Ini Alasan Masyarakat Harus Mulai Mempertimbangkan Belanja Daging Beku
Daging beku juga memiliki kualitas yang baik, dalam hal rasa dan higienis. Simak beberapa tip memilih daging yang aman.
Penulis: Desy Selviany | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA -- Pada saat Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri permintaan daging sapi oleh masyarakat Jakarta cenderung meningkat.
Hal ini wajar mengingat Ramadan dan Idul Fitri adalah masa yang istimewa bagi umat Muslim, sehingga mereka mereka menyediakan penganan yang istimewa pula.
Maka tak mengherankan bila harga daging cenderung naik di bulan Ramadan, dan semakin tinggi saat mendekati Idul Fitri.
Salah kaprah
Menurut Direktur Utama PD Dharma Jaya, Raditya Endra Budiman, salah satu faktor penyebabnya adalah salah kaprah yang terjadi di masyarakat.
Selama ini masyarakat berpendapat bahwa daging berkualitas baik adalah daging segar dari sapi yang baru saja dipotong. Sementara daging beku berkualitas buruk.
Untuk informasi, PD Dharma Jaya adalah perusahaan milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, yang bergerak dalam sektor perdagangan dan industri daging.
Menurut Raditya, secara umum tidak ada perbedaan kualitas antara daging beku dan daging karkas.
Daging karkas ialah sebutan bagi daging dari satu ekor sapi yang dipotong kemudian langsung dijual di pasar. Daging ini yang disebut masyarakat sebagai daging segar.
Sementara daging beku sudah jelas adalah daging yang mengalami proses pembekuan agar tahan lama kualitasnya.
Menurut Raditya, daging beku memiliki kualitas sama baiknya dengan daging karkas dalam hal rasa dan higienis.
"Bedanya hanya daging beku punya umur ketahanan lebih lama karena dibekukan. Setelah esnya mencair kualitas daging beku sama saja dengan daging dari sapi baru dipotong," kata Raditya, ketika ditemui di kantornya di kawasan Cakung, Jakarta Timur, Senin (12/4/2021).
Higienis
Untuk soal higienis, daging beku yang diolah PD Dharma Jaya bisa diuji, dan Raditya menjamin seluruh daging beku yang diolah pihaknya berkualitas baik.
Sebab proses pemotongan daging dan pembekuan di PD Dharma Jaya sudah sesuai standar yang berlaku.
Setelah sapi dipotong, dagingnya langsung masuk ruangan pendingin sehingga tidak ada kesempatan bagi bakteri untuk tumbuh di daging potong tersebut.
Dengan begitu, ketika daging beku dicairkan, kualitas dan rasanya sama saja dengan daging karkas.
Mengendalikan harga
Pengolahan daging beku, kata Raditya, juga memudahkan pemerintah dalam mengontrol harga daging agar tidak melonjak tajam.
Pasalnya daging beku dapat dipotong kapan saja, dan disimpan sebagai stok. Dengan begitu harganya dapat diatur dan dikendalikan saat kebutuhan meningkat, seperti hari raya.
Sementara harga daging karkas cenderung mengikuti harga sapi yang dijual pengusaha atau importir.
Apabila harga sapi sedang mahal, maka otomatis berdampak kepada melonjaknya harga daging potong yang dijual.
Maka dari itu harga daging beku jauh lebih mudah dikendalikan ketimbang harga daging karkas.
Proses jagal
Menurut Raditya justru bukan masalah segar dan beku yang harus dikhawatirkan masyarakat, melainkan tempat dan proses penjagalan hewan itu.
Pasalnya, bila tempat dan prosesnya buruk makan akan dihasilkan daging yang kualitasnya kurang baik pula.
Raditya menjamin bahwa daging yang dihasilkan PD Dharma Jaya merupakan daging berkualitas baik.
Sebab, dalam memotong hewan ternak mereka sudah mengikuti standar syariat Islam dan standar internasional.
Begitu juga dengan daging-daging impor yang dipotong dan dikemas di PD Dharma Jaya dipastikan sudah sesuai dengan syariat islam.
Karena itu semua syarat yang harus dipenuhi agar bisa terdaftar di Kementerian Pertanian.
"Jadi dipastikan pemotongan daging sudah penuhi syarat syariat Islam juga higenitasnya," katanya tegas.
Selain itu, pihak PD Dharma Jaya juga memotong sapi yang tidak dalam keadaan stres.
Sapi yang dipotong dalam keadaan stres biasanya akan memiliki tekstur daging yang keras, karena seluruh otot hewan tegang saat dipotong.
Tempat resmi
Raditya juga mengingatkan agar masyarakat tidak tergiur daging yang harganya sangat miring, karena bisa jadi itu daging gelonggongan.
Karena itu, Raditya menyarankan agar masyarakat belanja daging sapi di tempat yang sudah memiliki sertifikat mutu pangan yang dikeluarkan pemerintah.
Misalnya saja di pasar-pasar yang dikelola PD Pasar Jaya, toko-toko daging tersertifikasi, dan pasar-pasar modern yang sudah memiliki izin resmi.
"Daging gelonggongan juga biasanya lebih mudah membusuk karena kandungan airnya lebih banyak," tandas Raditya.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!