Persiapan yang Harus Dilakukan Sebelum Membuka Kembali Sekolah
Orangtua harus mempertimbangkan banyak faktor, sebelum mengirim anak kembali ke sekolah
WARTA KOTA -- Pada bulan Januari 2021 besok, para siswa akan kembali bersekolah secara tatap muka, setelah berbulan-bulan belajar di rumah.
Hal ini sesuai imbauan Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang mengizinkan kegiatan belajar tatap muka di sekolah pada Januari tahun 2021.
Keputusan, tak dipungkiri, membuat banyak orangtua gundah. Di satu sisi mereka senang ana-anak akan kembali belajar di sekolah, namun di sisi lain mencemaskan buah hati mereka tertular Covid-19.
Karena itu diperlukan kesiapan matang semua pihak, agar kegiatan pembelajaran di sekolah tidak memunculkan klaster baru.
Bagi orangtua
Dokter Ajeng Indriastari SpA mengatakan bahwa diperlukan banyak pertimbangan dan persiapan matang, sebelum memutuskan sekolah tatap muka.
Bagi para orangtua, kata dr Ajeng, harus bertanya ke diri sendiri, apakah sudah siap mengirim kembali anak ke sekolah? Apa yang perlu dipersiapkan? Bagaimana sekolah tatap muka jika vaksin belum juga ditemukan?
Apalagi tren kasus infeksi Covid-19 terus mengalami peningkatan. Seperti pada Rabu (9/12/2020) bertambah 1.237 kasus positif di DKI Jakarta, sehingga total yang telah terinfeksi menjadi 1477.838 orang.
“Memang banyak sekali pro dan kontra yang bermunculan, mengenai sekolah tatap muka pada 2021. Di satu sisi, pembelajaran jarak jauh sudah mulai membuat anak-anak jenuh, serta bisa dikatakan hanya efektif pada 15 menit pertama pembelajaran dimulai. Selebihnya anak-anak akan terdistraksi dengan kegiatan lainnya. Namun di sisi lain, orangtua merasa aman sekolah di rumah untuk menghindari virus corona karena penyebaran virus ini tidak main-main dan sangat mengkhawatirkan," kata dr Ajeng, pada acara Wethehealth, yang mengambil tema “Wacana Sekolah Tatap Muka pada 2021, Apa yang Perlu disiapkan?” pada Kamis (3/12/2020).
Risiko anak tertular
Berdasarkan data terkini dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), proporsi anak-anak terinfeksi virus corona 2 sebesar 11,3 persen.
Selain itu, Jurnal dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan, risiko anak terkena virus corona lebih rendah 20 kali dari kelompok usia tua.
Dokter Ajeng mengatakan, walaupun risiko anak terkena virus corona lebih rendah, bukan berarti kewaspadaan dikurangi. Pasalnya anak-anak tetap memiliki risiko terinfeksi dan menginfeksi.
Persiapan
Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk memulai sekolah tatap muka, antara lain:
1. Komitmen seluruh pihak untuk memutus rantai penularan. Pemerintah khususnya pemerintah daerah harus menyiapkan aturan protokol kesehatan yang ketat untuk sekolah, dengan menyiapkan regulasi bahwa tingkat pendidikan sekolah apa yang akan dibuka.
Jika tingkat pendidikan SMA hingga Universitas, mungkin bisa diterapkan aturan dengan baik. Justru yang mengkhawatirkan adalah jika dibuka tatap muka untuk tingkat SD dan SMP.
2. Siapkan aturan dan Sumber Daya Manusia yang siap.
Seleksi secara protokol kesehatan, mulai suhu tubuh hingga menerapkan 3M.
3. Sekolah juga perlu mengatur jumlah siswa yang akan beradak di dalam kelas.
Kapasitas bisa dikurangi hingga 25 persen,g untuk menjaga jarak bagi setiap anak di kelas.
Serta guru harus berperan aktif sebagai petugas kesehatan yang sigap.
4. Maksimalkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS), isi stok obat-obatan generik, bahkan jika perlu siapkan petugas medis seperti dokter yang bertugas di sekolah.
5. Manfaatkan layanan telemedicine untuk berkonsultasi dengan dokter, serta layanan apotek digital dapat menjadi alternatif solusi bagi sekolah.
6. Menjaga sistem imun anak dengan nutrisi dan suplemen. (Lilis Setyaningsih)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!