Antre Lama Membuat Masyarakat Enggan Berobat ke Faskes Pemerintah DKI Jakarta
Banyak warga DKI Jakarta enggan berobat ke puskesmas dan RSUD karena harus mengantre sangat lama.
WARTA KOTA -- Dinas Kesehatan DKI Jakarta cukup terkejut melihat hasil survei kepada masyarakat Jakarta, soal persepsi fasilitas kesehatan (faskes) milik pemerintah.
Dari 400 orang responden, 52 persen di antaranya memberikan persepsi negatif terhadap fasilitas kesehatan milik pemerintah. Dalam hal ini puskesmas dan rumah sakit umum daerah (RSUD) di DKI Jakarta.

34 persen responden menyatakan enggan berobat ke fasilitas pemerintah karena ramai dan mengantre.
Sedangkan 18 persen memilih berobat ke fasilitas kesehatan swasta, dengan alasan peralatan di fasilitas kesehatan pemerintah kurang lengkap dan canggih.
“Kami baru berhasil menganalisis sekitar 400-an (responden), dan saat ini (analisis) masih terus berjalan. Kuesionernya juga masih kami sebar kepada masyarakat,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti saat rapat pimpinan (rapim) dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Selasa (11/8/2020) lalu.
Koreksi
Ada banyak alasan yang membuat warga Ibu Kota enggan berobat ke puskesmas dan RSUD, dan yang paling menonjol adalah karena ramai dan cenderung mengantre cukup lama.
Oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik) DKI Jakarta, rapim itu ditayangkan melalui kanal YouTube Pemprov DKI Jakarta pada Jumat (21/8/2020).
Adapun tema yang dibahas dalam rapim tersebut adalah Reformasi RSUD di DKI Jakarta.
Widyastuti menambahkan, ada beberapa hal yang perlu dikoreksi pemerintah setelah pihaknya menganalisis hasil survei 400 responden tersebut.
Misalnya ruang tunggu bersih dan nyaman, pelayanan dimulai tepat waktu, tenaga kesehatan siap sedia saat memberikan pelayanan, dan sebagainya.
“Dari hasil analisa ini yang perlu kita koreksi adalah responden harapannya tinggi, tapi tingkat kepuasan masih rendah,” katanya.
Karakter responden
Widyastuti mengatakan, karakteristik para responden adalah sebagian besar sudah pernah menikmati faskes di DKI Jakarta.
Untuk tingkat pendidikan responden, sebagian besar sarjana satu (S-1) yakni 42,08 persen.
“Tapi untuk tingkat kepuasannya (customer satisfactory index) cukup puas sebesar 64,12. Sementara hal yang paling membuat tidak puas adalah ramai dan antre,” ujar Widyastuti.
Menurut Widyastuti, kuesioner diberikan kepada respoden melalui aplikasi yang dimiliki Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Terdapat ada 25 pertanyaan dengan rincian 24 pertanyaan tertutup dan satu pertanyaan terbuka.
“Kami melakukan survei dengan pertanyaan-pertanyaan yang diadopsi dari Kemenpan dan RB, serta dimensi mutu dari tim kami. Totalnya ada 25 pertanyaan, dan baru 400 responden yang kami kelola,” katanya. (Fajar Al Fajri)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!