adalah perilaku sehat, sedangkan preventif spesifik dengan imunisasi.

“Ada dua alasan penting imunisasi, untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita,” ujar dr Purnamawati.

Pasalnya ada beberapa anak yang tidak bisa divaksinasi sehingga membutuhkan lingkungan yang mayoritas warganya sudah menjalani imunisasi.

Misalnya anak yang menjalani transplantasi hati, tidak bisa mendapatkan vaksin, terutama vaksin ‘hidup’ seperti cacar air, BCG.

Vaksin memang ada dua jenis berdasarkan kandungannya, yakni vaksin mati dan vaksin hidup.

Vaksin mati atau vaksin tidak aktif adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau bakteri, yang sudah dimatikan dengan suhu tinggi atau proses kimia. Contohnya vaksin polio, vaksin DPT.

Sedanghkan vaksin hidup adalah vaksin yang virus atau bakterinya tetap dibiarkan hidup, tapi dilemahkan sehingga tidak menyebabkan penyakit lagi.

Sejauh ini ada 15 vaksin yang diberikan kepada orang dewasa, diantaranya vaksin influenza, HPV, pneumonia.

Sampai saat ini, hanya vaksin TD (tetanus) yang diberikan kepada ibu hamil, yang biayanya ditanggung pemerintah.

Vaksinasi lainnya tidak ditanggung pemerintah, sehingga diharapkan masyarakat bisa melakukannya secara mandiri.

Vaksin saat pandemi

Dunia saat ini sedang menunggu vaksin Covid-19.

Walaupun diperkirakan dalam waktu dekat vaksinasi Covid-19 sudah bisa dilakukan secara massal, namun karena semua negara membutuhkan, maka vaksinasi Covid-19 bukan perkara mudah.

Selama menunggu vaksinasi Covid, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar dilakukan lebih dulu vaksinasi flu dan pneumonia, yang saat ini vaksinya sudah tersedia.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan, pasien yang telah melakukan vaksinasi flu dan pneumonia, ketika terinfeksi Covid-19 gejalanya lebih ringan dan tidak terjadi perburukan yang fatal.

Dokter Dirga mengatakan, melakukan vaksinasi sebagai bentuk pencegahan dan menjadi banteng bagi lingkungannya.

Pasalnya bila cakupan vaksinasi rendah, akan cepat terjadi penyebaran. Kasus Covid yang belum ada vaksinya menjadi bukti nyata).

Begitu ada cakupan vaksinasi yang luas, ketika ada yang sakit atau terinfeksipun penyebarannya dapat diminimalisir. (Lilis Setyaningsih)

Berita Populer