Bekasi
Pencemaran di Curug Parigi Kota Bekasi
Pencemaran di Curug Parigi sudah berlangsung beberapa tahun, dan membutuhkan kerja sama lintas wilayah untuk mengatasinya.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: AC Pinkan Ulaan
WARTA KOTA WIKI -- Pemerintah Kota Bekasi ingin mengembangkan Curug Parigi menjadi salah satu destinasi alam di wilayahnya.
Sayangnya, air terjun kecil yang berada di Kelurahan Cikiwul, Bantargebang Kota Bekasi, itu tercemar limbah sangat parah.
Untuk diketahui, Curug Parigi itu berada di aliran Sungai Cileungsi, dekat perbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor.
Aliran sungai itu kemudian masuk ke Sungai Cikeas, yang menuju ke Kali Bekasi di wilayah Kota Bekasi hingga Kabupaten Bekasi.
Sudah tak terhitung lagi pencemaran yang terjadi di Sungai Cileungsi. Air sungai juga berwarna hitam dan mengeluarkan aroma bau busuk, terkadang juga muncul buih seperti busa yang cukup tebal.
Dan kondisi ini sudah terjadi selama beberapa tahun, dan semakin lama semakin parah.
Ikan mati
Acam, warga sekitar Curug Parigi, mengatakan bahwa limbah yang mengotori aliran ini sudah muncul sejak tahun 2018. Jumlahnya juga tak terhitung, sehingga sungai itu tercemar.
"Ya bau jadinya, merusak pemandangan saja. Tapi sih kalau pengunjung suka ada aja yang datang," kata Acam yang turut membuka lapak makanan di kawasan tersebut.
Limbah tersebut juga membuat ikan di sepanjang aliran sungai mati. Habitat ikan juga mulai berkurang setelah adanya pencemaran ini.
Hanya tersisa ikan sapu-sapu yang masih ada di kawasan ini.
"Kalau dulu, lama banget, mah jernih ya. Ikan banyak, ada mujaer, tawes, banyak lah. Sekarang sudah pada mati, sudah jarang banget. Ada sapu-sapu, itu juga pada mabok kalau lagi ada limbah," kata Acam.

Kabupaten Bogor
Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas (KP2C), Puarman, menjelaskan bahwa pencemaran semakin parah terjadi sejak tahun 2018.
Pencemaran itu terjadi sepanjang tahun, namun semakin terlihat ketika debit air kecil pada musim kemarau.
"Itu sudah masalah klasik ya, ini kalau enggak ada limbah bakal potensial banget jadi lokasi wisata. Pasti bakal lebih banyak lagi orang datang berwisata. Keren kan soalnya curugnya," ujarnya.
Tingginya pencemaran itu membuat KP2C menelusuri sungai dari hilir ke hulu sungai, yang berada di kawasan Kabupaten Bogor.
Air tampak mulai menghitam dan berbau sejak dari jembatan Cikuda di kawasan Gunung Putri, Kabupaten Bogor sampai hingga Curug Parigi.
Puarman berpendapat kondisi ini harus menjadi perhatian serius pemerintah, dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Semua pemerintah daerah, baik Pemkot Bekasi, Kabupaten Bogor, kemudian Pemprov Jawa Barat hingga Kementerian Lingkungan Hidup RI harus ikut dalam menangani pencemaran tersebut.
"Tindakan tegas, pemeriksaan lebih detail dengan uji sampel pembuangan limbah pabrik di bantaran sungai. Semua aliran dari pabrik harus diperiksa satu persatu, biar tahu sumbernya dan dilakukan tindakan," tandasnya.
Bosan
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi telah melakukan pemeriksaan, dengan mengambil sampel air sungai di tempat yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Yayan Yuliana, mengatakan bahwa sampel air akan diteliti kandungan zat pencemar.
Selain itu, untuk menelusui asal dan penyebab pencemaran lingkungan di kali tersebut.
"Ini kan sumber sudah ada di hulunya, wilayah Bogor. Dari sana juga airnya sudah hitam dan bau," kata Yayan, Minggu (26/7/2020).
Bahkan Yayan sampai bosan meminta perhatian koleganya di wilayah Kabupaten Bogor, agar memberi perhatian ke masalah ini.
Sampel air
Yayan menjelaskan, ada empat titik lokasi pengambilan sampel air, yakni di Jembatan Kota Wisata, Perumahan Limus Nunggal Kabupaten Bogor, Jalan Pangkalan 6 perbatasan dengan Kabupaten Bogor, dan Bendung Kali Bekasi atau Jembatan Hasibuan.
"Kita ambil sampel di empat titik, biar bisa dipastikan masing-masing kandungannya seperti apa," ucap dia.
Hasil pemeriksaan sampel itu akan dikoordinasikan dengan dinas terkait di Kabupaten Bogor, untuk menelusuri perusahaan yang membuang limbah tersebut.
Menurut Yayan, menangani limbah ini harus dilakukan secara bersama-sama, tak hanya tugas Pemerintah Kota Bekasi, melainkan juga Pemerintah Kabupaten Bogor.
"Kita juga sudah buat surat pengaduan yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat, dan ditembuskan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat serta Bupati Bogor," ujarnya.
Perhatian Pemerintah Pusat
Bahkan Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, serta Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil turun tangan.
"Harus turun tangan langsung (Menteri LHK dan Ridwan Kamil) kalau ingin Kali Bekasi bisa dinikmati airnya. Baik menjadi air bersih dan aspek pariwisata," kata Rahmat, pada Minggu (26/7/2020).
Sejauh ini, Pemkot Bekasi sudah berkali-kali melakukan meneliti sampel air yang tercemar, dan hasilnya memang limbah dari industri alias limbah pabrik.
"Kalau di wilayah Kota Bekasi langsung kita tindak, sudah ada beberapa (yang ditindak). Ini kan sumbernya terkadang dari Kabupaten Bogor," kata Rahmat.
Maka itu, dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Mulai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemprov Jabar, maupun antar-kepala daerah.
Tindakan tegas
Termasuk, melibatkan institusi penegak hukum agar ada efek jera bagi perusahaan, atau perorangan yang membuang limbah itu.
"Memang harusnya ditambah lagi dengan pak Kapolres dan juga Pak Kejari. Saya nanti mau ngomong dengan beliau-beliau. Tapi kan kalau pelanggarannya di sana (Bogor), kita tidak bisa apa-apa," katanya.
Rahmat menambahkan, sebenarnya untuk mendeteksi sumber limbah pencemaran itu sangat mudah.
Akan tetapi, tindakan kurang tegas ini yang membuat pabrik-pabrik itu tetap membuang limbah produksi ke Sungai Cileungsi.
Limbah itu akhirnya masuk ke Kali Bekasi, sehingga wilayah Bekasi lah yang harus menanggung segala dampak negatifnya.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!